Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
[Seng oksida (ZnO) pada skala nano banyak diteliti karena potensinya sebagai bahan semikonduktor untuk sel surya tersensitasi zat pewarna. Dalam penelitian ini ZnO nanostruktur telah disintesis mengunakan metode presipitasi dengan penambahan asam sitrik (C6H8O7) sebagai agen pembentuk. Dengan variasi rasio ZnO terhadap asam sitrik (1:1, 2:1, 4:1) dan temperatur kalsinasi (150, 200, 400°C) dilihat efeknya terhadap struktur dan kristalinitas. Dengan bantuan XRD, UV-Vis dan SEM data kristalinitas, ukuran kristalit, struktur dan sifat optik material teramati. Hasil penelitian menunjukan partikel ZnO yang terbentuk berada pada rentang ukuran 19.8 – 30.8 nm dengan nilai energi celah pita terendah 3.15 eV berstruktur sperikal bercampur batangan pada rasio 4:1 dan kalsinasi 400°C. Nilai tersebut memungkinan partikel yang tersintesis untuk diaplikasikan pada devais panel surya tersensitasi zat pewarna. , Zinc Oxide (ZnO) on nano scale was vastly investigated due to its potential as a semiconductor material in dye sensitized solar cell application. In this current research ZnO nanostructure was synthesized using simple precipitation technique with addition of citric acid as capping agent. Various ratios of ZnO and C6H8O7 elaborated 1:1, 2:1, 4:1and calcination temperature of 150, 200, and 400°C were used to investigate the effect of those parameter towards the ZnO structure and crystallinity. By using XRD, SEM, and UV-Vis Spectroscopy the nanostructure characteristics were determined, therein including nanocrystallite size, crystallinity, and optical properties. The results showed that ZnO nanostructure was formed as spherical and rods in the range 19.8 – 30.8 nm and the lowest band gap energy 3.15 ev obtained under condition of ratio 4:1 and calcined at 400°C. Considering the obtained characteristics, the ZnO nanostructures in this study are possible for dye sensitized solar cell application. ]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Mahanani
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maretha Putri Ayu
Abstrak :
Seiring dengan berkembangan teknologi di bidang automotif, penggunaan katalis logam merupakan salah satu hal yang penting karena dapat mempercepat reaksi dan dapat membantu memacu reaksi siklohidrogenasi serta reaksi lainnya seperti pembentukan aromatik. Akibat dari penggunaan katalis tersebut maka limbah katalis hasil proses Catalytic Continuous Reforming sangat banyak ditemukan. Salah satu logam yang banyak digunakan sebagai katalis dalam proses CCR adalah logam kobalt dengan penambahan logam palladium sebagai promotor. Logam kobalt sebagai bahan dasar utama yang terkandung dalam katalis CCR bila dibiarkan dibuang menjadi limbah akan sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Untuk meminimalisir bahaya tersebut maka diperlukan perolehan kembali logam kobalt dari limbah katalis CCR dengan metode leaching. Dalam penelitian ini digunakan asam sitrat 0,8 M dengan 2% H2O2 pada kondisi operasi 75oC selama 1,5 jam dapat menghasilkan logam Co 77,78%. Setelah proses leaching dilakukan, untuk mendapatkan logam kobalt dengan kemurnian yang lebih baik maka dilakukan proses ekstraksi cair-cair dengan pH 3,5 dan konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,1 M diperoleh logam Co sebesar 77,80% dari total kobalt hasil leaching. ......The usage of metal catalyst is important alongside with recent technology development on automotive sector. Metal catalyst is used to fasten any reaction, such as triggering cyclohydrigenation reaction and aromatics forming. These process, which known as catalytic continous reforming (CCR), produce a lot of catalysts waste. One of metal catalyst that used in large amount on CCR process is cobalt added by palladium as a promotor. Cobalt, which is used as the main component in CCR catalyst, will be dangerous for health and environment if directly thrown away as a waste. For reducing those danger, cobalt is reused by recovering it from CCR catalyst using leaching method. In this research, 0.8 M citric acid with 2% H2O2 is used at temperature 75°C within 1.5 hours. This methods could recover 77.78% cobalt from CCR. Purification process is done by liquid-liquid extraction with Cyanex 272 0,1 M at pH 3,5 to gain cobalt with higher purity up to 77.80% of total cobalt from leaching.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasojo Utomo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini berhasil memodifikasi tepung tapioka dengan asam sitrat melalu reaksi ikat silang. Tapioka dan asam sitrat direaksikan dengan mengatur keadaan selama reaksi seperti konsentrasi asam sitrat, waktu reaksi, pH, dan temperature. Asam sitrat dipilih sebagai agen pemodifikasi karena aman untuk makanan dan bisa membentuk reaksi ikat silang dengan pati melalui gugus karboksilat yang akan berubah menjadi gugus anhidrida dengan menaikan suhu reaksi. Hasil karakterisasi dengan FT-IR menunjukan terbentuk peak pada 1720 cm-1 yang menunjukan terbentuknya pati sitrat. Karakterisasi dengan XRD menunjukan bahwa pati termodifikasi mempunyai kristalinitas yang lebih rendah. Berdasarkan hasil uji produk pati sitrat, sifat fungsional dari pati menurun seperti swelling power, kelarutan, daya serap terhadap air, viskositas, dan meningkatnya kejernihan pasta. Daya cerna dari pati sitrat juga menurun secara signifikan hingga 25% dibandingkan dengan pati murni. Produk ini bisa menjadi pangan fungsional seperti penderita diabetes atau kanker usus besar. Perubahan dari sifat fungsional pati juga diharapkan bisa menjadi acuan untuk industri dalam memenuhi kebutuhan pati termodifikasi.
ABSTRACT
This study was successful modifying tapioca starch with citric acid through crosslinking reaction. Tapioca and citric acid are reacted by setting the conditions during the reaction such as the concentration of citric acid, time reaction, pH, and temperature. Citric acid was chosen as a modifying agent because it is safe for food and can form a crosslinking reaction with starch through the carboxylic group that will be converted to anhydrous by raising the reaction temperature. The results characterization with FT-IR shows that there is a peak at 1720 cm-1 which is shows the formation of starch citrate by the presence of ester bonds on starch. Characterization with XRD shows that modified starch has a lower level of crystallinity. Based on several results of testing starch citrate products, the functional properties of starch also change such as decreased swelling power, solubility, water absorption, viscosity, and increased clarity of starch paste. Digestibility of starch citrate also decreased significantly by 25% compared to normal starch. This product is can be a functional food such as for people with diabetes or colon cancer. The changes in the functional properties of starch are also expected to be a reference for the industry fulfill the needs of modified starch.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Muhadzib Rafif
Abstrak :

Bio Metal-organic Framework (MOF) adalah bahan berpori yang terbentuk dari kombinasi ion logam dan ligan organik. Asam sitrat adalah senyawa organik lemah yang dapat ditemukan dalam daun dan buah jeruk. MOF memiliki banyak fungsi, salah satunya bertindak sebagai bahan adsorben. Kami telah mensintesis dan mengkarakterisasi MOF berdasarkan ligan logam kromium nitrat dan asam sitrat. Sintesis dilakukan melalui metode reaksi hidrotermal menggunakan KOH dan Etanol serta dengan rasio logam terhadap ligan 0.6:1; 1:2; 1:2.5 dan 1:3. Sintesis dilakukan pada suhu puncak 120 oC selama 30 menit dan ditahan pada suhu tersebut selama 48 jam. Karakterisasi MOF dilakukan dengan Brunauer-EmmettTeller (BET), X-ray difraksi (XRD), scanning electron microscope (SEM), analisis termogravimetri (TGA), dan analisis Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Dalam percobaan ini diperoleh luas permukaan paling besar 49 m2/g. Pengujian adsorpsi dilakukan pada suhu 27oC, 40 oC dan 55 oC dengan variasi tekanan 5, 10, 15, 20, 30, dan 40 bar. Hasil adsorpsi paling besar terjadi pada suhu 27oC pada tekanan 40bar. Korelasi adsorpsi dilakukan dengan menggunakan persamaan Langmuir, Toth, dan Dubinin-Astakhov. Persamaan Dubinin-Astakov dengan nilai deviasi paling rendah (8.9%) digunakan untuk pergihitungan panas adsorpsi. Semakin tinggi suhu adsorpsi, semakin tinggi panas adsorpsi yang dihasilkan. Semakin besar jumlah adsorbat yang terserap, panas adsorpsi yang dihasilkan semakin rendah. Dengan semakin rendahnya nilai panas adsorpsi, maka semakin rendah juga biaya regenerasi material tersebut dan semakin tinggi nilai penghematan energi pada proses adsorpsi. ......Bio Metal-organic framework (MOF) is a porous material formed from a combination of metal ions and organic ligands. Citric acid is a weak organic compound that can be found in citrus leaves and fruit. MOF has many functions, one of which acts as an adsorbent material. We have synthesized and characterized MOF based on metal chromium nitrate and citric acid ligands. Synthesis is carried out through the hydrothermal reaction method using KOH and Ethanol as well as with a ratio of metals to ligands of  0.6:1; 1:2; 1:2.5 dan 1:3. Synthesis was carried out at a peak temperature of 120 oC for 30 minutes and held at that temperature for 48 hours (Material B). MOF characterization was carried out with Brunauer-Emmett Teller (BET), X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope (SEM), thermogravimetric analysis (TGA), and Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) analysis. In this experiment the maximum surface area of ​​49 m2/g was obtained. Adsorption testing was carried out at temperatures of 27oC, 40 oC and 55 oC with pressure variations of 5, 10, 15, 20, 30, and 40 bar. The highest adsorption results occur at 27oC at a pressure of 40bar. The adsorption correlation was performed using the Langmuir, Toth, and Dubinin-Astakhov equations. The Dubinin-Astakov equation with the lowest deviation (8.9%) is used to calculate the heat of adsorption. The higher the adsorption temperature, the higher the adsorption heat produced. The greater the amount of adsorbate absorbed, the lower the heat of adsorption produced. The lower isosteric heat adsorption value, the lower regeneration cost and high efficiency energy in adsorption process.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melanie Hapsari
Abstrak :
Hidrogel didefinisikan sebagai suatu struktur polimer tiga dimensi yang dapat dibentuk dari polimer alam atau sintetik dan mampu mempertahankan sejumlah besar air. Hidrogel dapat dibuat melalui dua cara yaitu penyilangan fisik (physical cross-linking) dan penyilangan kimia (chemical cross-linking). Struktur yang stabil dan pembengkakan efektif dari hidrogel bisa didapatkan melalui proses penyilangan kimia. Pada penelitian ini akan dibuat hidrogel berbasis polimer alam yang besifat tidak beracun. Hidrogel disintesis dengan menggunakan turunan selulosa yaitu berupa Natrium Karboksimetil Selulosa (NaCMC/CMC) dan asam sitrat sebagai agen pengikat silang. Selulosa yang digunakan berasal dari tanaman eceng gondok, yang telah diketahui sebagai salah satu sumber serat selulosa yang potensial dalam pembuatan CMC. Efek dari kondisi preparasi, seperti konsentrasi asam sitrat yang digunakan serta waktu reaksi saat proses sintesis ditinjau melalui hasil karakterisasi hidrogel. Variasi variabel yang dilakukan pada penelitian ini diantaranya konsentrasi asam sitrat sebesar 5, 10, 15% dan komposisi campuran media reaksi isobutil-isopropil alkohol sebesar 2:8, 5:5, dan 8:2 dengan tujuan untuk mendapatkan nilai DS yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, swelling ratio hidrogel paling tinggi didapatkan saat komposisi media reaksi isopropil-isobutil alkohol 8:2 dan konsentrasi asam sitrat sebesar 10% . Hal ini didukung dengan ditemukannya ikatan ester pada hasil uji gugus fungsi dengan menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared) dan terbentuknya pori-pori kecil dan besar pada permukaan hidrogel berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis hidrogel dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope).
