Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Kusuma
"Dalam sebuah persaingan bisnis intemasional diperlukan adanya strategi khusus dalam menghadapi para kompetitor. Terutama bila sebuah perusahaan masih berperan sebagai perusahaan pengikut yang harus terus mengejar pemlmpin pasar untuk peningkatan usaha. Salah satu ciri dari perusahaan pengikut adalah rendahnya finasial yang dlmiliki, serta kecilnya pangsa pasar mereka.
Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan Jepang yang pernah mengalami kehancuran tepatnya setelah Perang Dunla II melakukan strategi bersaing untuk merebut pangsa pasar, dan salah satunya adalah strategi yokonarabi.
Strategi ini adalah strategi meniru produk dan teknologi milik pemimpin pasar, yaitu perusahaan-perusahaan dari negara Barat, untuk kemudian produk dan teknologl tersebut terus dikembangkan secara bertahap menjadi produk yang lebih unggul dari produk yang ditiru.
Strategi ini sesuai dengan karakter perusahaan Jepang, ditinjau dari kebudayaan, sejarah, dan agama bangsa, serta sistem ekonomi dan industri Jepang dimulai sejak Restorasi Meiji. Pada akhirnya strategi ini merupakan salah satu strategi yang mampu meningkatkan pertumbuhan perindustrran dan perekonomian Jepang dengan sangat pesat, khususnya pada tahun 1970an.

In today global business competition, every company should has their best strategy to deal with competitors, especially when they perform as follower in the market share, that they must have strong competitive advantage compare to their market leader.
One characteristic of a follower is lack of finance and market share. Therefore when many Japanese companies suffered after the loss in World War II, they applied many competition strategies to achieve more market share in the international business, one of these strategies called yokonarabi strategy.
Yokonarabi strategy is an action to copy or imitate competitor's products and technologies, especially competitors from West countries. Then, the Japanese develop continuously their tmltation product into new high technology products, which much more advance than products that they copied.
This strategy is actually has an equal character with Japanese company's characteristic, related to the nation's culture, history, and religion, along with their modern economic and industrial system, which has began since Meiji Restoration. As the result, this strategy has helped Japan to increase their industrial and economic growth, especrany in 1970's.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nawiyanto
"ABSTRAK
In the Indonesian historiography, the contest for market between the Chinese and indigenous traders has long attracted
much scholarly attention, however this issue was actually only part of the story. This article seeks to elaborate the
Japanese and Chinese import trade competition in Java during the 1930s depression. Drawing upon both primary and
secondary historical materials, it is argued that instead of creating a time of hardships, the crisis
paved the way for
Japan?s import trade expansion. Benefiting from the
creation of large market for cheap products among
the customers in
Java suffering from a decline in purchasing power and their owned trade networks, a great number of Japan products
will soon controlle the market. The Chinese found that their well-established economic position was seriously
threatened. Although Japan?s fast rising market domination was eventually removed, it was due to the changing of the
socio-political environment that created major obstacles for the Japanese to maintain its position, rather than that of the
responses of the Chinese traders."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI; Universitas Jember. Fakultas Sastra, Universitas Jember. Fakultas Sastra], 2009
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanto Sastrowiranu
"Jepang dan negara-negara Asia Tenggara bukanlah merupakan partner kerjasama yang baru karena Jepang dan ASEAN sudah memulai hubungan kerjasama formal pada tahun 1977. Kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah yang tidak hanya penting bagi Jepang karena memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan oleh perindustrian Jepang, namun, secara geostrategis kawasan tersebut juga penting bagi Jepang. Pentingnya kawasan Asia Tenggara bagi Jepang dapat terlihat dari upaya sistematis Jepang dalam membangun hubungan yang erat dengan ASEAN. Semenjak tahun 1977 hingga 2004, Jepang telah menjalankan tiga Doktrin untuk menjalin hubungan dengan ASEAN, yakni Doktrin Fukuda, Takeshita, dan Hashimoto, yang kesemuanya menekankan arti pentingnya hubungan yang erat antara Jepang dengan ASEAN.
Berbeda dengan Jepang, China secara umum baru melakukan normalisasi hubungan dengan negara-negara ASEAN di awal tahun 1990-an. Namun, ada setidaknya tiga hal yang menarik mengenai China yang relevan unluk disebutkan dalam penelitian ini. Pertama, patut diamati bagaimana China mengalarni kemajuan perekonomian yang cukup tinggi, terutama semenjak awal dekade 90-an. Kedua, semenjak dijadikan full dialog partner oleh ASEAN pada tahun 1996, China menjalankan diplomasi yang aktif untuk dapat menjalin hubungan dengan ASEAN. Yang ketiga berkaitan dengan pembentukan forum kerjasama regional yang lebih intens yang melibatkan China, Jepang, Korea Selatan dan ASEAN, yakni East Asia Summit (EAS). Ketiga hal tersebut signifikan untuk disebutkan dalam karena tulisan ini akan menganalisa bagaimana ?faktor China? mempengaruhi kebijakan luar negeri Jepang di kawasan ASEAN EAS pertama yang diselenggarakan di Malaysia pada tahun 2005 menjadi penting bagi Jepang dan China karena pada forum inilah masa depan regionalisme di kawasan Asia Timur/Tenggara direncanakan. Pentingnya EAS dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana Jepang dan China bersaing untuk menjadi kekuatan nomor satu di kawasan.
Dengan laju pertumbuhan seperti sekarang ini, China berpotensi untuk menyaingi peran dan posisi tradisional Jepang di kawasan Asia Tenggara, terlebih lagi dengan adanya stagnasi ekonomi yang sedang dialami oleh Jepang dalam beberapa tahun belakangan ini. Oleh sebab itu, penting bagi Jepang untuk berupaya membendung "The China Threat? tersebut. Pada dasarnya, Tesis ini akan menganalisis dua hal. Pertama, akan diteliti kepentingan-kepentingan signifikan apa yang menjadi latar belakang dan membuat Jepang merasa perlu melihat China dalam dua dekade belakangan ini sebagai sebuah ancaman. Yang kedua, akan diteliti bagaimana Jepang berupaya untuk mengantisipasi peningkatan derajat "the China Threat? di masa depan melalui forum EAC."
2007
T22897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library