Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vika Rachma Sari
"Kolaborasi interprofesional merupakan hal penting dalam pelayanan perawatan. Stereotip dianggap sebagai hambatan dalam penerapan kolaborasi interprofesional. Artikel ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan stereotip terhadap implementasi kolaborasi tenaga kesehatan di RSUD Pasar Rebo. Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif analitik cross sectional. Responden penelitian ini yaitu dokter, perawat, ahli gizi, dan farmasis (N=88). Sampel penelitian diambil dengan cara stratified random sampling. Penelitian menggunakan Student Stereotypes Rating Questionnaire (SSRQ) dan Assessment of Interprofessional Team Collaboration Scale (AITCS) sebagai instrumen penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara stereotip terhadap implementasi kolaborasi tenaga kesehatan (p=0.009; α=0.05). Analisis bivariat menunjukkan stereotip kategorik rendah berdasarkan 9 poin yang ada di SSRQ dan implementasi kolaborasi buruk berdasarkan partnership/shared decision making, coorperation, dan coordination mendominasi. Rekomendasi penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, mengupayakan meningkatkan hubungan interpersonal dengan tenaga kesehatan lainnya melalui pendekatan pemahaman peran masing-masing tenaga kesehatan dan memfasilitasi upaya tersebut merupakan hal yang penting.

Interprofessional collaboration is essential in healthcare. Stereotype are considered as barrier for interprofessional collaboration practice. This aim of this article is to prove the significant correlation between stereotype and interprofessional collaboration practice in RSUD Pasar Rebo. Cross sectional analytical was used in this study. Participants were healthcare provider which consist of physician, nurse, pharmacy, and dietitian in RSUD Pasar Rebo (N=88). This study used Student Stereotypes Rating Questionnaire (SSRQ) and Assessment of Interprofessional Team Collaboration Scale (AITCS) as its instrument. Sample were taken by stratified random sampling.
This study showed there is correlation between stereotype with interprofessional collaboration practice (p=0.009; α=0.05). The result of bivariate analysis showed that low stereotype based on 9 point in SSRQ and bad implementation interprofessional collaboration based on partnership/shared decision making, cooperation, and coordination dominates. Based on result, to do other research is needed, the effort to do more in interpersonal relationship with understanding of each role member team, and facilitate this effort is important.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Adiyarianni
"Latar Belakang :
Kanker serviks adalah kanker kedua terbanyak yang menyerang wanita di Indonesia, dengan cakupan skrining yang masih rendah dibandingkan target yang ditetapkan oleh WHO. Kader kesehatan berperan penting dalam meningkatkan cakupan skrining, namun peran dan hambatan yang mereka hadapi masih perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Metode :
Penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain potong lintang yang dilakukan di Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, selama September 2023 – Juli 2024. Subjek penelitian melibatkan kader kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan dan perempuan usia subur yang melakukan dan tidak melakukan skrining kanker serviks. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil:
Sebanyak 30 kader kesehatan berpartisipasi dalam penelitian ini, mayoritas berpendidikan SMA, berusia produktif, dan aktif dalam kegiatan PKK. Setelah pelatihan oleh Female Cancer Program (FCP), cakupan skrining kanker serviks meningkat dari 5,28% menjadi 42%. Alasan utama perempuan usia subur bersedia melakukan skrining adalah edukasi dari kader dan dukungan keluarga, sedangkan hambatan utama adalah ketakutan terhadap hasil skrining dan kurangnya informasi.
Kesimpulan:
Kader kesehatan memiliki peran signifikan dalam meningkatkan cakupan skrining kanker serviks di Kelurahan Cipinang Melayu. Pelatihan yang terstruktur dan dukungan yang berkelanjutan sangat penting untuk memaksimalkan peran mereka dalam program pencegahan kanker serviks.

Background:
Cervical cancer ranks as the second most common cancer affecting women in Indonesia, with screening coverage falling below the WHO target. Health cadres play a pivotal role in improving screening coverage, but their contributions and the challenges they face require further investigation.
Methods:
This descriptive cross-sectional study was conducted in Cipinang Melayu, East Jakarta, from September 2023 to July 2024. The study involved trained health cadres and women of reproductive age who underwent or did not undergo cervical cancer screening. Data were collected using questionnaires and analyzed descriptively.
Results:
Thirty health cadres participated, most of whom had a high school education, were of productive age, and were active in PKK (Family Welfare Movement). Following training by the Female Cancer Program (FCP), screening coverage increased from 5.28% to 42%. Key factors influencing women's participation in screening included education from health cadres and family support. Meanwhile, barriers included fear of screening results and a lack of information.
Conclusion:
Health cadres play a significant role in increasing cervical cancer screening coverage in Cipinang Melayu. Structured training and ongoing support are essential to optimize their contribution to cervical cancer prevention programs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library