Hydrogels are defined as a three-dimensional polymer structure that can be formed from natural or synthetic polymers and are able to retain large amounts of water. Hydrogels can be made in two ways, i.e. physical cross-linking and chemical cross-linking. The stable structure and effective swelling of the hydrogel can be obtained through the chemical cross-linking process. In this study, hydrogel will be made of natural polymer that is non-toxic. Hydrogels synthesized by using cellulose or its derivatives (Carboxymethyl Cellulose (CMC)) through chemical crosslinking process with citric acid acts as crosslinking agent. Cellulose is derived from water hyacinth plant, which has been known as one of the potential sources of cellulosic fibers in producing CMC. Effects of preparation condition, such as citric acid concentration and variation in the value of the degree of substitution of CMC, are reviewed through the hydrogel characterization results. Variations of variables in this research include the concentration of citric acid of 5, 10, and 15% and the ratio of composition isobutyl-isopropyl alcohol solvent at 2:8, 5:5, and 8:2 in order to get the different value of degree of substitution of CMC. Based on the results, the hydrogel with the highest swelling ratio is at the condition of mixed composition isobutyl-isopropyl alcohol 2:8 and the concentration of citric acid at 10%. This is supported by the invention of the ester bond in the test results of functional groups using FTIR (Fourier Transform Infrared) and the formation of small and large pores on the surface of hydrogels based on hydrogel microscopic observation using SEM (Scanning Electron Microscope).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Nirmala Asty
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Wayan Nirmala AstyProgram Studi : Magister Ilmu KelautanJudul : Karakteristik Semisolid Isinglass Berbahan Baku Gelembung Renang Ikan Patin Pangasius sp. dengan Perbedaan Perendaman Konsentrasi Asam Asetat dan Asam Sitrat. Ikan patin Pangasius sp. merupakan salah satu produksi perikanan budidaya yang saat ini sedang dikembangkan oleh Indonesia, yang memiliki potensi ekspor serta harga jual yang cukup tinggi. Perkembangan produksi budidaya, sejalan dengan peningkatan industri pengolahan. Salah satu masalah yang timbul pada industri pengolahan, adalah limbah yang dihasilkan seperti darah, kulit, kepala, sisik, tulang, gelembung renang dan tulang. Limbah industri pengolahan yang masih dapat dimanfaatkan dan menghasilkan nilai ekonomis, adalah gelembung renang. Gelembung renang dapat diolah menjadi semisolid isinglass, yang merupakan produk antara intermediate product berbasis protein yang dapat berfungsi sebagai fining agent dan edible coating. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik semisolid isinglass yang meliputi nilai pH, kadar air, protein, lemak, abu, dan asam amino. Gelembung renang ikan patin Pangasius sp. diberi perlakuan berupa perendaman dalam larutan asam asetat dan asam sitrat dengan konsentrasi 1 , 1,5 dan 2 .Berdasarkan hasil analisis, karakteristik semisolid isinglass yang direndam dalam larutan asam asetat dengan konsentrasi 1 , 1,5 dan 2 memiliki rata-rata nilai pH antara 2,41-2,69; kadar air antara 98,97 -99,08 ; kadar abu 0 ; kadar lemak antara 0,20 -0,21 ; dan kadar protein antara 0,49 -0,53 . Semisolid isinglass yang direndam dalam larutan asam sitrat dengan konsentrasi 1 , 1,5 dan 2 memiliki rata-rata nilai pH antara 1,75-1,94; kadar air antara 97,62 -98,55 ; kadar abu 0 , kadar lemak antara 0,11 -0,20 ; dan kadar protein antara 0,34 -0,49 . Hasil analisis 15 jenis asam amino, baik semisolid isinglass yang direndam dalam asam asetat maupun asam sitrat, hanya glisin dan prolin yang dapat dilakukan analisis karena keterbatasan deteksi limit detection .Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan perendaman semisolid isinglass dalam larutan asam asetat dan asam sitrat sitrat dengan konsentrasi 1 , 1,5 dan 2 memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai pH dan kadar air, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein, lemak, prolin dan glisin. Kata Kunci : Asam asetat, asam sitrat, gelembung renang, ikan patin Pangasius sp. , isinglass.
