Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Abstrak :
Latar belakang: Pengaruh paparan klorheksidin 0,2% dan povidone iodine 1% atau aplikasi CP 10% pada bulkfill lebih sedikit dibandingkan nanofill atau jenis resin komposit lainya. Padahal nanofill dan bulkfill banyak digunakan sebagai restorasi estetik gigi anterior dan posterior. Oleh karena itu, perlu diketahui kekerasan resin komposit nanofill dan bulkfill setelah paparan dengan obat kumur klorheksidin 0,2% dan povidone iodine 1% yang sesuai aturan pakai diikuti dengan aplikasi CP 10%. Tujuan: Menganalisa pengaruh pengaplikasian bleaching karbamid Peroksida 10% terhadap kekerasan resin komposit nanofill dan bulkfill setelah terpaparan obat kumur klorheksidin 0,2 % dan povidone iodine 1%. Metode: Spesimen resin komposit nanofill dan bulkfill (n=24) dibagi menjadi 4 kelompok, lalu direndam dalam obat kumur Klorheksidin 0,2 % (n=6) dan Povidone iodine 1% (n=6) selama 2 menit/hari dalam 14 hari. Kemudian dilakukan pengaplikasian bleaching Karbamid Peroksida 10% selama 4 jam/hari dalam 14 hari. Pengujian kekerasan dilakukan pada awal, setelah paparan obat kumur, dan setelah aplikasi bleaching. Hasil: Kekerasan resin komposit nanofill dan bulkfill di awal, setelah paparan obat kumur, dan setelah aplikasi karbamid peroksida 10% berbeda bermakna (p<0,05). Perbedaan bermakna juga ditemui antara kekerasan resin komposit nanofill dan bulkfill dengan paparan obat kumur yang sama (p<0,05). Pada resin komposit nanofill dan bulkfill yang terpapar obat kumur yang berbeda tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05). Kesimpulan: Resin komposit nanofill dan bulkfill mengalami penurunan kekerasan setelah diaplikasikan bleaching karbamid peroksida 10% yang terpapar obat kumur klorheksidin 0,2% dan povidone iodine 1%. ......Background: The effect of 0.2% chlorhexidine and 1% povidone iodine exposure or 10% CP application on bulkfill is less than nanofill or other types of composite resins. Whereas nanofill and bulkfill are widely used as aesthetic restorations for anterior and posterior teeth. Therefore, it is necessary to know the hardness of nanofill and bulkfill composite resins after exposure to 0.2% chlorhexidine and 1% povidone iodine mouthwash according to the instructions for use followed by 10% CP application. Objective: To analyze the effect of 10% carbamide peroxide bleaching application on the hardness of nanofill and bulkfill composite resins after 0.2% chlorhexidine and 1% povidone iodine exposure. Methods: The nanofill and bulkfill composite resin specimens (n=24) were divided into 4 groups, then immersed in 0.2% Chlorhexidine (n=6) and 1% Povidone iodine (n=6) for 2 minutes/day for 14 days. Then apply 10% Carbamide Peroxide bleach for 4 hours/day for 14 days. Hardness testing was carried out at baseline, after exposure to mouthwash, and after bleaching application. Results: The hardness of nanofill and bulkfill composite resins at baseline, after exposure to mouthwash, and after 10% carbamide peroxide application were significantly different (p<0.05). A significant difference was also found between the hardness of the nanofill and bulkfill composite resins with the same mouthwash exposure (p<0.05). There was no significant difference between nanofill and bulkfill composite resins exposed to different mouthwashes (p>0.05). Conclusion: The nanofill and bulkfill composite resins decreased in hardness after the application of 10% carbamide peroxide bleaching which exposed to 0.2% chlorhexidine and 1% povidone iodine.

Abstrak :
Latar belakang: Resin komposit nanofill dan bulkfill memiliki tampilan warna yang estetik. Warna resin komposit dapat berubah setelah dilakukan polimerisasi dengan light curing unit. Mode penyinaran pulsa yang memberikan suhu relatif rendah pada jaringan pulpa mulai dikembangkan sebagai alternatif penyinaran konvensional atau kontinu. Tujuan: Mengetahui pengaruh penyinaran mode kontinu dan pulsa terhadap perubahan warna resin komposit nanofill serta bulkfill. Metode: Penelitian eksperimental laboratorik menggunakan 24 spesimen resin komposit yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan terdiri dari 2 kelompok penyinaran (pulsa dan kontinu) dan 2 kelompok resin komposit (nanofill dan bulkfill). Spesimen berbentuk silindris dengan diameter 6 mm dan tebal 2 mm yang direndam dalam 5 ml akuades serta disimpan dalam inkubator 37˚C selama 24 jam setelah dilakukan penyinaran untuk menyelesaikan polimerisasi. Pengujian warna dilakukan sebelum dan setelah polimerisasi dengan penyinaran pada spesimen menggunakan Colorimeter sebanyak 3 kali pada sisi yang sama namun posisi berbeda lalu diambil rata-rata untuk merepresentasikan seluruh permukaannya. Hasil: ΔL*, Δa*, Δb* dan ΔE hasil penyinaran kontinu baik pada resin komposit nanofill maupun bulkfill berturut-turut berkisar -1,03 – 1,30, 0,98 – 1,78, 1,24 – 2,66, dan 2,05 – 3,37. Sebagai pembanding, resin komposit nanofill dan bulkfill menghasilkan ΔL*, Δa*, Δb*, dan ΔE masing-masing berkisar dari -1,08 – 1,16, 0,97 – 1,69, 1,30 – 2,66, dan 2,04 – 3,34. Uji statistik menggunakan Independent T-Test menunjukkan ΔL*,Δa*, Δb* dan ΔE resin komposit nanofill hasil penyinaran mode kontinu dan pulsa berbeda tidak bermakna (p>0,05). Perbedaan tidak bermakna turut pula ditemui pada ΔL*,Δa*, Δb*, dan ΔE resin komposit bulkfill hasil kedua penyinaran (p>0,05). Kesimpulan: Mode penyinaran kontinu dan pulsa menghasilkan ΔL*, Δa*, Δb*, dan ΔE resin komposit nanofill maupun bulkfill yang tidak berbeda signifikan.

---

Background: Nanofill and bulkfill composite resins have an aesthetic color that could changed due to light curing polymerization. Pulse-lighting mode developed as an alternative to conventional or continous one in order to reduce temperature change on dental pulp cells. Aims: To evaluate the influence of continous-lightning and pulse-lightning mode on the discoloration of nanofill and bulkfill composite resins. Methods: Twenty four composite resin specimens devided into 2 groups of lighting mode (continous and pulse) and 2 materials (nanofill and bulkfill), 6 mm in diameter and 2 mm in thick prepared, then immersed in 8mL of aquadest and keep 37˚C incubator for 24 hours post irradiation in order to completion of polymerization. Changes in color parameter were measured using CIEL*a*b* system before and after composite resin polymerization for each specimen. Data were analyzed using Independent T-Test (p<0,05). Result: The ranges of ΔL*, Δa*, Δb* dan ΔE after continous-lighting on nanofill and bulkfill were -1,03 – 1,30, 0,98 – 1,78, 1,24 – 2,66 dan 2,05 – 3,37 respectively. In comparison, ΔL*, Δa*, Δb* dan ΔE after pulse-lighting on nanofill and bulkfill were -1,08 – 1,16, 0,97 – 1,69, 1,30 – 2,66 dan 2,04 – 3,34 respectively. ΔL*,Δa*, Δb* dan ΔE of nanofill composite resin on continous-lighting compared to pulse on nanofill composite resin exhibited no significant difference (p>0,05). The same result also found in bulkfill composite resin cured with continous-lighting compared to the pulse-lighting (p>0,05). Conclusion: Discolorization of nanofill and bulkfill composite resin induced by continous-lighting and pulse-lighting did not exhibit significanct difference.

Abstrak :
Latar Belakang: Material restorasi yang paling berkembang pesat sampai saat ini adalah resin komposit. Resin komposit yang beredar di pasaran dan menurun klaim pabrik memiliki sifat estetika yang baik, mudah dimanipulasi, serta dapat dipakai secara universal adalah Resin Komposit Supra-Nano Palfique Universal Flow. Suatu material restorasi harus mengalami polimerisasi yang adekuat agar menghasilkan sifat fisik, kimia, mekanik, dan biologis yang optimal. Sifat kekerasan mikro dan depth of cure material dapat menjadi indikator seberapa baik polimerisasi suatu material. Pada keadaan klinis, anatomi gigi dapat menghalangi sinar untuk berada tepat di atas permukaan restorasi sehingga jarak dan durasi penyinaran memengaruhi kekerasan mikro dan depth of cure resin komposit. Tujuan: Menganalisis pengaruh jarak dan durasi penyinaran terhadap kekerasan mikro dan depth of cure Resin Komposit Supra-Nano Palfique Universal Flow. Metode: Tiga puluh spesimen Resin Komposit Supra-Nano Palfique Universal Flow berbentuk silinder berdiameter 6 mm dan tinggi 2 mm dipersiapkan untuk penelitian ini. Spesimen terbagi menjadi 6 kelompok berdasarkan jarak penyinaran (0,3, dan 6 mm) dan durasi penyinaran (10 dan 15 detik) yang disinari light curing unit dengan iradiansi 1050 mW/cm2. Uji kekerasan dilakukan pada permukaan atas spesimen, dan diuji juga kekerasan pada permukaan bawah spesimen untuk menghitung depth of cure (DoC). DoC dihitung dengan menggunakan metode bottom/top hardness ratio (%). Data dianalisis menggunakan uji statistik One-way ANOVA dan Independent Sample T-test. Hasil: Kekerasan mikro dan DoC semakin tinggi pada jarak yang semakin dekat baik pada durasi 10 maupun 15 detik. Nilai kekerasan mikro dan DoC pada durasi penyinaran 15 detik lebih tinggi dibandingkan durasi penyinaran 10 detik pada jarak yang sama secara signifikan (p<0.05). DoC > 80% hanya didapatkan pada kelompok dengan jarak penyinaran 0 mm dengan durasi penyinaran 10 dan 15 detik yaitu 81,44 ± 0,02% dan 92,64 ± 0,01% secara berurutan, serta pada kelompok dengan jarak penyinaran 3 mm dan durasi penyinaran 15 detik, yaitu 88,78 ± 0,02%. Kesimpulan: Semakin dekat jarak penyinaran dan semakin lama durasi penyinaran, maka kekerasan mikro dan DoC akan semakin tinggi. ......Background: The most rapidly developing restoration material to date is composite resin. The composite resin on the market and according to manufacturer claims has good aesthetic properties, is easy to manipulate and can be used universally is Palfique Universal Flow Supra-Nano Composite Resin. A material restoration must have an adequate polymerization to produce optimal physical, chemical, mechanical, and biological properties. The microhardness and depth of cure properties of a material can be an indicators of how well a material is polymerized. In clinical situations, anatomical teeth can prevent light from being directly above the surface of the restoration so that the distance and duration of light-curing affect the microhardness and depth of cure of the composite resin. Objective: To analyze the effect of light-curing distance and duration on the microhardness and depth of cure of Supra-Nano Palfique Universal Flow Composite Resin. Methods: Thirty specimens of Palfique Universal Flow Supra-Nano Composite Resin in a cylindrical shape with a diameter of 6 mm and a height of 2 mm were prepared for this study. Specimens were divided into 6 groups based on the light-curing distance (0,3, and 6 mm) and duration (10 and 15 seconds) which were exposed to a light curing unit with an irradiance of 1050 mW/cm2. The hardness test was on the top surface of the specimen, and hardness was also tested on the bottom surface of the specimen to calculate the depth of cure (DoC). DoC was calculated using the bottom/top hardness ratio (%) method. Data was analyzed statistically by One-way ANOVA and Independent Sample T-test. Results: Microhardness and DoC were higher at closer light-curing distances for both 10 and 15 seconds. Microhardness and DoC values at a light-curing duration of 15 seconds were significantly higher than at a duration of 10 seconds at the same distance (p<0.05). DoC > 80% was only obtained in the group with a light-curing distance of 0 mm with a duration of 10 and 15 seconds, that is 81.44 ± 0.02% and 92.64 ± 0.01% respectively, and 88.78 ± 0.02% in the group with a light-curing distance of 3 mm and a duration of 15 seconds. Conclusion: The closer the light-curing distance and the longer the light-curing duration, the higher the microhardness and DoC.

