Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, M. S.
Abstrak :
Pengamatan dan analisa perubahan garis pantai di wilayah pesisir perairan Cisadane, Provinsi Banten menelusuri sepanjang garis pantai dari Tanjung Pasir sampai dengan Rawa Saban telah dilakukan pada bulan Juli dan November 2005. Berdasarkan hasil pengamatan garis pantai tahun 2005 di tumpang susun dengan hasil analisis digitasi garis pantai dari Citra Landsat-5 TM p122r064 tahun 1997 ditemukan ada beberapa lokasi yang terjadi abrasi dan akresi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh aktivitas manusia maupun akibat fenomena alam (arus yang kuat dan gelombang besar) yang terjadi pada musim tertentu.
Observation and Change Analysis of Coastline in the Cisadane Coast, Banten Province. The observation of coastline in the Cisadane coastal waters, Banten Province from Tanjung Pasir to Rawa Saban were carried out in July, 2005 and November, 2005. Based on the results of observation coastline in the year of 2005 and over lay with the results of coastline digitation analysis from image landsat 5 TM in the year 1997, we found several abration and acration areas, which may be due to the effects of human activities and natural fenomena such as, hight current and hight wave during moonson over that area.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Retno Minarni
Abstrak :
Pantai merupakan salah satu kenampakan muka bumi yang bersifat dinarnis karena dapat mengalami perubahan baik dalam waktu relatif cepat maupun lambat. Dinamika perubahan garis pantai disebabkan oieh proses-proses yang berlangsung, baik yang berasal dari daratan ataupun yang berasal dari lautan. Pantai Teluk Jakarta yang terletak di bagian utara P. Jawa berbentuk landai dan sebagian besar wilayahnya termasuk ke dalam wilayah DKI Jakarta. Pengaruh alarn dan pesatnya pembangunali yang terdapat di sepanjang pantai Teluk Jakarta menyebabkan pantai mi mengalami perubahan garis pantal. Untuk mengetahui perubahan garis pantai Teluk Jakarta selama kurun waktu 53 tahun dilakukan perbandingan peta antara peta topografi tahun 1996 dengan peta topografi tahun 1943, selisih perubahan garis pantai dihitung dengan menggunakan planimeter sekala 1:50.000. Langkah selanjutnya yaitu menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan garis pantai dengan rnenggunakan data-data yang diperoleh baik dari instansi terkait ataupun survei lapang. Faktor-faktor tersebut antara lain sedimentasi, arus taut, sungai dan muara sungai, mangrove, penggalian pasir dan rekiamasi pantai. Pada Teluk Jakarta terdapat dua jenis wilayah pantai yang mengalami perubahan I garis pantai, yaitu wilayah pantai yang mengalami perubahan garis pantai maju (akresi) dan perubahan garis pantai mundur (abrasi). Akresi terdapat di Pantai Kamal - Kapuk Muara dan, Muara Jingkern - Muara Bungin dengan terbentuknya delta barn Ci Herang (faktor alam) dan Pantai Mutiara, Pantai Pluit, Pantai Ancol (rekiamasi pantai). Abrasi terdapat di Pantai Tanjung Pasir - Tanjung Glatik (faktor alam) dan Pantai Kalibaru - Segara Makmur (faktor manusia). Perubahan garis pantai karena faktor-faktor alam adalah sebagai berikut; pada - pantai berbentuk lurus dan 'terbuka', tidak terdapat penglalang pantai, tidak terdapat mangrove, sehingga arus lebih kuat, terdapat sedikit muara sungai, sedimen yang diendapkan kecil, maka pantai tersebut akan mengalami abrasi seperti Pantai Tanjung Pasir - Tanjung Glatik. Pada pantai berbentuk cekung dan 'tersembunyi', terdapat penghalang pantai, terdapat mangrove, sehingga arus lebih lemah, terdapat banyak muara sungai, sedimen yang diendapkan besar, maka pantai tersebut akan mengalami akresi seperti yang terjadi pada Delta Ci Herang. Perubahan garis pantai karena campur tangan manusia adalah rekiarnasi pantal, yang terdapat di Pantai Mutiara, Pantai Pluit , Pantai Ancol dan penggalian pasir pantai, yang terdapat di Pantai Kalibaru - Segara Makrnur.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
Abstrak :
ABSTRAK Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover