Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susanti Herlambang
Abstrak :
Disertasi ini mengetengahkan masalah dinamika kognitif dan pola-pola tingkah Iaku dalam kehidupan ekonomi orang-orang miskin pada tingkat individual berkenaan dengan usaha penanggulangan masalah kemiskinan di indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk memahami faktor-faktor di Iuar faktor ekonomi yang menyebabkan kegagalan orang-orang miskin tersebut dalam menanggapi dan memanfaatkan usaha pemerintah untuk meningkatkan atau memperbaiki kehidupan ekonomi mereka. Dari pengamatan terhadap bermacam-macam usaha pemerintah dibantu pihak swasta untuk memperbaiki kehidupan ekonomi atau meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk miskin di indonesia, yang belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan, maka timbul pertanyaan, mengapa kelompok orang-orang miskin ini seakan-akan sulit untuk diajak bekerja sama memperbaiki nasibnya sendiri. Dari tinjauan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai ekspresi kondisi kejiwaan manusia pelakunya, maka salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam masalah kemiskinan adalah dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku orang-orang miskin tersebut dalam kehidupan ekonomi. Yang menjadi dasar pertimbangan adalah masalah kemiskinan tidak akan dapat diatasi bila orang-orang miskin tersebut hanya menjadi obyek yang pasif, sehingga malah menciptakan ketergantungan. Kemampuan dan kemauan kelompok masyarakat miskin ini untuk menjawab dan berperan serta dalam program-program penanggulangan kemiskinan perlu dikembangkan. Banyak yang belum diketahui mengenai keanekaragaman dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku bermacam-macam kelompok masyarakat miskin di Indonesia dalam kehidupan ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dinamika terbentuknya. Hal ini tetap tidak akan diketahui selama penelitian mengenai dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku berbagai kelompok masyarakat miskin dalam kehidupan ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dinamika terbentuknya tidak dikembangkan secara sistematik dan spesitik untuk masing-masing daerah dengan masing-masing kondisinya. Sebab hal ini berkaitan erat dengan pola-pola kehidupan dan kegiatan mereka sehari-hari yang merupakan perpaduan pengaruh sekelompok faktor-faktor ekologis, sistem pencarian nafkah, sistem sosial-budaya, sistem individual dan sistem inter-individual. Studi semacam ini penting untuk dilakukan atau dikembangkan, agar dapat dikemas paket-paket strategi penanggulangan masalah kemiskinan yang sesuai untuk masing-masing daerah, karena seringkali kemampuan kelompok masyarakat ini untuk menjawab tantangan keadaan sangat terbatas serta memerlukan bantuan dengan strategi khusus. Landasan teoritis yang digunakan dalam Studi ini adalah teori analisis kebudayaan subyektif dari Harry C. Triandis. Melalui teori ini peneliti bermaksud menjelaskan terbentuknya variasi-variasi ekspresi dari dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku dalam kehidupan ekonomi seorang individu dengan pendekatan sistem atau dalam istilah psikologis disebut pendekatan interaksionis. Dengan teori ini, perkembangan dan variasi-variasi dinamika kognitif dan pola-pola tingkah Iaku dalam kehidupan ekonomi sekelompok orang-orang miskin dianalisis dalam konteks iingkungan ekologis, sosial, budaya dan ekonomi yang mengelilingi sistem individual dari para subyek penelitian ini. Secara umum tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku dalam kehidupan ekonomi orang-orang miskin dan memahami peranan faktor-faktor lain di luar faktor ekonomi yang dapat menyebabkan kegagalan orang-orang miskin ini memperoleh manfaat dari usaha-usaha pemerintah maupun masyarakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Studi ini juga diharapkan melengkapi studi mengenai masalah kemiskinan yang umumnya Iebih bersifat ekonom,. karena memperlihatkan dimensi kemanusiaan lainnya dalam kacamata yang obyektif. Pertimbangan sosiai psikologis yang dipandang dari sudut ekonomi, merupakan faktor-faktor yang tidak rasional, tetapi mempunyai pengaruh penting dalam program penanggulangan masalah kemiskinan dan merupakan bantuan bagi ekonom. Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang miskin Desa Parungsari, Kecamatan Telukjambe, Kabupaten Kerawang, Jawa Barat yang telah dua generasi atau Iebih hidup daiam kemiskinan, pria, kepala keluarga, suku Sunda, beragama Islam dan berusia antara 25 - 55 tahun. Lingkup dan sifat studi ini adalah studi psikologis dan analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif yang seringkati juga disebut sebagai pendekatan humanistik, Karna dalam pendekatan ini, cara hidup, cara pandang atau ungkapan emosi dari subyek penelitian mengenai suatu gejala yang ada dalam kehidupan merka justru yang digunakan sebagai data. Teknik pengumpulan yang digunakan adalah pengamatan terlibat, pengamatan, wawancara dengan pedoman, Studi kasus dan memanfaatkan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif. Pertama-tama jawaban-jawaban dan bukti-bukti yang diperoleh dari para subyek penelitian dan atau informan Serta hasil pengamatan peneliti diinterpretasikan dan dianalisis dengan mengacu pada konsep-konsep kebudayaan kemiskinan yang dikemukakan oleh Oscar Lewis, untuk melihat apakah orang-orang miskin di desa Parungsari ini telah mengembangkan kebudayaan kemiskinan. Kemudian analisis tahap kedua dilakukan dengan terlebih dahulu memilah-milah dan mengelompokkan jawaban-jawaban orang-orang miskin tersebut sesuai dengan tema-tema tingkah Iaku dalam kehidupan ekonomi, yakni tingkah Iaku dalam pemupukan modal, tingkah laku dalam peningkatan populasi, tingkah laku dalam pembagian kerja dan tingkah Iaku kewirausahaan. Kemudian hasil pengelompokkan tersebut dianalisis dalam rangka menemukan dan menjelaskan dimensi-dimensi dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku mereka dalam kehidupan ekonomi pada tingkat individual. Dari hasil Studi ini disimpulkan bahwa sebagai reaksi dari kemiskinan yang dideritanya selama dua generasi atau lebih, orang-orang miskin Desa Parungsari mengembangkan nilai-nilai, sikap-sikap dan pola tingkah laku yang menjadi ciri-ciri masyarakat yang berkebudayaan kemiskinan. Profil dari kebudayaan kemiskinan yang mereka perlihatkan pada tingkat individual adalah kuatnya perasaan tidak berharga, tidak berdaya, ketergantungan, rasa rendah diri, sikap fatalisme dan tingkat aspirasi yang rendah, ciri-ciri lain dari kebudayaan kemiskinan yang dijumpai pada orang-orang miskin Desa Parungsari adalah perasaan tidak berguna serta kuatnya orientasi pada masa kini. Hal ini selanjutnya mempengaruhi dan membentuk dinamika kognitif mereka, yakni seluruh organisasi psikologis di dalam diri mereka, yang tercermin dalam perhatian, keputusan-keputusan, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, pemecahan masalah dan banyak lagi aspek-aspek lalnnya. Dengan mempengaruhi kognisi dan dinamikanya, maka berarti kebudayaan kemiskinan yang dialami orang-orang miskin Desa Parungsari juga mempengaruhi kebudayaan subyektif mereka, karena kognisi juga meliputi kebudayaan subyektif serta banyak konsep-konsep Iainnya. Pada tingkat keluarga, masyarakat Desa Parungsari tidak memiiiki sistem kekerabatan atau klan, yang ada hanya nilai-nilai persaudaraan dan kekeluargaan yang berfungsi sebagai perekat diantara saudara sekandung, saudara tiri, sanak saudara serta tetangga, yang dewasa ini sudah mulai berkurang, bentuk-bentuk solidaritas yang hanya diucapkan, tetapi jarang dilakukan dalam bentuk tindakan diantara kerabat, sebab seringkali terjadi perebutan harta warisan dan saling tipu diantara sesama saudara yang disebabkan oleh keterbatasan dan ketergantungan mereka pada harta warisan untuk mencapai suatu keberhasilan di