Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aristyowati
Abstrak :
Kawasan transit yang ditinjau dari pembangunan berorientasi transit memiliki keunggulan meningkatkan konsentrasi angka penggunaan angkutan umum kota pada titik-titik transit, mengurangi intensitas jumlah kendaraan bermotor pribadi, membantu pemeliharaan terhadap area hijau dan ruang terbuka kota, mengurangi polusi udara dan tingkat penggunaan energi kota, serta meningkatkan keamanan umum pada kawasan transit itu sendiri. Kawasan Blok M memiliki aksesibilitas tinggi dan kedudukan cukup strategis terhadap Kota Jakarta karena kawasan ini dilintasi berbagai moda angkutan yang tidak hanya melayani penduduk pada tingkat kecamatan di dalam wilayah saja, tetapi juga melayani tingkat wilayah Jakarta Selatan dan bahkan Kota Jakarta. Saat ini, keberadaan Terminal Bis Blok M turut berperan besar memperluas jangkauan pelayanan tersebut. Selain itu, rencana Pemda DKI Jakarta yang akan mengembangkan jaringan Jakarta Mass Rapid Transit merupakan momentum yang tepat untuk melakukan usaha-usaha perbaikan ruang kota di Kawasan Blok M. Oleh karena itu pembangunan berorientasi transit merupakan pendekatan perancangan yang tepat bagi Kawasan Blok M. Panduan Rancang Kawasan Blok M melalui pendekatan pembangunan beorientasi transit ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran dan fungsi Kawasan Blok M sebagai kawasan transit intermoda dengan cara memicu kegiatan berjalan kaki yang nyaman dan aman di dalam kawasan sehingga akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. Hal ini akan memberikan kontribusi terciptanya suatu lingkungan kota yang lebih sehat dan tertib. Selain itu, peranan peruntukan lahan campuran yang mendukung fungsi transit seperti kegiatan komersial perdagangan dan jasa, diharapkan semakin menjadikan Kawasan Blok M salah satu tujuan wisata hiburan dan wisata belanja yang ramai dikunjungi masyarakat Jakarta.
2008
T41133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Nur
Abstrak :
Penelitian ini bertolak dari fenomena keberadaan kampung di perkotaan dalam proses berlangsungnya perkembangan kota. Banyak penduduk asli kampung yang tersisih dan pindah ke pinggiran kota namun masih ada yang dapat bertahan. Permasalahan yang akan diungkapkan adalah menyangkut pengaruh perkembangan kota terhadap keberadaan kampung kota dan bagaimana komunitas asli yang masih terdapat di dalamnya melakukan aktivitas dan bermukim sebagai usaha untuk tetapat eksis di lingkungan tempat tinggalnya. Analisis didasarkan atas penggunaan konsep Vita aktiva dari Arendt dan Strukturasi masyarakat oleh Giddens sebagai orientasi teoritikal untuk memahamai kondisi manusia dari komunitas asli, perekonomian, system sosial serta produksi dan reproduksi sosial dan implementasinya terhadap aspek keruangan di dalam kampung. Untuk itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara. Hasil analisa menemukan bahwa perkembangan kota berdampak pada terbukanya akses ke kampung, banyak pendatang dan investor berminat untuk tinggal dan berusaha di kampung yang berakibat pada terjadinya transformasi ruang di kampung. Ketidakmampuan untuk bersaing karena keterbatasan kondisi manusia menyebabkan penduduk asli sulit untuk mempertahankan asetnya. Dipihak lain dengan latar pendidikan dan keterampilan yang lebih baik, para pendatang dan investor dapat mendominasi kepemilikan lahan dan kegiatan perekonomian di kampung. Terdominasinya penduduk asli dalam kehidupan akan berimplikasi pada terbentuknya masyarakat baru di kampung. Dalam aspek legal formal kampung Luar Batang masih eksis, namun keberadaanya hanya bersifat semu karena tidak lagi didukung oleh komunitas awal sebagai komponen dasar yang membentuknya. ......This research motivated by an existence phenomenon of kampung kota in urban development process. Many people of kampung moving of to the town boundary but still there are original communities able to stay, to survive. This research aim to explores the influence of urban development process to existence of kampung Luar Batang in north of Jakarta and how the community of this kampung conduct their life and activity as effort to survive. The analysis based on Arendt idea of vita activa and Gidden?s structuration is applied as theoretical orientation to understand human condition of community, economic life, social reproduction and social system and the implementation in to the spatial formation in kampung. It is therefore done by research by using qualitative method to express the community phenomenon by explore life experiences in it through observation and interview. Findings have shown that process of urban development has caused the spatial transformation in kampung. The limited economy capability causes the high dependability of the community to land. The land as commodity used for fulfilling their needs in following the environment change around the kampung. Limitation of human condition, the community cannot be compete and predominated by immigrant and investors. On the other hand, with education background and better skill, the immigrant has the abilities predominate the property of land and activity of economics in kampung. The predominating of community in kampung will increase a new society in kampung. In case of legally and formally aspect, kampung Luar Batang is still exist, however the substance of the existence is in appearance only, because this kampung is no longer supported by the early community as basic component was form of.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainul Abidin
