Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Mursalin
Abstrak :
Beton mempakan salah satu jenis bahan yang banyak dipergunakan untuk keperluan konstruksi di berbagai tempat, mulai dad konstruksi rumah tinggal, gedung bertingkat banyak dan prasarana lainnya. Perkembangan penggunaan konstruksi beton tersebut menuntut kekuatan material yang cukup tinggi agar diperoleh struktur yang kuat dan ekonomis. Konstruksi beton untuk rumah tinggal umumnya memakai beton dengan mutu rendah dan beton mutu sedang. Sehingga diperlukan suatu material yang cukup ekonomis, khususnya semen, dalam membuat beton mutu tersebut. Untuk itu, sekarang ini telah dibuat suatu jenis semen cap rumah yang unsur pembentulmya relatif lebih murah dibandingkan dengan semen tipe I. Semen jenis ini memang diperuntukkan bagi pembuatan rumah tinggal yang sederhana Tugas akhir ini dilakukan untuk menyelidiki penaruh penggunaan semen cap rumah tersebut di atas untuk menghasilkan beton dengan fc = 200 kg/cm2 dan fc = 350 kg/cm2 serta studi mengenai perilaku mekanisnya. Beberapa perilaku mekanis yang akan diteliti antara lain yaitu : Kekuatan Tekan, Kekuatan Tarik Belah, Kekuatan Lentur, Modulus Elastisitas (E) dan Poisson?s Ratio dari beton tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan membuat beberapa samel beton yang terbuat dari campuran pasir bangka, batu pecah/split dan semen cap rumah. Sampel beton yang akan dibuat berupa silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm, balok standar ASTM dengan memperhatikan peraturan serta standar yang lainnya. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui perilaku mekanis dari beton tersebut untuk masing-masing sampel dan juga dapat memberikan ukuran kekuatan yang diharapkan dari beton yang didesain ppada struktur yang nyata.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Kurniawan
Abstrak :

ABSTRAK
Di dalam perencanaan gedung bertingkat rendah, usaha untuk mengoptimumkan bahan bangunan masih jarang dilakukan. Pada umumnya pembangunan gedung tersebut perencanaannya masih mengikuti standar-standar pengalaman yang terkadang belum tentu sesuai dengan kegunaan atau fungsi yang akan diemban. Standar-standar tersebut tidak dihitung sesuai dengan gedung yang akan dibuat, sehingga tak heran bila suatu gedung umumnya under design dan terkadang juga over design.

Masalah under design ini dikhawatirkan akan menyebabkan timbulnya kerusakan di sana sini. Akan sangat berbahaya bila kerusakan tersebut timbul pada daerah struktur utamanya, seperti balok, yang berperan penting dalam memikul beban di tiap lantai. Bila kegagalan penopangan terjadi pada struktur balok tersebut, maka bisa jadi seluruh gedung akan ikut gagal dan mengakibatkan robohnya gedung tersebut.

Tetapi perencanaan struktur yang terlampau kuat atau over design, dikarenakan perencana terlampau khawatir sehingga terdapat perkuatan yang sebenamya tidak perlu, atau bisa juga salah merencanakan karena perencanaannya berdasarkan pengalaman yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, juga tidak baik karena akan menimbulkan biaya yang tinggi pada pelaksanaan pembangunan gedung tersebut.

Masalah under design dan over design di sini timbul dikarenakan perencana tidak mengetahui bagian-bagian mana yang dapat direncanakan optimum dan tindakan apa yang hams dilakukan untuk mencapai kondisi optimum tersebut. Perencana umumnya tidak melakukan perhitungan gedung bertingkat rendah dengan program yang canggih, dimana dapat melakukan optimasi sesuai dengan beban yang bekerja. Bahkan ada perencana yang ternyata adalah pemilik dari gedung tersebut, dimana dia tidak mempunyai pengalaman, baik dalam hal merencana sesuai pengalaman maupun dengan mempergunakan program canggih tersebut. Maka yang dilakukan adalah melakukan perancangan secara serampang yang terkadang menimbulkan under design dan/atau over design.

Dari masalah-masalah di atas, dapat dilihat bahwa tindakan untuk mencapai kondisi optimum cukup penting. Dalam skripsi ini yang diusahakan optimum adalah pada balok beton bertulang, dikarenakan balok terdapat di tiap lantai dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga peranannya dalam kekuatan gedung dan penghematan material cukup besar. Caranya dengan membuat program simulasi praktis yang menunjukkan kondisi optimum balok beton bertulang. Kondisi optimum di sini meliputi bahan dan biayanya. Peraturan yang menjadi dasar perhitungan program ini adalah SK SNI T-15-1991-03, yaitu TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG.
