Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhayati Fajar M. Nofitri
Abstrak :
Fokus dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara perceived organizational support POS dan turnover intention TI, serta menentukan intervensi yang tepat sebagai upaya untuk menurunkan TI melalui peningkatan POS. Hasil diagnosis awal mengindikasikan adanya TI yang mungkin disebabkan oleh permasalahan pada persepsi dukungan organisasi pada karyawan di PT X. TI diukur menggunakan alat ukur adaptasi dari Lindblom dkk 2015 dan POS diukur menggunakan alat ukur adaptasi dari Neves dan Eisenberger 2014 . Hasil perhitungan terhadap 164 responden menemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara POS dan TI r = -0.52, p. ......The focus of this research was to determine the relationship between POS and TI, and to decide appropriate intervention to decrease TI by enhancing POS. Early diagnostic indicated an existence of TI that might be caused by a problem in employee's POS at PT X. TI was measured using an adaptation of Lindblom et al 2015 and POS was measured using an adaptation of Neves and Eisenberger 2014 . The measurement of 164 respondents resulted in a significant negative relationship between POS and TI r 0.52, p.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Maesa Febriawan
Abstrak :
Membuat sukarelawan tetap bertahan, atau lebih dikenal dengan istilah retensi sukarelawan, merupakan kunci penting agar organisasi nonprofit dapat melakukan advokasi isu secara lebih berkesinambungan. X sebagai salah satu organisasi nonprofit mengalami masalah retensi yang juga dialami oleh organisasi serupa. Dalam usaha meningkatkan retensi sukarelawan, efikasi diri diajukan sebagai anteseden dengan kepuasan sukarelawan sebagai mediator. Studi non-eksperimental korelasional terhadap 63 orang sukarelawan organisasi X dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut. Hasil analisis mediasi menyimpulkan bahwa kepuasan sukarelawan secara agregat tidak menunjukkan signifikan indirect effect dalam pengaruh efikasi diri terhadap retensi sukarelawan (b = 0,05, SE = 0,03, p = 0,10). Ketika kepuasan sukarelawan dianalisis per dimensi, hanya kepuasan terhadap pemberdayaan yang menjadi mediator signifikan terhadap hubungan sebab-akibat antara kedua variabel tersebut (b = 0,08, SE = 0,04, p = 0,02). Studi ini juga menunjukkan bahwa efikasi diri menjadi anteseden yang signifikan terhadap retensi sukarelawan sehingga mengembangkan efikasi diri berpotensi meningkatkan intensi sukarelawan untuk bertahan di organisasi nonprofit. Coaching dipilih sebagai intervensi untuk meningkatkan efikasi diri sukarelawan di organisasi X. Lima orang sukarelawan baru di organisasi X yang memiliki skor efikasi rendah menjalani lima sesi coaching yang dilaksanakan setiap minggu melalui media virtual. Evaluasi terhadap empat coachee yang bertahan seminggu setelah sesi terakhir coaching tidak menunjukkan peningkatan efikasi diri maupun retensi yang signifikan (efikasi diri: Mpre = 7,93 (SDpre = 0,45), Mpost = 8,23 (SDpost = 0,57), T = 2, p = 0,17; retensi: Mpre = 3,97 (SDpre = 0,37), Mpost = 4,19 (SDpost = 0,58), T = 1,5, p = 0,14). Penjelasan mengenai hasil yang studi klaim permasalahan maupun evaluasi intervensi dijelaskan di bagian akhir makalah ini. ......Volunteer retention is the most important imperative that nonprofit organization can advocate issues more sustainably. X, one of the non-profit organizations, experienced similar retention problem that was also experienced by other non-profit organizations. Current study proposed self-efficacy as the antecedent and volunteer satisfaction as the mediating mechanism to explain volunteer retention. A non-experimental correlational study was conducted to 63 volunteers of organization X to test the mediation hypothesis. Mediation analysis result showed that volunteer satisfaction did not have a significant indirect effect to the relationship of self-efficacy and volunteer retention (b = 0,05, SE = 0,03, p = 0,10). When the dimensions of satisfaction were analysed, it was only satisfaction towards empowerment that had a significant indirect effect to the relationship between the antecedent and consequent (b = 0,08, SE = 0,04, p = 