bidang ekonomi. Kesimpulan Iain yang diperoleh melalui penelitian ini adalah pandangan yang berpendapat, bahwa orang-orang miskin senantiasa hidup dalam kemiskinan, karena mereka adalah orang-orang yang sederhana, masa bodo, males dan tidak dapat dipercaya adalah tidak sepenuhnya benar. Mereka mungkin tidak pandai, tetapi bukan orang-orang yang masa bodo dan tidak mau meningkatkan pengetahuannya. Sebagai konsekwensi dari kebudayaan kemiskinan yang membelenggunya, maka cara orang-orang Desa Parungsari memecahkan persoalan-persoalan hidupnya pada umumnya Iebih berdasarkan kebiasaan, sehingga tidak merupakan cara bertikir yang segar serta seringkali tidak dapat memberi pemecahan pada persoalan-persoalan yang baru. Hal ini walaupun berguna untuk penyesuaian dirinya dengan lingkungannya (ekologis, sosial, budaya dan psikologis), namun sering merintangi mereka menemukan dan menciptakan suatu cara pemecahan yang baru. Pada orang-orang miskin Desa Parungsari dijumpai, bahwa kebiasaan cenderung menggantikan peranan pengamatan, penyerapan pelajaran dari hal-hal yang baru, pemikiran yang benar dan baru, tanpa susah payah. Pendapat-pendapat yang mereka kemukakan juga Iebih didorong oleh peniruan (imitasi). Tampaknya sebagian besar dari kesimpulan dan jawaban atas berbagai persoalan yang mereka hadapi dalam bidang-bidang kehidupan ekonomi, mereka hadapi dengan cara imitasi tersebut. Secara khas, pada orang-orang miskin Desa Parungsari, tingkah laku untuk mengatasi kesulitan ekonomi Iebih ditentukan oleh faktor penentu ekstemal (adanya contoh-contoh dan bantuan dari orang Iain). Umumnya tingkah laku mereka dalam kehidupan ekonomi merupakan reaksi atas suatu keadaan yang memaksa, suatu persoalan atau kebutuhan yang harus diatasi atau dipenuhi melalui perubahan tingkah laku dalam kehidupan ekonomi. Dalam menghadapi masa depan, pikiran dan pendapat mereka Iebih berpusat pada tujuan yang ingin dicapainya daripada cara-cara untuk mencapai nya. Walaupun orang-orang miskin ini tidak memiliki perasaan mampu atau dapat mengandalkan diri sendiri, keyakinan diri, rasa percaya diri sendiri, rasa keberhasilan, rasa mampu, rasa patut dihormati serta prestise, namun untunglah mereka belum kehilangan semangat juangnya dan menjadi apatis. Pada generasi yang Iebih tua (>35 tahun) memang mengalami rubrikasi dalam berfikir, yang antara Iain tampak dari sulitnya mereka menyerap hal-hal baru atau memberi bentuk baru, sehingga persoalan baru diletakan dalam pola yang sudah dikenal dan bukan sebagai hal baru. Mereka membutuhkan jawaban yang siap pakai untuk pemecahan masalahnya. Dalam kasus kemiskinan di Desa Parungsari, faktor manusia (kemampuan kognisi dan pola-pola tingkah laku orang-orang miskin ini dalam kehidupan ekonomi) memegang peranan penting, sehingga mereka tidak mampu mengambil manfaat dari usaha-usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan meialui program Inpres Desa Tertinggal dan pelatihan keterampilan kerja yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja. Mereka juga tidak mampu memetik keuntungan dari perkembangan daerah-daerah industri di sekitar desanya Dari hasil studi ini, maka untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi orang-orang miskin Desa Parungsari disarankan: (1) Strategi untuk menolong mereka harus merupakan perpaduan antara pendekatan yang bersifat pertanian dan non pertanian, dan dengan memanfaatkan interaksi desa-kota, yakni perkembangan daerah industri yang ada di Kabupaten Kerawang dan Bekasi; (2) Kehidupan mereka hanya dapat ditingkatkan, bila keterampilan dan pendidikan mereka juga ditingkatkan. Hal ini merupakan syarat yang tidak dapat ditawar bila mereka diharapkan dapat turut memetik manfaat dari perkembangan wilayahnya yang sebagian telah berubah menjadi kawasan industri modern. Hal ini juga untuk membendung masuknya pendatang dari daerah Iain yang Iebih maju, yang ingin memanfaatkan perkembangan industri di Kabupaten