ABSTRACT
ABSTRACT Name Wayan Nirmala AstyStudy Program Marine ScienceTitle Characteristic of Semisolid Isinglass from Catfish Pangasius sp. Swimbladder Based on Different Concentration in Acetic and Citric Acid Solution. Catfish Pangasius sp. culture, currently is being developed in Indonesia. It has potential export value and high selling price. Fishing industry produce waste, such as blood, skin, head, scales, bones, swim bladder and intestine. Swim bladder has potency as raw material for edible coating and fining agent. Swim bladder has economic value and can be processed into semisolid isinglass, which is a based protein intermediate product. This research was aimed to analyse semisolid isinglass characteristics pH, moisture, protein, fat, ash and amino acid content . Catfish Pangasius sp. swim bladder were soaked in acetic and citric acid solution consists of concentration 1 , 1,5 and 2 . Protein, fat and amino acid content were analysed using Kjeltec, Wellbull and UPLC respectively.Result of analysis showed that, the characteristics of semisolid isinglass that soaked in acetic acid solution consists of concentration 1 , 1,5 and 2 has average pH range between 2,41 2,69, moisture range between 98,97 99,08 , 0 for ash content, fat range between 0,20 0,21 and protein range between 0,49 0,53 .The characteristics of semisolid isinglass that soaked in citric acid solution consists of concentration 1 , 1,5 and 2 has average pH range between 1,75 1,94, moisture range between 97,62 98,55 , 0 for ash content, fat range between 0,00 0,47 and protein range between 0,11 0,20 . From 15 amino acids that has been observed, only glycine and proline can be processed using analysis of variance.Semisolid isinglass that soaked in acetic and citric acid solution consists concentration of 1 , 1,5 and 2 has significant effect on the pH value and moisture content, but did not has significant effect on protein, fat, proline and glycine content. Keywords Acetic acid, citric acid, catfish Pangasius sp. , isinglass, swim bladder.
2017
T47114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Akhmad Ainan Salsabila
Abstrak :
Pada penelitian ini dibuat formulasi pembersih toilet berbahan dasar asam klorida (HCl) pada rentang variasi konsentrasi 37% (12 M) hingga 1 M dan asam sitrat (HOC(CH2CO2H)2) pada rentang variasi konsentrasi 5 M hingga 1 M yang ditambahkan surfaktan kokamida dietanolamina (CDEA) dengan metode pengadukan pada suhu ruang. Formulasi pembersih toilet yang dibuat dilakukan karakterisasi dengan Fourier Transform Infrared (FT-IR), uji antibakteri, diuji stabilitas fisiknya secara visual dan uji penilaian kualitas kinerjanya secara visual dalam membersihkan noda pada keramik kamar mandi. Hasil uji antibakteri menunjukkan sampel yang dapat menghasilkan zona hambatan pada bakteri gram negatif E. coli dan bakteri gram positif S. aureus adalah surfaktan CDEA serta cairan pembersih toilet berbahan dasar HCl pada konsentrasi 7 M, 10 M, dan pekat 37%. Diameter zona hambatan pembersih toilet HCl terhadap E. coli berada pada rentang 52-96 mm, sedangkan untuk pembersih toilet asam sitrat pada rentang 64-91 mm. Diameter zona hambatan pembersih toilet HCl terhadap S. aureus berada pada rentang 56-80 mm, sedangkan pembersih toilet asam sitrat tidak menghasilkan zona hambatan. Hasil uji stabilitas fisik formula pembersih toilet selama 2 (dua) minggu menunjukkan bahwa volume fase terpisah formula pembersih toilet berbahan dasar HCl kecuali pada konsentrasi 1 M, semua mengalami peningkatan volume dari hari ke-2 hingga