0,02). Current study also showed that self-efficacy was a significant antecedent of volunteer retention so that developing self-efficacy may be beneficial to increase the volunteer intention to stay in non-profit organizations. Coaching was chosen as intervention to enhance self-efficacy of volunteers in organization X. Five new volunteers in organization X who had low self-efficacy score participated in five coaching sessions held every week through virtual media. Evaluation of self-efficacy and retention on four remaining coachees a week after the last coaching session did not show a significant increase in their score (self-efficacy: Mpre = 7,93 (SDpre = 0,45), Mpost = 8,23 (SDpost = 0,57), T = 2, p = 0,17; retention: Mpre = 3,97 (SDpre = 0,37), Mpost = 4,19 (SDpost = 0,58), T = 1,5, p = 0,14). Detailed discussions were provided.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mezza Limanda Sumarlim
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara modal psikologis dan persepsi akan dukungan organisasi dengan kesiapan perubahan pada karyawan non-akademik Universitas X dengan responden sebanyak 33 orang dari unit kerja Keuangan dan PAFM. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur Readiness for Change Hanpachern, 1997 , Psychological Capital Luthans dkk, 2007 , dan Survey of Perceived Organizational Support Eisenberger dkk, 1986 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi akan dukungan organisasi berkorelasi positif dan berpengaruh secara signifikan tehadap kesiapan perubahan. ......This study was conducted to examine the correlation between psychological capital and perceived organizational support to readiness for change of non academic staff at University X, with the respondents as many as 33 employees from Finance and PAFM divisions. Measuring tools used in this study are Readiness for Change Hanpachern, 1997 , Psychological Capital Luthans dkk, 2007 , and Survey of Perceived Organizational Support Eisenberger dkk, 1986 . The result of this study showed that perceived organizational support has a positive correlations and significant effect on readiness for change
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Maudisa
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari coaching terhadap malingering. Penelitian ini didasari oleh penemuan sebelumnya bahwa coaching diketahui mampu menurunkan keakuratan diagnosa tes deteksi malingering. Penelitian ini berupa eksperimen dimana partisipan diberikan vignette, kemudian partisipan diminta mengisi Structured Inventory of Malingered Symptomatology (SIMS) milik Smith dan Burger (1997) yang digunakan untuk mengukur malingering. Tujuh puluh mahasiswa psikologi diminta mengisi SIMS dengan instruksi untuk meyakinkan penguji bahwa mereka memiliki gangguan mental agar mereka dapat lolos dari tes deteksi malingering. Sebelum mengisi SIMS, kelompok eksperimen (n = 38) diberikan coaching berupa pemberian informasi mengenai simtom gangguan psikosis dan cara menghindari deteksi malingering, sedangkan kelompok kontrol (n = 32) tidak diberikan coaching dan langsung diminta mengerjakan SIMS. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh dari coaching terhadap malingering, t(40.087) = 2.212, p = .033.
ABSTRACT
The objective of this study was to examine the effect of coaching on malingering. This study was based on findings that coaching can reduce the accuracy of a malingering detection assessment. This study was an experimental research that use vignette to the subjects, then the subjects were administered Smith and Burger?s (1997) the Structured Inventory of Malingered Symptomatology (SIMS) that used to detect malingering. Seventy pschology students were asked to fill out the questionnaire to assure the tester that they suffered mental disorder in order to pass the test. Before they completed the SIMS, the experiment group (n = 38) received coaching which gave them some information about psychosis? symptoms and strategies to avoid the detection of malingering, meanwhile the control group (n = 32) didn?t receive any coaching and directly instructed to complete the SIMS. The results in this study showed that the coaching affected malingering, t(40.087) = 2.212, p = .033.