Kerawang dan Bekasi, sedangkan para penduduk aslinya terdesak; (3) Untuk jangka panjang, pendidikan juga memiliki nilai ekonomi yang menentukan bagi warga Desa Parungsari ; Oleh karena itu, dalam konteks Desa Parungsari, kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi anak-anak dan remajanya harus diupayakan, sehingga memperluas akses mereka ke Iapangan kerja; (4) Menggunakan pendekatan atau strategi yang berorientasi pada supply dan demand, sebab orang-orang miskin ini tetap diragukan akan mampu untuk bersaing dengan individu-individu Iain; (5) Pertama-tama harus diteliti dan didata terlebih dahulu sampai sejauhmana orang-orang miskin Desa Parungsari yang umumnya memperoleh nafkah dari sektor pertanian dan sektor-sektor informal tersebut dapat dialihkan dan diserap dalam kegiatan di luar pertanian serta berapa jumlahnya yang dapat dipekerjakan sebagai tenaga produktif di luar sektor pertanian. Sebab tanah pertanian yang tersedia sudah makin berkurang, sehingga kelompok penganggur dan penganggur terselubung bertambah; (6) Langkah berikutnya adalah menumbuhkan hasrat dari orang-orang miskin tersebut untuk memperoleh perbaikan di bidang ekonomi atau kemajuan tingkat kesejahteraan hidup dengan mengembangkan ketabahan dan kesediaan untuk menerima segala konsekwensi dari hasrat untuk maju tersebut; (7) Kemampuan produktif dan kelenturan orang-orang miskin Desa Parungsari untuk menghadapi perubahan ekonomi dan peristiwa-peristiwa sosial yang cepat juga harus dikembangkan pada semua tingkat usia dan pendidikan, dan diantara semua kelompok bila ingin meningkatkan daya saing mereka; (8) Penanganan yang dilakukan hendaknya terpadu dengan memanfaatkan perkembangan daerah industri yang ada di dekat Desa Parungsari, bersifat multi-level, yakni meliputi penanganan kepala keluarga, istri dan anak-anak mereka serta dengan memanfaatkan multi-media. Pendekatan yang dilakukan harus bersifat komprehensif dan dalam pelaksanaannya berperan saling melengkapi; (9) Harus diupayakan secara intensif untuk menyediakan pendidikan dasar secara umum. Sekurang-kurangnya kemampuan membaca dan berhitung adalah suatu pra-kondisi untuk menjadi orang-orang yang produktif dan adaptif, yang dapat mereka gunakan untuk membantu penyesuaian dirinya terhadap perubahan-perubahan di Iuar desanya; (10) Meningkatkan pendidikan menjadi Iebih penting lagi, terutama untuk memutus belenggu dan mencegah kebudayaan kemiskinan diturunkan ke generasi-generasi berikutnya; (11) Dalam upaya meningkatkan kehidupan ekonomi mereka ke tingkat yang Iebih baik dari keadaannya sekarang, maka perlu juga dikembangkan sifat mobilitas dari orang-orang miskin ini, baik secara vertikal maupun horisontal.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Fernandya
Abstrak :
ABSTRAK

Aplikasi Meditasi berbasis EEG merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi perasaan stres seseorang dan membantunya bermeditasi dengan memanfaatkan alat EEG untuk membaca gelombang otak. Proses yang terjadi dalam aplikasi ini adalah menerima data gelombang otak dari EEG, mengubah sinyal gelombang otak dari domain waktu ke domain frekuensi dengan Fast Fourier Transform (FFT), dan mengklasifikasikan data dengan k-Nearest Neighbor (KNN). Proses klasifikasi dengan KNN diuji dengan memberikan variasi jumlah gelombang data yang digunakan serta variasi nilai k pada KNN. Dengan menggunakan nilai k = 3 dan menggunakan lima gelombang otak, yaitu gelombang delta, teta, alfa, beta, dan gama sebagai fitur dalam KNN, dapat diperoleh hasil akurasi terbaik sebesar 80% dan waktu pemrosesan tercepat sebesar 23 ms. Dalam pemakaian aplikasi meditasi, waktu rata-rata pengguna untuk dapat menurunkan tingkat stresnya adalah selama 4,2 menit. Implementasi EEG dan proses klasifikasi dengan KNN pada aplikasi meditasi ini dapat mengecek tingkat stres seseorang secara real time dan memastikan bahwa orang tersebut tidak stres lagi setelah bermeditasi.