1997
S34546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra
Abstrak :
Getaran sering kita temui pada kehidupan sehari-hari. Ada getaran yang disebabkan oleh alam dan ada juga yang disebabkan oleh manusia, di mana keduanya merupakan akibat sampingan dari sebuah proses dinamik. Oleh karena itu pengetahuan yang baik mengenai perilaku dinamik suatu struktur sangat dibutuhkan dalam perencanaan sebuah struktur baru, ataupun dalam usaha pemecahan masalah-masalah getaran pada struktur yang sudah ada. Dalam hal ini, perilaku dinamik suatu struktur dapat dijelaskan secara lengkap dengan menentukan parameter modus getamya yang terdiri dari frekuensi alami, redaman viskus (viscous damping), dan bentuk modus getar (mode shape). Penentuan parameter modus getar ini dapat dilakukan secara analitis (teoritis) ataupun secara eksperimen (percobaan). Sehubungan dengan hal diatas, maka dalam Skripsi ini akan dilakukan suatu percobaan dan pendekatan numerik untuk mendapatkan frekuensi alami dan respons struktur pada satu balok dengan perletakan sederhana. Dalam percobaan ini, benda uji diberi gaya eksitasi (input force) dengan palu sehingga menghasilkan suatu percepatan (response) yang diukur dengan menggunakan accelerometer. Dengan diketahuinya percepatan struktur, maka dapatlah diketahui besarnya frekuensi alami dan respons perpindahan. Langkah selanjutnya adalah menentukan frekuensi alami dan respons perpindahan secara numerik, sebagai data masukan untuk program numerik adalah besarnya gaya palu pada percobaan dan sifat material benda uji balok beton. Metode numerik yang digunakan disini adalah dengan metoda Jacobi dan metode superposisi modal, yaitu untuk mendapatkan eigenvalues dan eigenvectors yang akan digunakan untuk mendapatkan respons perpindahannya. Pada akhirnya, frekuensi alami dan perpindahan yang diperoleh secara numerik akan dibandingkan dengan yang diperoleh secara eksperimen.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Sugiarto
Abstrak :
Beton merupakan komponen penting dalam dunia konstruksi, yang teknologinya terus berkembang dan menghasilkan bermacam-macam jenis beton. Salah satunya adalah beton ringan yang berserat. Pemakaian beton ringan ini bertujuan untuk memperkecil berat sendiri beton, yang berupa beban man, sehingga diharapkan dapat memperkecil biaya bangunan secara keseluruhan. Untuk penelitian ini, dibentuk beton ringan dcngan agregat kasar batu apung pumice, dan untuk meningkatkan mutu digunakan serat kawat binddraad yang mudah diperoleh. Karena dalam penggunaan beton ringan lersebut perlu juga diantisipasi terhadap bahaya kebakaran, maka periu diteliti dan dipahami mengenai perilaku beton tersebut terhadap pengaruh temperatur tinggi. Sasaran utama yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah diperolehnya pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh temperatur tinggi terhadap sifat-sifat mekanis beton ringan pumice dengan tambahan kawat binddraad pada persentase berat kawat tertentu yang mempunyai kekuatan optimum, sehingga nantinya didapatkan suatu gambaran mengenai kuat tekan, kuat tank belah, modulus elastisitas, dan Poisson's ratio, serta kuat lentur dari beton ringan tersebut setelah dipengaruhi temperatur 200°C, 300°C, dan 500°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayomi Dita Rarasati
Abstrak :
Korosi pada baja tuiangan seharusnya dapat tidak terjadi jika struktur komposit beton bertulang membungkus baja tulangan dengan rapat pada kondisi normal. Kondisi normal yang dimaksud adalah tidak tercemarnya air yang digunakan dalam campuran ataupun tidak tercemarnya kondisi Iingkungan konstruksi baton bertulang tersebut. Akan tetapi kondisi tersebut pada saat ini terkadang sulit dicapai mengingat semakin terbatasnya lahan yang ada sehingga konstruksi beton bertulang dibangun pada lingkungan yang tercemar seperti Iingkungan rawa yang memiliki pH rendah. Lingkungan pH rendah dapat menyebabkan Iaju korosi yang cepat pada tulangan beton. Salah satu cara untuk menanggulangi laju korosi yang cepat ini adalah dengan penggunaan inhibitor. Dengan penggunaan inhibitor sebagai aditif pada komposisi beton, maka diharapkan laju korosi