Abstrak :
Kebijakan pengembangan daerah reklamasi adalah bagian penting dari tata ruang kota Jakarta. Kebijakan reklamasi pantai utara Jakarta dalam rezim perkotaan hampir tidak ada yang diteliti oleh para scholar, termasuk dinamika rezim perkotaan dalam tata ruang kota pada kebijakan pembangunan reklamasi pantura Jakarta. Dalam teori urban rezim, ada tiga tipologi rezim kota. Pertama, rezim instrumental. Tujuannya adalah mewujudkan program dan motifnya ialah hasil. Kedua, rezim simbolik. Tipologi rezim yang memiliki motivasi untuk mengekspresikan politik rezim. Ketiga, rezim organik. Tujuannya yaitu mengabadikan status quo. Dalam rezim perkotaan, efektivitas kebijakan rezim dipengaruhi oleh tindakan kekuasaan aktor pada rezim perkotaan. Agar efektif, pemerintah harus memadukan kapasitas mereka dengan berbagai aktor non-pemerintah. Akan tetapi dalam kebijakan reklamasi pantura Jakarta, aktor non-pemerintah lebih khusus pengembang sangat dominan dalam mengambil kebijakan politik penyelenggaraan pembangunan kawasan reklamasi. Dominasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan reklamasi oleh pengembang menciptakan konflik politik dan ekonomi yang luas, antara masyarakat, aktor, dan negara. Dampak dari dinamika tersebut menyebabkan kebijakan tata ruang kota di Jakarta tidak efektif. Kesimpulan dalam penelitian ini menguatkan teori urban regime Clerence Stone. Bahwa dominasi politik merupakan bagian masalah yang utama setelah menyatukan kapasitas kekuasaan antar aktor pada rezim perkotaan. ......The policy of developing reclamation areas is an important part of the spatial layout of Jakarta. The policy of reclamation of Jakarta in urban regimes is almost nothing that is researched by scholars, including the dynamics of urban regimes in urban spatial city on the development of reclamation in Jakarta. In the urban regime theory, there are three typologies of the city regime. First, the instrumental regime. The aim is to realize the program and the motive is the result. Second, symbolic regime. The typology of the regime which has the motivation to express the regime's politics. Third, the organic regime. The goal is to perpetuate the status quo. In urban regimes, the effectiveness of regime policies is influenced by acts of actor power in urban regimes. To be effective, the government must integrate their capacity with various non-government actors. However, in the Jakarta reclamation policy, non-government actors, especially developers, are very dominant in taking political policies in the implementation of the construction of reclamation areas. Domination in the planning and implementation of the construction of reclamation by the developer creates a broad political and economic conflict between the community, actors and the state. The impact of these dynamics has led to ineffective urban spatial planning policies in Jakarta. The conclusions in this study reinforce the urban theory of the Clerence Stone. That political domination is a major part of the problem after uniting power capacity between actors in urban regimes.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rahmat Yananda
Abstrak :
Semenjak Kevin Lynch menerbitkan The Image of The City (1960) tentang studi citra kota telah banyak perubahan terhadap tesis Lynch tersebut bahwa citra kota yang tadinya terbentuk dari interaksi warga kota dengan lingkungannya ternyata juga saat ini dipengaruhi oleh media massa. Kemajuan teknologi komunikasi dan infotmasi menyebabkan interaksi seseorang dengan suatu tempat bisa bersifat tidak langsung dan menembus betas - batas spasial Penemuan mesin cetak yang mampu mernproduksi materi publikasi secara massal, serta penemuan telegram dan telepon sebagai cikal bakal pengiriman pesan jarak jauh menjedi sempurna katika televisi diciptakan. Teknologi komunikasi dan infonnasi ini salah satunya berwujud da1am bentuk industri media massa, yaitu cetak dan elektronik. Industri ini telah berkembang menjadi insitusi sosial yang mampu mempengaruhi dan membangun publik opini, tennasuk citra suatu kota. Dalam pemarasan kota tujuan utamanya adalah membangun citrn kota.Citra kota yang balk dan menarik akan mengundang pihak - pihak lain untuk berinvestasl dan berkunjung. Dorongan menjadikan kota sebagai komoditi menyebabkan citra kota yang tampak secara fisik cenderung seragam karena mengedepankan kepentingan ekonomi scmata sebagaimana kota - kota global lainnya. Kota- kota telah menjadi produk mengabaikan identitas kota yang dibutuhkan sebagai identifikasi oleh warga kota untuk membangun sense of place. Kota tidak Jagi memiliki place identity. Karenanya pemerintah kota perlu melakukan city branding sebagai bagian dari pembangunan place brand berbasis komunikasi primer dan sekunder. Jakarta, Surabaya dan Bandung adalah tiga kota utama di Indonesia berdasarkan jumlah penduduk dan produktivitas ekonomi menonjol di banding kota- kota 1ainnya di Indonesia. Citra ketiga kota dianalisa berdasarkan pemberitaan media cetak Kompas edisi Agustus 2009- 2010. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa citra kota-kota tersebut di media cetak negatif, karena mereka tidak memiliki pesan yang kuat karena mengabaikan identitas kota dan dimensi kinerja kota yang baik, dan manager kota gagal memanfaatkan komunikasi primer dan sekunder. Kegagalan diperkuat oleh kecenderungan media memproduksi berita bertone negatif sebagai bagian dari fungsi sosial media.
