Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rio Andersen
"Masih banyak orang yang beranggapan bahwa masalah polusi udara adalah masalah yang masih terlalu dini untuk dipikirkan. Hal ini disebabkan karena masih banyak orang yang mengandalkan indera penglihatan dan penciumannya saja sebagai alat mendeteksi terjadinya polusi udara. Bila efek yang ditimbulkan telah terlihat secara kasat mata maka barulah orang menganggap telah terjadi polusi udara yang mengganggu. Padahal banyak racun-racun dalam udara yang tidak nampak dan tidak berbau.
Mahasiswa yang dianggap memiliki pengetahuan yang luas, memiliki sumber bacaan yang memadai sehingga membantu proses berpikir yang lebih kompleks diharapkan lebih maju pemikirannya dalarn hal polusi udara. Akan tetapi ternyata tingkah laku yang ditampilkan oleh mahasiswa, yakni dengan menggunakan kendaraan bermotor ke kampus, membuat polusi udara menjadi bertambah. Hal tersebut tentunya menimbulkan suatu keadaan disonan pada proses kognitif mahasiswa karena mereka mengetahui bahwa tingkah laku menggunakan kendaraan bermotor pasti menambah polusi udara. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran disonansi kognitif yang dialami mahasiswa dan cara-cara yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi keadaan disonan tersebut sehingga tingkah laku menggunakan kendaraan bermotor oleh mahasiswa tetap tampil.
Penelitian survey ini bersifat kuantitatif; menggunakan kuesioner dan dilakukan terhadap 40 orang mahasiswa Universitas Indonesia. Sampel diambil dengan menggunakan teknik incidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa UI memiliki pengetahuan yang sangat baik terhadap masalah polusi udara. Mereka juga peduli terhadap kelestarian lingkungan. Akan tetapi ternyata masalah lingkungan bukan merupakan masalah yang penting untuk dinomor satukan penyelesaiannya. Masih banyak hal-hal lain yang menjadi prioritas dibandingkan masalah polusi. Hal tersebut menyebabkan disonansi yang terjadi pada proses kognitif hanyalah berlangsung dalam waktu yang singkat karena keadaan disonan tersebut akan berubah menjadi konsonan dengan cara menambah elemen-elemen kognisi baru dalam proses berpikir mahasiswa.
Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan pengukuran aspek-aspek psikologis lain agar mendapatkan gambaran yang lebih mendetil dan menyeluruh dari gejala disonansi kognitif terhadap masalah ini. Aspek-aspek psikologis yang perlu diteliti itu mencakup belief, nilai (value), sikap, dan motivasi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octiani Eka Hapsari
"Kawin lari merupakan suatu fenomena yang ada di kebudayaan Palembang. Istilah kawin lari dalam masyarakat Palembang sangat beragam ada yang menyebutnya sebagai larian, begujalan, atau kawin ketip. Umumnya kawin lan dilakukan oleh seseorang dikarenakan orangtua tidak menyetujui pasangan pilihannya. Ketidak setujuan orangtua ini disebabkan adanya perbedaan agama atau perbedaan etnis. Dalam diri orangtua akan terjadi permasalahan jika anaknya tetap memaksa ingin menikah. Ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan seseorang yang berbeda etnis dan agama dikarenakan adanya faktor prasangka. Orangtua cenderung menilai pasangan pilihan anaknya mempunyai sikap-sikap yang negatif.
Disini peneliti hendak melihat bagaimana dinamika disonansi kognitif yang dialami orangtua yang anaknya melakukan larian dengan menggunakan teori disonansi kognitif dari Leon Festinger (1957). Inti dari teori disonansi kognitif ini adalah terjadinya hubungan yang tidak pas (non-fitting relations) antara elemenelemen kognisi yang menimbulkan disonansi (ketidaknyamanan kognisi). Disonansi menimbulkan desakan untuk memgurangi disonansi dan menghindari peningkatannya. Hasil dari desakan ini terwujud dalam perubahan-perubahan dalam kognisi seseorang berupa perubahan tingkah laku dan keterbukaan akan informasi-informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif studi kasus.
Studi kasus digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam dan mendetil tentang pengalaman dinamika kognitif yang dialami orangtua yang anaknya melakukan larian. Adapun alat yang digunakan adalah pedoman wawancara, alat perekam untuk merekam hasil wawancara, dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua subyek mengalami disonansi. Hal ini terlihat dari ekspresi ketidaknyamanan mereka berupa rasa ketakutan, kekhawatiran, kebimbangan, dan kekecewaan. Disonansi yang dialami subyek bersumber pada inkonsistensi logis, generalisasi opini, nilai-nilai budaya, dan pengalaman masa lalu. Adapun cara yang dipilih subyek untuk mengurangi disonansi yang dialaminya adalah dengan merubah elemen perilaku, merubah elemen kognisi lingkungan, menambah elemen kognisi baru, dan melakukan penghindaran disonansi. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan pasangan pilihannya dikarenakan adanya faktor prasangka. Prasangka ini bisa diketahui oleh orangtua berdasarkan pengalamannya sendiri, maupun dari orang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library