Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gina Insyira
"Untuk go public dan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia maka perusahaan harus melakukan penawaran umum di pasar perdana melalui proses Initial Public Offering (IPO). Proses IPO ini terkadang dapat memakan waktu lama karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan serta proses administrasi yang berbelit-belit, dan biaya yang cukup mahal. Agar perusahaan dapat terhindar dari proses IPO yang memakan waktu lama, berbelit-belit, dan biaya pelaksanaan yang cukup besar, terdapat alternatif lain bagi perusahaan untuk go public yaitu melalui proses back door listing atau reverse takeover. Reverse takeover merupakan salah satu alternatif untuk go public dimana perusahaan tertutup diakuisisi perusahaan terbuka dengan tujuan untuk melakukan pendaftaran saham tanpa melalui penawaran umum.
Penelitian ini menganalisis mengenai karakteristik dan kinerja perusahaan pelaku reverse takeover dan membandingkannya dengan karateristik dan kinerja perusahaan pelaku initial public offering. Pada penelitian ini akan terlihat apakah perusahaan pelaku reverse takeover memiliki kinerja yang lebih baik daripada kinerja perusahaan pelaku initial public offering atau tidak. Dalam penelitian ini terlihat bahwa perusahaan reverse takeover cenderung memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah, kurang menguntungkan (less profitable), berisiko besar untuk bangkrut, tingkat pertumbuhan yang rendah dan cenderung mengalami overvalued setahun setelah menjadi perusahaan publik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hersye Nurauliawati
"Selama ini pengukuran kinerja suatu perusahaan diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama periode tertentu. Pengukuran dengan rasio keuangan sangat bergantung kepada metode akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan sehingga kinerja perusahaan terlihat meningkat walaupun keadaan sebenarnya menunjukkan sebaliknya. Dengan penerapan metode Economic Value Added (EVA) kinerja perusahaan yang sesungguhnya dapat terlihat. EVA mengukur kinerja perusahaan berdasarkan besar kecilnya nilai tambah yang diciptakan atas modal yang tersedia selama periode tertentu. Besar kecilnya nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dapat mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi kepada perusahaan tersebut.

All this time, performance measurement of a company is based on financial ratio within certain period. Measuring with financial ratio is heavily dependent on accounting methods put into practice when composing company?s financial report therefore company?s performance seems to increase although the real condition shows the opposite. By practicing Economic Value Added (EVA) methodology, the real company performance will be visible. EVA measures the company performance based on amount of added value created on top of available capital within certain period of time. The amount of added value gained by a company is effecting investor attraction to invest in that company."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28116
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizna Citra Pertiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari struktur jajaran direksi dan dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan. Variabel dependen adalah ROA dan Tobin's q sedangkan variabel independen adalah ukuran jajaran direksi, keberadaan direktur wanita, ukuran dewan komisaris, presentase komisaris independen, lama direktur menjabat, jumlah rapat, leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan lama listing. Penelitian ini membuktikan ukuran jajaran direksi mempunyai hubungan positif terhadap kinerja perusahaan baik segi keuangan (ROA), maupun dari segi pasar (Tobin's q). Keberadaan direktur wanita tidak mempunyai hubungan terhadap kinerja perusahan baik segi keuangan (ROA), maupun dari segi pasar(Tobin's q). Ukuran dewan komisaris tidak mempunyai hubungan terhadap kinerja perusahan dari segi keuangan (ROA) dan mempunyai hubungan positif terhadap kinerja perusahan dari segi pasar (Tobin'sq). Komisaris independen tidak mempunyai hubungan terhadap kinerja perusahan baik segi keuangan (ROA), maupun dari segi pasar(Tobin's q).