Abstrak :
Latar Belakang: Material restorasi yang paling berkembang pesat sampai saat ini adalah resin komposit. Resin komposit yang beredar di pasaran dan menurun klaim pabrik memiliki sifat estetika yang baik, mudah dimanipulasi, serta dapat dipakai secara universal adalah Resin Komposit Supra-Nano Palfique Universal Flow. Suatu material restorasi harus mengalami polimerisasi yang adekuat agar menghasilkan sifat fisik, kimia, mekanik, dan biologis yang optimal. Sifat kekerasan mikro dan depth of cure material dapat menjadi indikator seberapa baik polimerisasi suatu material. Pada keadaan klinis, anatomi gigi dapat menghalangi sinar untuk berada tepat di atas permukaan restorasi sehingga jarak dan durasi penyinaran memengaruhi kekerasan mikro dan depth of cure resin komposit. Tujuan: Menganalisis pengaruh jarak dan durasi penyinaran terhadap kekerasan mikro dan depth of cure Resin Komposit Supra-Nano Palfique Universal Flow. Metode: Tiga puluh spesimen Resin Komposit Supra-Nano Palfique Universal Flow berbentuk silinder berdiameter 6 mm dan tinggi 2 mm dipersiapkan untuk penelitian ini. Spesimen terbagi menjadi 6 kelompok berdasarkan jarak penyinaran (0,3, dan 6 mm) dan durasi penyinaran (10 dan 15 detik) yang disinari light curing unit dengan iradiansi 1050 mW/cm2. Uji kekerasan dilakukan pada permukaan atas spesimen, dan diuji juga kekerasan pada permukaan bawah spesimen untuk menghitung depth of cure (DoC). DoC dihitung dengan menggunakan metode bottom/top hardness ratio (%). Data dianalisis menggunakan uji statistik One-way ANOVA dan Independent Sample T-test. Hasil: Kekerasan mikro dan DoC semakin tinggi pada jarak yang semakin dekat baik pada durasi 10 maupun 15 detik. Nilai kekerasan mikro dan DoC pada durasi penyinaran 15 detik lebih tinggi dibandingkan durasi penyinaran 10 detik pada jarak yang sama secara signifikan (p<0.05). DoC > 80% hanya didapatkan pada kelompok dengan jarak penyinaran 0 mm dengan durasi penyinaran 10 dan 15 detik yaitu 81,44 ± 0,02% dan 92,64 ± 0,01% secara berurutan, serta pada kelompok dengan jarak penyinaran 3 mm dan durasi penyinaran 15 detik, yaitu 88,78 ± 0,02%. Kesimpulan: Semakin dekat jarak penyinaran dan semakin lama durasi penyinaran, maka kekerasan mikro dan DoC akan semakin tinggi. ......Background: The most rapidly developing restoration material to date is composite resin. The composite resin on the market and according to manufacturer claims has good aesthetic properties, is easy to manipulate and can be used universally is Palfique Universal Flow Supra-Nano Composite Resin. A material restoration must have an adequate polymerization to produce optimal physical, chemical, mechanical, and biological properties. The microhardness and depth of cure properties of a material can be an indicators of how well a material is polymerized. In clinical situations, anatomical teeth can prevent light from being directly above the surface of the restoration so that the distance and duration of light-curing affect the microhardness and depth of cure of the composite resin. Objective: To analyze the effect of light-curing distance and duration on the microhardness and depth of cure of Supra-Nano Palfique Universal Flow Composite Resin. Methods: Thirty specimens of Palfique Universal Flow Supra-Nano Composite Resin in a cylindrical shape with a diameter of 6 mm and a height of 2 mm were prepared for this study. Specimens were divided into 6 groups based on the light-curing distance (0,3, and 6 mm) and duration (10 and 15 seconds) which were exposed to a light curing unit with an irradiance of 1050 mW/cm2. The hardness test was on the top surface of the specimen, and hardness was also tested on the bottom surface of the specimen to calculate the depth of cure (DoC). DoC was calculated using the bottom/top hardness ratio (%) method. Data was analyzed statistically by One-way ANOVA and Independent Sample T-test. Results: Microhardness and DoC were higher at closer light-curing distances for both 10 and 15 seconds. Microhardness and DoC values at a light-curing duration of 15 seconds were significantly higher than at a duration of 10 seconds at the same distance (p<0.05). DoC > 80% was only obtained in the group with a light-curing distance of 0 mm with a duration of 10 and 15 seconds, that is 81.44 ± 0.02% and 92.64 ± 0.01% respectively, and 88.78 ± 0.02% in the group with a light-curing distance of 3 mm and a duration of 15 seconds. Conclusion: The closer the light-curing distance and the longer the light-curing duration, the higher the microhardness and DoC.