pada baja tulangan dapat berkurang banyak. Kondisi inilah yang melatarbelakangi penelitian terhadap penggunaan inhibitor sebagai aditif pada komposisi beton serta pengaruhnya terhadap kualitas mutu beton selain pengaruhnya terhadap laju korosi tulangan. Penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh Phosphate terhadap laju Korosi baja tulangan dan kekuatan beton pada tiga macam konsentrasi inhibitor yang berbeda, yaitu 30 ppm, 60 ppm dan 90 ppm. Selain itu terdapat dua kondisi periakuan yang berbeda terhadap lingkungan beton, yaitu Iingkungan asam (pH 3) dan lingkungan netral (pH 7). Adapun baja tulangan yang digunakan pada penelitian ini adalah baja dengan mutu ST 37 dengan diameter 25 mm. Uji korosi yang dilakukan adalah uji Immersion menggunakan sampel tulangan baja mutu ST 37. Spesimen berbentuk silinder berukuran diameter 25 mm dan tinggi 25 mm. Untuk mengukur laju korosi pada baja tulangan maka dilakukan pengukuran berat awal tulangan dan berat akhir tulangan. Berat akhir tulangan didapat setelah beton berumur 90 hari. Selisih dari berat awal dan berat akhir adalah berat yang hilang dari baja tulangan. Kehilangan berat inilah yang akan digunakan dalam perhitungan laju korosi. Untuk pengujian kekuatan beton dilakukan tes tekan beton berukuran 15x15x15 cm3 pada umur 28 dan 90 hari. Dari penelitian didapatkan hasil laju Korosi pada pH 3, 30 ppm: 0.10 mpy, 60 ppm: 0.05 mpy, 90 ppm: 0.07 mpy, standar: 0.17 mpy. Laju korosi pada pH 7, 30 ppm: 0.15 mpy, 60 ppm: 0.15 mpy, 90 ppm: 0.12 mpy, standar: 0.09 mpy. Sedangkan kuat tekan beton pada pH 3 umur 28 hari dan 90 hari, 30 ppm: 373.33 kg/cm2 dan 477.78 kg/cm2, 80 ppm: 421.11 kg/cm2 dan 454.44 kg/cm2, 90 ppm: 424.44 kg/cm2 dan 431.11 kg/cm2, standar: 388.89 kg/cm2 dan 395.58 kg/cm2. Kuat tekan beton pada pH 7 umur 28 hari an 90 hari, 30 ppm: 370.00 kg/cm2 dan 440.00 kg/cm2, 60 ppm: 396.11 kg/cm2 dan 485.56 kg/cm2, 90 ppm: 422.22 kg/cm2 dan 478.89 kg/cm2, standar: 416.67 kg/cm2 dan 482.22 kg/cm2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa inhibitor Phosphate efektif bekerja pada pH 3 dengan konsentrasi 60 ppm. Selain itu Iaju korosi juga akan meningkat jika pH di Iingkungan sekitar tulangan asam. ......Corrosion on reinforcement should not be happened if the composite structure of reinforced concrete covered all the reinforcement surface in nonnal condition. The normal condition means that the water used in the mixture was not contaminated or the environment of reinforced concrete was not polluted. Nevertheless, that normal condition is not always available, for example, in places with acid environment. The acid environment can increase the corrosion rate in reinforcement higher. Using the inhibitor is one of the ways to prevent the increasing corrosion rate. This research is emphasized on the effect of Phosphate as the inhibitor. The concentrations that were used are 30 ppm, 60 ppm and 90 ppm. There were also two different kinds of environment applied in treating the concrete: acid environment (pH 3) and neutral environment (pH 7). The reinforcement that was used is steel with ST 37 base and 25 mm diameter. The corrosion test was done by using Immersion method or weight loss method and testing the concrete strength was done by using the compressive strength test. As a result, the corrosion rate that was obtained from the observation were, in pH 3, 30 ppm: 0.10 mpy, 80 ppm: 0.05 mpy, 90 ppm: 0.07 mpy, standard: 0.17 mpy. Result in pH 7, 30 ppm: 0.15 mpy, 60 ppm: 0.15 mpy, 90 ppm: 0.12 mpy, standard: 0.09 mpy. Compressive strength of the concrete in pH 3 at 28th days and 90th days, 30 ppm: 373.33 kg/cm2 and 477.78 kg/cm2, 60 ppm: 421.11 kg/cm2 and 454.44 kg/cm2, 90 ppm: 424.44 kg/cm2 and 431.11 kg/cm2, standard: 388.89 kg/cm2 and 395.56 kg/cm2. Result in pH 7 at 28th days and 90th days, 30 ppm; 370.00 kg/cm2 and 440.00 kg/cm2, 60 ppm: 396.11 kg/cm2 and 485.56 kg/cm2, 90 ppm: 422.22 kg/cm2 and 478.89 kg/cm2, standard: 416.67 kg/cm2 and 482.22 kg/cm2. From these results, it can be concluded that Na3PO4 12H2O inhibitor can be used in acid environment (pH 3) with 60 ppm concentration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Wiryo
Abstrak :
Pada jembatan, pilar biasa digunakan untuk menerima semua gaya yang diterima oleh jembatan dan menyalurkannya ke pondasi. Tentunya pilar ini juga yang akan menahan gaya apabila pada jembatan terjadi sebuah ledakan bom. Material dimodelkan nonlinear dengan program Drain-2DX. Untuk permodelannya, struktur dibagi menjadi segmen-segmen dan kemudian dibagi lagi menjadi fiber-fiber. Struktur diberi beban statik ekivalen secara bertahap sampai runtuh bam kemudian diberi gaya ledak yang besarnya sama dengan penambahan beban statik ekivalen sampai struktur tersebut runtuh. Untuk variabelnya diambil periode gaya ledak yang berbeda-beda. Analisa dilakukan pada regangan dan tegangan pada fiber-fiber untuk setiap periode pembebanan sesaat sebelum runtuh. Analisa juga dilakukan pada Iendutan yield, beban yield, beban runtuh, time history lendutan, kekakuan, dan daktilitas. Dari analisa ini diketahui bahwa peningkatan/penurunan kekakuan, daktilitas, dan beban runtuh dari pilar beton bertulang terhadap gaya Iedak sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara periode pembebanan dan periode struktur. Semakin kecil perbandingan antara peiode beban dan periode stuktur maka responnya semakin kecil sehingga beban dinamik yang bisa ditahan oleh struktur menjadi lebih besar, begitu juga sebaliknya apabila perbandingannya semakin besar maka responnya semakin besar dan beban dinamik yang dapat ditahan hanya sedikit bahkan bisa lebih kecil daripada beban statik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grajuantomo
Abstrak :
Meningkatnya luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan dengan pembangunan permukiman seperti halnya di perkotaan dapat mengakibatkan waktu berkumpulnya air menjadi jauh lebih pendek, sehingga akumulasi air hujan yang terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada. Dengan berkurangnya kesempatan air hujan berinfiltrasi ke dalam tanah, maka limpasan permukaan air hujan akan menimbulkan genangan bahkan banjir pun dapat terjadi pula. Dalam upaya mengantisipasi hal tersebut, maka diperlukan penerapan mengenai drainase permukiman yang berwawasan lingkungan, seperti pembuatan perkerasan beton lulus air (porous concrete), sebatas untuk konstruksi non structural seperti parkir kendaraan, trotoar, lapangan, dll. Cara membuat beton lulus air (porous concrete) semuanya tergantung pada adanya rongga udara dalam agregat atau pembentukan rongga udara dalam beton dengan faktor penting penyeragaman gradasi agregat yang digunakan. Perkembangan mutakhir yang menjanjikan saat ini adalah penggunaan abu terbang sepenuhnya sebagai pengganti semen portland lewat proses yang disebut polimerisasi anorganik (geopolimer). Kegunaan abu terbang pada sejumlah proyek infrastruktur selain lebih ramah lingkungan, mengurangi jumlah energi yang diperlukan karena berkurangnya pemakaian semen portland, lebih awet, lebih murah, dan bahan ini juga tetap menunjukkan perilaku mekanik yang memuaskan. Diharapkan dari pembuatan beton lulus air (porous concrete) ini selain dapat menyerap air dengan cepat juga memiliki kekuatan mekanik yang sama dengan beton pada umumnya. ......The increasing of vast region that covered by pavement with settlement development as does at urban affairs can cause time gather it water be much shorter, so that rainwater accumulation that gathered to exceed existing drainage capacity. With decrease it to chance rainwater infiltration into soil, so rain water level will evoke pool even flood even also can happen also. In the effort anticipate the mentioned, so need applications hits settlement drainage with vision of environment, like maker pavement concrete passes water, limit of for construction non structural like vehicle parking, trottoir, field, etc. manner makes concrete passes water all depend on air hole existence in aggregate or air hole formation in concrete with aggregate gradation standardization important factor that is used. Very latest development promise in this time fly ash use thoroughly in the place of cement portland via process that called inorganic polymerize (geopolymer). Fly ash use flies in amount of infrastructure project besides environment friendlier, decrease energy that need because decrease it cement use portland, durableer, cheaper, and this ingredient also permanent show mechanical behaviour. Supposed from concrete maker pass water this besides can absorb water swiftly has also mechanical strength equal to concrete in general.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35755
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melky Suryawijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur beton massa pada kedalaman 4 meter. Pengaruh temperatur yang diamati adalah temperatur puncak, perbedaan temperatur, dan tegangan. Pada umumnya, syarat batas temperatur puncak adalah 70 oC dan perbedaan temperatur ≥ 20 oC. Kondisi tersebut diterapkan untuk kondisi kelembapan dan temperatur di Eropa. Perbedaan temperatur yang terjadi tergantung dari pengendalian temperatur yang dilakukan. Temperatur puncak yang terjadi ± 77.75 oC. Temperatur puncak yang terjadi tergantung dari initial temperature dan mix design. Tegangan yang terjadi dipengaruhi oleh perubahan temperatur pada nodal. Perubahan temperatur yang ekstrim dapat menimbulkan teganan tarik yang melebihi kuat tarik raft foundation. Oleh karena itu diperlukan pengendalian temperatur permukan dan bagian yang terkena udara. Pengendalian dapat dilakukan dengan lapisan insulasi.
Abstract
This final report aims to investigate the effect of 4 meter thickness mass concrete temperature. The observed temperature influence is peak temperature, temperature difference, and stress. In general, the peak temperature boundary condition is 70 oC and temperature difference is higher than 20 oC. These situations apply to the conditions of humidity and temperature in Europe. Temperature difference that occurs depends on the temperature control that is done. Peak temperature occurs in average 77.75 oC. Peak temperature depends on the initial temperature and mix design of concrete. Stress that occurs is influenced by the changes in the nodal temperatures. Extreme temperature changes can cause maximum tension that exceeds the tensile strength of the raft foundation. Therefore, there is the need to control the surface temperature and the air exposed side. Temperature control can be done with a layer of insulation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43584
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Adinda Sesar
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perubahan temperatur yang terjadi pada beton massa dengan ketebalan 3 meter pada raft fondation Rasuna Tower. Parameter yang ditinjau dalam makalah ini adalah initial temperature, temperatur maksimal, perbedaan temperatur dan tegangan yang terjadi pada beton massa dengan ketebalan 3 meter. Batasan temperatur maksimum dan perbedaan temperatur yang diizinkan dengan mengacu pada kondisi ikim di Eropa berturutturut sebesar 70 °C dan 20 °C. Permasalahan yang harus dijawab dalam penulisan ini adalah apakah batasan nilai tersebut dapat diterapkan pada kondisi iklim di Indonesia. Analisa dilakukan dengan perbandingan pembacaan temperatur lapangan dengan metode PCA dan program MIDAS Gen 2011. Penelitian ini memberikan hasil temperatur maksimum yang terjadi sebesar 90 °C dan perbedaan temperatur maksimum yang terjadi sebesar 40 °C antara lapisan permukaan dengan ambient.
This thesis aims to analyze the temperature change of a 3 meter thick massconcrete on Rasuna Tower?s raft fondation. The observed aspects are the initial and peak temperature, the temperature difference and the stress °Ccurs on the 3 meter thick mass-concrete. Referring to Europe climate, the allowable peak temperature and temperature difference are 70°C and 20°C respectively. The problem is whether this condition is suitable to be applied in Indonesia?s climate. The analysis carried out by comparing temperature readings on field by PCA method and MIDAS Gen 2011 software. This study produced a value of 90°C as the peak temperature and 40°C for the maximum difference temperature.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43909
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>