The aim of this research is to examine the relationship of the Board of Director and Board of Commissioner's structure towards the company's performance. Dependence variable are ROA and Tobin's q, whereas independence variable are size of Board of Direction, presence female directors, size of Board of Commissioner, president director tenure, number board meetings, leverage, firm age, size of the company, and years listing. This research proof that size of the board of director gives positive relationship towards company's performance both in financial terms (ROA) and market value (Tobin's Q). There is no relationship between presence of female director with company's performance both in financial terms (ROA) and market value (Tobin's Q). There is no relationship between size of board of commissioner with company's performance in financial terms (ROA) and have a positive relationship towards company's performance and market value (Tobin's Q). There is no relationship between independent commissioner with company's performance both in financial terms (ROA) and market terms (Tobin's Q).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Husnah
"Tesis ini bertujuan untuk meneliti hubungan variabel Corporate Governance Index (CGI), ukuran dewan, dan komisaris independen, dengan kinerja perusahan. Kinerja perusahaan menggunakan Return on Equity (ROE) sebagai proxy kinerja akuntansi dan Price to Book Value (PBV) sebagai proxy kinerja pasar. Kinerja diukur pada tahun yang sama dan satu tahun ke depan. Sampel diambil dari 203 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004 – 2006. Model yang digunakan adalah model regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan CGI berhubungan positif dengan kinerja perusahaan, ukuran dewan direksi tidak berhubungan signifikan dengan kinerja perusahaan, ukuran dewan komisaris berhubungan non linier concave terhadap PBV tahun berjalan maupun satu tahun berikutnya dan komisaris independen tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja, kecuali dengan ROE satu tahun berikutnya mempunyai hubungan negatif signifikan.

The purpose of this thesis is to exam the relationship of Corporate Governance Index (CGI), board of directors size, board of commissioners size and independent commisioner, with firm performance. Firm performance used are return on equity (ROE) as a proxy for accounting performance and Price to Book Value (PBV) as a proxy for market performance. Performance is measured at the same year and one-year ahead. Samples taken from the 203 companies listed in Indonesia Stock Exchange for the years 2004 - 2006. The model used is multiple regression model. The test results show that the CGI is positively associated with firm performance, size of the board of directors has not significant relationship to firm performance, size of the board of commissioners is related non-linear concave towards current year PBV and one next year PBV, and the independent commissioner has no significant relationship with firm performance, except it has a significant negative relationship with ROE one-year."
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Silvi Syah Putri
"The purpose of this thesis is to map the readiness of Indonesian companies that is represented by the manufacturing companies to adopt the Global Reporting Initiatives 2006 by conducting a content analysis on the 2005 companies? annual report. Based on the content analysis performed, we conclude that there is a pattern of CSR disclosures among companies observed. Companies that are classified as members of such industries tend to have different focus of CSR activities and disclosures in their annual report compare to companies of the other industries, the more sensitive the industry that one company is grouped in, the higher the disclosures of CSR activities of the company. We also found that the bigger the size of a company and group companies tend to have more disclosures on CSR activities in their annual report. We found that companies with strong financial stability tend to have more disclosures on CSR activities compare to ones that are weaker financially. The second purpose of this thesis is to examine how corporate social performance disclosure affects the profitability performance of manufacturing companies in Indonesia. The corporate social performance index used is designed and created through conducting a content analysis. This thesis use ROA (Return on Asset), ROS (Return on Sales), and ROE (Return on Equity) to measure profitability performance of manufacturing companies in year 2005. There are 97 samples taken from 146 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2005. The findings are corporate social performance positively affects the profitability performance of manufacturing companies and research and development activities do not neutralize the relation between CSP and firm performance. These suggest that, although important, research and development is not an effective tool to improve the performance of manufacturing companies. This thesis also documents evidence proving that size give insignificant effect on the level of corporate social performance that disclosed by the manufacturing companies. This means that size gives indifferent effect on CSP."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wininda Noorhallima Apriyanti
"Penerapan good corporate governance diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan, baik dari sisi profitabilitas, maupun penilaian pasar atas perusahaan. Adapun dalam penelitian ini, faktor dari good corporate governance yang dianalisis hubungannya dengan kinerja perusahaan adalah komisaris independen, komite audit, auditor eksternal, dan kepemilikan asing sebagai proxy dari penerapan corporate governance. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang berasal dari lima industri (semua industri, kecuali industri perbankan dan keuangan) yang tercatat di BEI untuk periode tahun 2006, sebanyak 146 perusahaan. Dengan regresi linear menggunakan SPSS 15.0, diperoleh hasil bahwa komisaris independen hanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pasar, tapi tidak berpengaruh terhadap kinerja profitabilitas. Komite audit mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pasar, namun tidak pada kinerja profitabilitas perusahaan. Auditor eksternal memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja profitabilitas, tetapi tidak terhadap kinerja pasar. Sedangkan kepemilikan asing, tidak terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, baik kinerja profitabilitas, maupun kinerja pasar. Berdasarkan penelitian ini, agar hasil penelitian dapat digeneralisasi, sebaiknya penelitian selanjutnya memperluas periode penelitian dengan metode pooling (kombinasi antara cross-section dengan time-series). Kemudian, sebaiknya penelitian selanjutnya menambahkan faktor-faktor corporate governance yang lain selain keempat faktor corporate governance yang telah digunakan. Selain itu, penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan pengukuran implementasi faktor-faktor corporate governance yang lebih konsisten.
