Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aurellia Salsabila Maheswari
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mereplikasi pengaruh audiens terhadap performa tugas berdasarkan teori evaluation apprehension. Sebuah eksperimen dengan desain independent-groups dilakukan pada 40 mahasiswa sarjana dari University of Queensland. Partisipan dibagi menjadi kondisi audiens (empat confederates) dan kondisi tanpa audiens. Untuk mengukur task performance, partisipan diminta untuk mengerjakan 15 soal matematika dalam waktu satu menit. Untuk mengukur evaluation apprehension, kami menggunakan sebuah item yang menanyakan seberapa jauh partisipan merasa terevaluasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kami berhipotesis bahwa partisipan yang berada pada kondisi audiens akan memiliki perasaan dievaluasi yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang berada pada kondisi tanpa audiens. Selain itu, mereka yang berada pada kondisi audiens diperkirakan memiliki jumlah jawaban benar yang lebih sedikit dibandingkan kondisi tanpa audiens. Hasil dari penelitian ini menunjukkan skor performa tugas yang lebih rendah secara signifikan pada kondisi audiens (M = 26.05, SD = 4.41) dibanding tanpa audiens (M = 29.95, SD = 4.06), t(38) = -2.91, p = .006. , d = .92. Namun demikian, tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor evaluation apprehension antara kondisi audiens (M = 5.05, SD = 1.54) dan tanpa audiens (M = 4.45, SD = 1.54), t(38) = 1.23, p = .225. , d = .39. Hal tersebut mengindikasikan bahwa efek audiens membuat partisipan pada kondisi audiens memiliki performa yang lebih rendah dibanding mereka yang berada pada kondisi tanpa audiens. Namun begitu, tidak dapat dipastikan apakah hal tersebut disebabkan oleh evaluation apprehension atau tidak. ......This study was aimed to replicate the audience effect on task performance from the evaluation apprehension theoretical perspective. An independent-groups experiment was conducted on 40 undergraduate students from the University of Queensland. Participants were divided into the no audience and audience (four confederates) condition. To measure task performance, participants were asked to solve 15 mathematical equations within one minute. To measure evaluation apprehension, we used an item asking about the extent of participants’ feeling of being evaluated. Based on previous studies, we hypothesized that individuals in the audience condition would rate higher on the extent of being evaluated in comparison to those in the no audience condition. Furthermore, those in the audience condition are estimated to have fewer right answers than those in the no audience condition. Results of this experiment indicated a significantly lower task performance score on the audience condition (M = 26.05, SD = 4.41) compared to the no audience condition (M = 29.95, SD = 4.06), t(38) = -2.91, p = .006. , d = .92. However, there was no significant difference in evaluation apprehension between the audience condition (M = 5.05, SD = 1.54) and the no audience condition (M = 4.45, SD = 1.54), t(38) = 1.23, p = .225. , d = .39. It indicated that the audience effect made participants perform worse on a difficult task, yet whether it is due to evaluation apprehension or not is inconclusive.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Kanya Niramaya
Abstrak :
Wakamono kotoba adalah variasi bahasa dialek sosial yang digunakan oleh kelompok umur tertentu, yaitu anak muda Jepang. Salah satu wakamono kotoba yang sedang populer di kalangan anak muda Jepang adalah kata pien. Kata pien mulai berkembang sejak 2019 hingga sekarang, dan telah memperoleh berbagai nominasi sebagai kata nomor satu yang paling sering digunakan oleh anak muda. Namun karena wakamono kotoba hanya digunakan oleh kelompok anak muda, kelompok usia lain ataupun orang asing mengalami kesulitan untuk memahami wakamono kotoba, seperti kata pien ini. Sehingga tujuan penelitian ini adalah pemaknaan kata pien dalam wakamono kotoba bahasa Jepang berdasarkan metode korpus. Data dalam korpus yang dicermati adalah ujaran wakamono kotoba yang ditulis pada media sosial Twitter. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata pien lebih sering digunakan di akhir ujaran setelah (i) verba, (ii) partikel final, (iii) nomina, (iv) adjektiva, dan (v) kopula. Kata pien juga digunakan sebagai onomatope gitaigo untuk mengungkapkan ekspresi rasa sedih dan ekspresi rasa senang. ......Wakamono kotoba is a social dialect language variation that is used by certain age group, namely the Japanese youth. One of the wakamono kotoba that is currently popular among the Japanese youth is the word pien. The word pien has been developing since 2019 until now, and has received various nominations as the number one most used word by young Japanese people. However, because wakamono kotoba is only used by young people, other age groups or foreigners have difficulty in understanding wakamono kotoba, for instance, the word pien. The purpose of this research is to understand the word pien in Japanese wakamono kotoba based on the corpus method. This research’s corpus consists of wakamono kotoba discourses written on Twitter. The result shows that the word pien is more often used at the end of discourse after (i) verbs, (ii) final particles, (iii) nouns, (iv) adjectives, and (v) copula. The word pien is also used as a gitaigo onomatopoeia to express an expression of sadness and an expression of happiness
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library