2016
S63378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Firmansyah
Abstrak :
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan program SDGs (Sustainable Development Goals)menjadikan tidak ada kemiskinan sebagai program prioritas utama yang akan berakhir di tahun 2030. Selaras dengan PBB program pemerintah Indonesia dalam upaya pengentasan kemiskinan telah berhasil mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia. Umumnya strategi yang diberikan oleh pemerintah masih bersifat simplistik dan materialistik yaitu : pemberian bantuan langsung tunai, penyediaan pelayanan sosial, dan memberikan keterampilan kerja. Di sisi lain pendekatan ini menimbulkan ketergantungan kepada bantuan pemerintah. Oleh karenannya program pemerintah perlu dilengkapi dengan pendekatan lain yaitu pendekatan non income berupa pendampingan psikologi agar warga miskin dapat melepaskan diri dari mentalitas kemiskinannya menuju pada kesejahteraan psikologis. Hal ini terjadi pada AS seorang kepala keluarga berusia 37 tahun berprofesi sebagai pemulung yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tinggal di permukiman kumuh. Berdasarkan itulah penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis warga miskin dengan mengaplikasikan model human excellence (keutamaan manusia) Al-Ghazali melalui pendekatan coaching psychology. Penelitian ini adalah penelitian single case subject dengan desain A-B-A, dimana perubahan perilaku diukur dan dilakukan kepada satu subjek, desain kasus tunggal ditandai oleh kasus individu yang berfungsi sebagai kontrolnya sendiri dengan pengukuran berulang di seluruh fase penelitian. Subjek mengikuti enam sesi intervensi dengan satu sesi berdurasi 60 menit di setiap minggunya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara material value untuk mengetahui keadaan ekonomi partisipan, skala human excellence untuk melihat kekuatan dan kelemahan karakter partisipan dan skala kesejahteraan psikologis Ryff untuk menilai tingkat kesejahteraan partisipan. Berdasarkan intervensi dan hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa coaching psychology dengan model human excellence Al-Ghazali dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis partisipan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya skor tujuan hidup, otonomi dan pertumbuhan pribadi partisipan, serta partisipan dapat mencapai seluruh target yang ditetapkan di awal program. ......The United Nations (UN) with the SDG (Sustainable Development Goals) program does not make poverty a top priority program that will end in 2030. In line with the United Nations program, the Indonesian government in its efforts to reduce poverty has succeeded in reducing poverty levels in Indonesia. In general the strategies provided by the government are still simple and materialistic, namely: providing direct cash assistance, providing social services, and providing work skills. On the other hand this approach creates dependence on government assistance. Therefore, government programs need to be complemented by other approaches, namely non-income approaches in the form of psychological assistance so that the poor can escape from their mental poverty towards psychological well-being. This happened to the AS, a 37-year-old family head who works as a scavenger who lives below the poverty line and lives in slums. Based on that, this research was conducted to improve the psychological wellbeing of the poor by applying the Al-Ghazali human excellence model through the psychology of coaching approach. This study is a single case subject study with A-B-A design, where behavior change is measured and carried out on one subject, single case design is characterized by individual cases that function as their own control with repeated measurements throughout the research phase. Subjects attended six intervention sessions with one session lasting 60 minutes each week. The research instrument used was the value of the interview material to determine the economic conditions of the participants, the scale of human excellence to see the strengths and weaknesses of the participants' character and Ryff's psychological well-being scale to assess the level of welfare of the participants. Based on the results of interventions and measurements it can be concluded that psychological training with the Al-Ghazali human excellence model can improve the psychological well-being of participants. This can be seen from the increasing score of life goals, autonomy and personal growth of participants, and participants can achieve all the targets set at the beginning of the program.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library