Based on previous research, good corporate governance implementation is expected to increase firm performance, both profitability performance, and also market performance. In this research, we use four factors of corporate governance that will be analyzed as proxies for the good corporate governance implementation, which are independent commissioner, audit committee, external auditor, and foreign ownership. We relate corporate governance factors to profitability performance as represented by return on assets and market performance as represented by price to book value by using data provided of 146 companies coming from five industries (all industries, except banking and financial industry) listed in BEI in 2006. Consistent with the model, we find that independent commissioner has positive and significant influence to market performance, but not to profitability performance. Audit committee has positive and significant influence to market performance, but not to profitability performance. External auditor has positive and significant influence to profitability performance, but not to market performance. Meanwhile, foreign ownership doesn?t have significant influence to both profitability and market performance. Our results reveal that not all corporate governance factors are closely linked to firm performance. For further research, to get the research result that can be generalized, firstly this paper suggests to widen the research period, by using pooling method (combination between cross-section and time series). Second, next research should also include any corporate governance factors other than the four existing factors. Third, next research should use consistent measurement to measure all corporate governance factors implementation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ari Praptomo
"Alat bantu dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan kini semakin menyentuh aspek stratejik dan operasional perusahaan. Apabila sebelumnya kinerja perusahaan hanya diukur berdasarkan tingkat pengembalian dari aset yang berbentuk tangible, kini perusahaan harus lebih berfokus untuk melihat aset intangible mereka sebagai keunggulan kompetitif yang tidak mudah ditiru dan menjadi kunci operasional mereka. Brand equity sebagai sebuah konsep, adalah aset intangible dan intelectual capital yang dapat dijadikan keunggulan kompetitif tersebut. Bagaimana metode pengukuran kinerja brand, nilai moneter yang dihasilkan, hingga risiko investasi terhadap brand adalah sesuatu yang terus dikembangkan dan menjadi perhatian para manajemen, pemegang saham, bahkan masyarakat dan pemerintah. Diharapkan dengan adanya sebuah metode yang mengintegrasikan aspek keuangan (dalam hal ini dengan menggunakan metode SVA) dengan pemasaran (dalam hal ini dilakukan survei terhadap persepsi konsumen dan infrastruktur pembentuk brand equity) dalam pengukuran kinerja dan penciptaan nilai tersebut, akan membantu pihak-pihak yang menaruh kepentingan pada brand yang diukur dalam membuat keputusan dan memberi insight berharga di masa depan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menik Handayani
"Dalam sebuah mekanisme pasar, perusahan melakukan tindakan-tindakan, baik aksi maupun respon untuk mempertahankan posisi perusahaan atau mendapatkan target pasar baru. Perilaku aksi dan respon tersebut dilakukan berdasarkan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh setiap perusahaan. Seiring dengan pertumbuhan industri telekomunikasi yang semakin pesat dan kompetitif, penelitian ini mengkaji bagaimana perusahaan operator telekomunikasi besar dan kecil melakukan aksi dan respon. Penelitian ini juga akan melihat hubungan dari aksi dan respon tersebut dengan kinerja perusahaan.
