Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudi Cahyo Nugroho
Abstrak :
Ignition delay merupakan salah satu parameter panting dalam operasi mesin diesel, ignition delay didefinisikan sebagai selang waktu antara mulai injeksi bahan bakar sampai dengan mulainya terjadi penyalaan bahan bakar, pembakaran akan optimum bila penyalaan terjadi sebelum titik mati atas. Secara ukuran derajat putaran poros engkol, semakin tinggi putaran mesin semakin panjang ignition delaynya, sehingga perlu adanya perubahan waktu injeksi. Ignition delay semakin pendek bila bilangan cetana bahan bakar bertambah, bilangan cetana solar dapat dinaikkan dengan menambah metil ester yang mempunyai bilangan cetana lebih tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar campuran metil ester kelapa sawit (ME) dan solar terhadap unjuk kerja mesin dan ignition delay. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin diesel satu silinder injeksi langsung. dengan memperbandingkan beberapa komposisi campuran bahan bakar yaitu solar murni, 20% massa metil ester (20% ME), 30% ME dan 40% ME. Pengujian dilakukan berdasarkan kurva daya yang dihasilkan bahan bakar solar. Ignition delay didapat dari grafik tekanan gas dalam silinder terhadap posisi poros engkol, untuk itu dalam pengujian dilakukan pengukuran tekanan gas dalam silinder. Dari pengujian didapatkan bahwa torsi dan daya yang dihasilkan bahan bakar campuran ME dan solar 1.5 s/d 4% lebih rendah dibanding solar. Sedangkan tingkat emisi asap lebih rendah 5 ski 25%. Ignition delay semakin pendek bila putaran mesin dan bilangan cetana bertambah, dengan suatu persamaan linier pengaruh putaran mesin dan bilangan cetana terhadap ignition delay adalah : ignition delay = 0.0033 putaran mesin-0.375 bilangan cetana 4-38.321. ...... Ignition delay is important parameter for diesel engine operation. Ignition delay is the time between start of injection and start of combustion, combustion will be optimum if started before TDC. Injection liming advancing is needed, because ignition delay (in crank angle degree) increase as engine speed increase. Ignition delay decrease as cetane number increase, cetane number of petroleum diesel can be increased with addition of methyl ester. The research conduct in a single cylinder direct injection diesel engine, the engine was fueled with several different composition fuel blend ( petroleum diesel and ME). The fuel blend are petroleum diesel (D), 20% mass ME (20 % ME), 30% and 40% ME. Effect of different fuel blend to engine performance and ignition delay is studied. Engine setting to get power curve for petroleum diesel used as the basic. engine test Ignition delay was determined from cylinder pressure vs. crank position diagram. Cylinder pressure measurement is needed to get cylinder pressure vs. crank position diagram. Engine power for ME & petroleum diesel blend are 1.5 - 4 % lower than petroleum diesel, and smoke are 5 - 25 % lower. Engine speed, cetane number and ignition delay correlation is : ignition delay = 0.0033 engine speed -0.375 cetane number + 38.321 .
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Triyono Budi Prayitno
Abstrak :
Pada pembakaran dengan bahan bakar cair, diperlukan suatu usaha untuk memperbesar permukaan kontak antara udara dengan bahan bakar. Pengaruh perubahan diameter sembur udara dan tekanan bahan bakar cair terhadap panjang dan stabilitas nyala api akan dipelajari pada penelitian ini. Burner yang digunakan dalam penelitian ini adalah burner dengan tipe jet-mixing combustor. Dimana semprotan bahan bakar dari nosel di irnpak dengan semburan udara dengan diameter yang divariasikan dari ф 45 mm, ф 50 mm, ф 55 nun dan ф 60 mm pada sudut 60°. Nasal yang digunakan untuk menyemprotkan bahan bakar adalah nosel dengan tipe hollow-cone. Nyala api hasil dari proses pembakaran dipelajari dari warna dan panjang apinya. Dan hasil penelitian ini diperoleh adanya pengaruh perubahan diameter sembur udara dan AFR terhadap panjang api. Panjang api tertinggi 140 mm pada diameter sembur udara 45 mm. Beban burner maximum yang diterima ruang bakar adalah: 23.862,928 kW/m2 pada diameter sembur udara 60 mm dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah dan 23.713,780 kW/m2 pada diameter sembur udara 60 mm dengan menggunakan bahan bakar solar. Space heat release maximum yang diterima ruang bakar adalah: 2,480 kW/m2.Pa pada diameter sembur udara 60 mm dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah dan 2,514 kW/m2. Pa pada diameter sembur udara 60 mm dengan menggunakan bahan bakar solar.
In the combustion process using liquid fuel, the contact surface between air and fuel needs to be widen. These experiments study the effect of changes in air spray diameter and the liquid fuel pressure on the length and stability of flame. Burner used in this study is a jet mixing type combustor. Fuel spray from nozzle is impacted with air jet at the diameter of 45 mm, 50 mm, 55 mm and 60 mm with impinging angle of 60°. The nozzle is a hollow-cone one. Flames come from the combustion process are measured for their lengths and colors. Experiments show that the changes in air spray diameter and the AFR do have effects on the flame length. The longest flame obtained by the experiments is 140 mm at the air spray diameter 45 mm. Maximum burner loading in the combustor is 23.862,928 kW/m2 at air spray diameter of 60 mm using kerosene, and 23.713,780 kW/m2 at air spray diameter of using 60 mm using high fuel oil (FIFO). Maximum space heat release in the combustor is 2.480 kW/m2 Pa at air spray diameter of 60 mm using kerosene, and 2.514 kW/m2 Pa at air spray diameter of 60 mm using HFO.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zaki Rahman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library