ABSTRACT
EEG-based Meditation Application is an application that can be used for detecting someone's stress feeling and helping someone to meditate by using EEG to get brainwave signals. The processes that will be done in this application include collecting brainwave data from EEG, altering the brainwave signals from time domain to frequency domain with Fast Fourier Transform (FFT), and classifying data with k-Nearest Neighbor (KNN). Classification processes with KNN are tested by using variation in the number of brain waves used and using variation in the value of k used in KNN. By using k value of 3 and using five brainwaves, namely delta wave, theta wave, alpha wave, beta wave, and gamma wave as features in KNN, the best accuracy value can be gained, i.e. 80% with the fastest processing time, which is 23 ms. With the meditation application, the average time for the user to reduce the stress level is 4,2 minutes. The implementation of EEG and classification with KNN on this application makes it able to check a person's stress level in real time and to make sure that the person is de-stressed after meditation.

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Amin Rizky
Abstrak :
Kemampuan kognitif anak sebagai indikator kualitas pendidikan merupakan variabel penting dalam pembangunan Indonesia. Beberapa studi telah menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi kognitif anak. Namun belum banyak studi yang membahas bargaining power ibu sebagai determinan kemampuan kognitif anak di Indonesia. Dengan menggunakan data IFLS 4 dan 5 serta analisis Ordinary Least Square (OLS), studi ini membahas pengaruh karakteristik ibu khususnya bargaining power berupa pengambilan keputusan dalam pendidikan yang berpengaruh terhadap alokasi sumber daya pengeluaran dan waktu di rumah tangga dan kemampuan kognitif anak di Indonesia. Hasil studi menunjukan bahwa bargaining power ibu pada anak berumur 0-7 tahun dan 7-14 tahun tidak signifikan mempengaruhi kemampuan kognitif anak berumur 7-14 tahun. Namun setelah dilakukan interaksi antara bargaining power ibu dan pendidikan ibu, hasil menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan positif terhadap kemampuan kognitif anak. ......Children's cognitive ability as an indicator of education quality is essential in Indonesia's development. Several studies have analyzed what factors affect children's cognitive. However, not many studies discuss the bargaining power of mothers as a determinant of children's cognitive abilities in Indonesia. This study uses IFLS 4 and 5 data and Ordinary Least Square (OLS) analysis. Discusses the influence of maternal characteristics, especially bargaining power in the form of decision-making in children's education which affects the allocation of spending and time resources in the household and children's cognitive abilities in Indonesia. The study's results showed that the bargaining power of mothers in children aged 0-7 years and 7-14 years did not significantly affect the cognitive abilities of children aged 7-14 years. However, after the interaction between the mother's bargaining power and education, the results showed a significant positive effect on children's cognitive abilities.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astika Pramesti Tunggadewi
Abstrak :
Keterlambatan perkembangan adalah masalah umum pada anak-anak. Identifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi status perkembangan mempunyai peran penting untuk memberikan intervensi strategis untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor eksternal yaitu status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, pengasuh dan status perkembangan pada anak 4-6 tahun di PAUD, Cikini. Studi cross sectional dengan cara mengumpulkan kuesioner Parent’s Evaluation of Developmental Status (PEDS) kepada 108 orang tua dari anak-anak di PAUD digunakan sebagai data dasar penelitian serta data dari Medical Research Unit digunakan sebagai data pendukung untuk faktor eksternal. Hasil menunjukkan sebagian besar orang tua subjek secara berurutan memiliki pendidikan menengah, diikuti oleh pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. Sebagian besar ibu tidak bekerja (75,9%), sementara sebagian besar ayah subjek bekerja (96,3%). Sebagian besar ibu bertindak sebagai pengasuh anak (71,3%). Uji Chi-square menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara status perkembangan dan masing-masing status pendidikan ibu (0,248), status pendidikan ayah (0.194), status pekerjaan ibu (0,795) dan pengasuhan (0.713). Uji Fisher Exact juga mengungkapkan hasil tidak signifikan dalam hubungan antara status perkembangan dan status pekerjaan ayah (0,260). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat hubungan bermakna secara statistika antara status perkembangan dan dan beberapa faktor eksternal dari anak. ......Developmental delay is a common problem in children. Identification of external factors affecting child’s developmental status has an important role to provide intervention for children who suffer from developmental delay. The purpose of this research is to know the relationship between external factors (parent’s educational status, parent’s occupational status, caregivers) and developmental in children 4-6 years OLD, Cikini. Cross sectional studies by means of collecting questionnaire Parent's Evaluation of Developmental Status (PEDS) to 108 parents of children in PAUD used as the primary data as well as data from Medical Research Unit used as supporting data to external factors. The results revealed most of the parents had intermediate education, followed by basic education and higher education consecutively. Most of the mothers are not working (75.9%), while most of the subject's father's work (96,3%). Most of the mothers act as caregiver (71.3%). The Chi-square test found that there was no statistically meaningful relationship between developmental status and respectively mother’s educational status (0,248), father’s educational status (0.194), mother's occupational status (0,795) and caregiver (0.713). The Fisher's Exact test also revealed insignificant result in the relationship between the status of the development and father’s occupational status (0,260). The conclusion from this study is that there is no statistically meaningful relationship between the developmental status and some external factors in children.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradini Ajeng Gemellia
Abstrak :

Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada periode 2020-2035 dimana kualitas sumber daya manusia dapat menentukan kesejahteraan penduduk Indonesia di masa tersebut. Kognitif anak digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia yang dapat memprediksi pendapatan di saat dewasa. Salah satu faktor yang paling besar memengaruhi kognitif anak adalah investasi orangtua yaitu waktu, energi dan sumber daya yang diberikan kepada anak. Penelitian ini menggunakan jam kerja orangtua sebagai variabel utama karena mayoritas pekerja Indonesia saat ini bekerja di atas jam kerja normal serta jam kerja orangtua berkaitan dengan investasi orangtua.  Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jam kerja orangtua terhadap kognitif  anak di Indonesia. Unit analisis penelitian ini adalah anak berusia 7-14 tahun yang masih memiliki dan tinggal bersama orang tua. Penelitian ini menggunakan data IFLS tahun 2007 dan 2014. Dengan menggunakan metode estimasi OLS, hasil penelitian ini menunjukan bahwa baik jam kerja ayah maupun jam kerja ibu pada saat anak usia dini ataupun saat anak usia sekolah berpengaruh signifikan terhadap kognitif anak usia sekolah. Jam kerja ayah maupun ibu pada saat anak usia dini memiliki pengaruh yang paling besar dalam mengurangi kognitif anak di usia sekolah.


Indonesia will experience a demographic bonus peak in 2020-2035 where the quality of human resources can determine the welfare of the Indonesian population at that time. The cognitive of children is used to measure the quality of human resources that can predict earnings in adulthood. One of the factors that most influences a childs cognitive is parental investment, such as the time, energy and resources that provided to the child. This study uses parental working hours as the main variable because the majority of Indonesian workers currently work above the normal working hours as well as parental work hours related to parental investment. This study aims to study the effect of parental working hours on the cognitive of children in Indonesia. The unit of analysis of this study is children aged 7-14 years who still have and live with their parents. This study uses IFLS 2007 and 2014. Using the OLS estimation method, the results of this study indicate that both fathers working hours and mothers working hours during early childhood or when children in school-age have a significant effect on the cognitive of children in school-age. Father and mothers working hours during early childhood have the greatest influence in reducing the cognitive abilities of children in school-age.

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library