Unit analisis dari penelitian ini adalah perilaku perusahaan yang bersifat tactical marketing. Metode pengumpulan data adalah observasi dengan teknik content analysis melalui data sekunder. Analisis data dilakukan dengan uji Mannwhitney untuk melihat perbedaan dan uji Kendalls tau? untuk melihat hubungan. Hasil penelitian menunjukkan, aksi dan respon yang dilakukan oleh perusahaan operator telekomunikasi besar dan kecil sangat reaktif. Perilaku yang reaktif berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, dimana hasil uji menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aksi dan respon dengan kinerja perusahaan. Berdasarkan temuan peneliti, adanya perilaku yang reaktif ini disebabkan oleh the nature of product yang ditawarkan, adanya potensial market, dan adanya struktur pasar oligopoli dalam industri telekomunikasi di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
6021
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Prasetya
"Obligasi syariah telah berkembang sejak dua dekade terakhir ini. Berbagai pendapat dan usaha telah dilakukan dan dikemukakan untuk membuat instrumen pembiayaan yang dapat diterima sesuai syariat Islam, salah satunya adalah obligasi syariah (sukuk) ijarah. Banyak seminar dan diskusi telah dilakukan untuk membahas mengenai penerbitan obligasi syariah yang dapat membawa dampak yang positif, baik bagi perusahaan emiten maupun investor. Penelitian ini mengkaji mengenai kinerja perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah ijarah, khususnya di Indonesia selama periode 2003-2007. Penelitian ini juga ditujukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rasio keuangan perusahaan sebelum dan setelah penerbitan yang dicerminkan melalui Current Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, dan Debt to Total Asset Ratio. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan kuartalan beberapa perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah ijarah dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Untuk menguji perbedaan kinerja, digunakan t test melalui regresi dengan dummy variable. Hasilnya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada current ratio, return on asset, dan debt to total asset ratio. Sedangkan pada rasio total asset turnover terdapat
perbedaan kinerja yang signifikan antara sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah selama periode 2003-2007."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S26373
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Cinditya Mutiara Kusuma
"Skripsi ini mencoba membuktikan keefektifan privatisasi dengan metode penjualan saham dalam meningkatkan kinerja BUMN. Skripsi ini juga ingin membuktikan kebenaran teori Stackelberg First-Mover Advantage dalam kasus privatisasi, dimana BUMN yang melakukan privatisasi lebih awal diharapkan akan memiliki kinerja lebih baik dibandingkan BUMN yang melakukan privatisasi belakangan. Sampel yang digunakan adalah 12 BUMN yang melakukan privatisasi pada periode 1991-2003, dengan metode Pooled Least Square Regression untuk analisis regresi dan Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon untuk analisis deskriptif. Indikator yang digunakan dalam menganalisis perubahan kinerja sebelum dan setelah privatisasi adalah profitabilitas, efisiensi, output, jumlah tenaga kerja, dan rasio hutang (leverage). Sementara indikator yang digunakan untuk menganalisis kebenaran teori Stackelberg First-Mover Advantage adalah profitabilitas, rasio hutang, dan intensitas tenaga kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses privatisasi dengan metode penjualan saham BUMN di Indonesia tidak terbukti secara signifikan mampu meningkatkan kinerja BUMN dalam hal profitabilitas, efisiensi operasional, dan jumlah tenaga kerja; namun terbukti secara signifikan mampu meningkatkan output BUMN dan mengurangi rasio hutang BUMN. Sementara teori Stackelberg First-Mover Advantage mampu dibuktikan kebenarannya dimana BUMN yang melakukan privatisasi lebih awal akan memiliki kinerja lebih baik dilihat dari indikator profitabilitas yang lebih tinggi dan rasio hutang yang lebih rendah dibandingkan dengan BUMN yang melakukan privatisasi belakangan. Namun teori tersebut tidak terbukti kebenarannya pada kinerja BUMN jika dilihat dari indikator intensitas tenaga kerja.

The focus of this study is to prove the effect of share issue privatization on the performance of State Owned Enterprises (SOE?s). This study also wants to prove the truth of Stackelberg First-Mover Advantage theory in privatization cases, where SOE?s who did privatization earlier will gain better performances than SOE?s that did privatization lately. This study use 12 SOE?s as the sample in 1991-2003 period, with Pooled Least Square Regression method for regression analysis and Wilcoxon Sign Rank Test for descriptive analysis. The indicators used to analise performance changes before and after privatization are profitability, efficiency, output, employment number, and leverage. Meanwhile, the indicators used to analise the truth of Stackelberg First-Mover Advantage theory are profitability, leverage, and labor intensity.
The result of this study show that share issue privatization is not significantly affect the performance of SOE?s in Indonesia from the the profitability, operational efficiency, and employment number but significantly increase SOE?s output and decrease SOE?s leverage. Meanwhile, the truth of Stackelberg First-Mover Advantage theory can be proven where SOE?s that did earlier privatization will have better performance that is higher profitability and lower leverage than SOE?s that did privatization lately. But this theory can not be proven in SOE?s performance from labor intensity indicator.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>