Since Kevin Lyacb pnblished 1'he Image of the City (1960) the study have been in many changes from Lynch thesis that the image of the city came from the interaction of citizens with the current environment that was also influenced by mass media. Advances in communications technology and information causes a person's interaction with a place can be indirect and through the boundaries - spatial boundaries. Communications and information technology is one of them intangible in the form of mass media industry, which is printed and electronic. The industry has evolved into a social institution that is able to influence and build public opinion, including the image of a city. In the city marketing, the main goal is to build the image of the city. The good and interesting image will invite parties to invest and visit the city. Encouragement made the city as a commodity causes the image of the city that looked physically inclined uniform because the interests of economy only as the city other global cities. If a city is becoming a product ignoring its identity and failing people to identity with it then it no longer has a place identity. Therefore the city government needs to do city branding as part of the development of place based brand as a primary and secondary communication. Jakarta, Surabaya and Bandung are the three major cities in Indonesia based on population and economic productivity in the appeal of prominent cities in Indonesia. The image of the cities are analyzed based on print media coverage in Kompas issued from August 2009 to August 2010. Using qualitative case study method, the stories of these cities are classified into categories and subcategories based on frequency and valance. The Research found that the image of the three cities in a printed mass media are negative because they do not have a strong message due to neglecting the city identity and performance dimensions of a good town not to mention that city managers failed to take advantage primary and secondary communication to build the image of the city. Failure is reinforced by the tendency of news media to produce negative tone news as part of the social function of media.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T31657
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nostikasari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diadjeng Anggaruti
Abstrak :
Pembangunan kota Jakarta yang hanya berorientasi pada pertumbuhan, akan mendorong tefjadlnya pengambilalihan lahan milik masyarakat kota (penggusuran dan relokasi). Pembangunan lni juga mendorong munculnya kesenjangan sosial ekonomi dan sosial kultural antara masyarakat tradisional kota dengan hasil pembangunan kota yang baru. Akiba!nya te adi baik konflik vertikal maupun konflik horisontal. Penggusuran, kesenjangan sosial serta konflik yang banyak terjadl di kota menekan keberadaan masyarakat tradistonal kota, termasuk kampung kota. Keberadaan kampung kota dan upaya komunitas di dalamnya untuk mempertahankan teritori kampung terhadap tekanan pembangunan kota menjadi issue pembangunan kota yang perlu diperhatikan. Hal ini mengarah pada fenomena teriorialitas baik yang terjadi di dalam kampung maupun teritorialitas komunitas kampung untuk mempertahankan kampungnya dari tekanan luar. Kampung memiliki karalderistik-karakteristik yang membedakannya dengan kota yang modem. Kampung dihuni oleh komunitas yang memiliki ikatan yang kuat dengan tempat tinggalnya (communty sentiment) dan interaksiyang tinggi diantara anggotanya. Kondisi fisik lingkungan kampung juga memiliki karakteristik yang menunjang dan dipengaruhi oleh karakter komunitas dl dalamnya. Karakteristlk kampung, baik karaktetistik komunitas di dalamnya, maupun kondisi fisik lingkungannya, mempengaruhi fenomena teritorialitas yang terjadi dalam komunitas parkampungan. Dari arah luar, tekanan pembangunan kota terhadap kampung, mempengaruhi teritorialitas kampung untuk mempertahankan kampungnya. Intensitas tekanan dan status kepemilikan teritori kampung menjadi dua variabel yang sangat mempengaruhi teritorialitas komunitas kampung untuk mempertahankan kampungnya. Fenomena teritorialitas ini dapat menjadi masukan untuk perancangan dan perencanaan kota Jakarta di masa mendatang.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursanti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joestity
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christianti Dewayanti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>