hari terakhir pengamatan. Sedangkan volume fase terpisah formula pembersih toilet berbahan dasar asam sitrat kecuali pada konsentrasi 1 M, semua mengalami penurunan volume dari hari ke-2 hingga hari terakhir pengamatan. Berdasarkan uji aplikasi penilaian kualitas kinerja pembersih toilet berbahan dasar HCl maupun asam sitrat menunjukkan efektivitas kemampuan menghilangkan noda dan kerak pada keramik yang semakin baik seiring meningkatnya konsentrasi senyawa asam yang digunakan. ......In this study, a formulation of toilet cleaner was made using hydrochloric acid (HCl) with concentration ranging from 37% to 1 M, and citric acid with concentrations ranging from 5 M to 1 M, both added with cocamide DEA (CDEA) surfactant using stirring method at room temperature. The formulated toilet cleaner was characterized using FT-IR, tested for antibacterial activity, visually assessed for physical stability, and visually evaluated for its performance in removing stains on bathroom ceramic tiles. The antibacterial test results showed that the samples capable of producing inhibition zones against gram-negative bacteria E. coli and gram-positive bacteria S. aureus were the CDEA surfactant and the toilet cleaner with hydrochloric acid at concentrations of 7 M, 10 M, and concentrated 37%. The diameter of the inhibition zone of the HCl toilet cleaner against E. coli ranged from 52 to 96 mm, while for the citric acid toilet cleaner, it ranged from 64 to 91 mm. The diameter of the inhibition zone of the HCl toilet cleaner against S. aureus ranged from 56 to 80 mm, while the citric acid toilet cleaner did not produce any inhibition zones. The results of the physical stability test of the toilet cleaner formula showed that the separated phase volume of the hydrochloric acid-based toilet cleaner, except at a concentration of 1 M, increased from day 2 until the last day of observation. On the other hand, the separated phase volume of the citric acid-based toilet cleaner, except at a concentration of 1 M, decreased from day 2 until the last day of observation. Based on the evaluation of the performance quality of the hydrochloric acid and citric acid-based toilet cleaners, the results showed that the effectiveness in removing stains and scale on toilet ceramics improved with increasing concentration of the acid compounds used.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Muhadzib Rafif
Abstrak :
ABSTRAK Bio Metal-organic Framework (MOF) adalah bahan berpori yang terbentuk dari kombinasi ion logam dan ligan organik. Asam sitrat adalah senyawa organik lemah yang dapat ditemukan dalam daun dan buah jeruk. MOF memiliki banyak fungsi, salah satunya bertindak sebagai bahan adsorben. Kami telah mensintesis dan mengkarakterisasi MOF menggunakan logam kromium nitrat dan ligan asam sitrat. Sintesis dilakukan melalui metode reaksi hidrotermal menggunakan KOH dan Etanol serta dengan rasio logam terhadap ligan 0.6:1; 1:2; 1:2.5 dan 1:3. Sintesis dilakukan pada temperatur puncak 120 oC selama 30 menit dan ditahan pada temperatur tersebut selama 48 jam. Karakterisasi MOF dilakukan dengan Brunauer-EmmettTeller (BET), X-ray difraksi (XRD), scanning electron microscope (SEM), analisis termogravimetri (TGA), dan analisis Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Pengujian BET dilakukan dengan variasi kondisi degasing dan menggunakan empat material dengan perbandingan molar logam dan ligan yang berbeda-beda. Dalam percobaan ini diperoleh luas permukaan paling besar 49m2/g. Pengujian adsorpsi dilakukan pada temperatur 27oC, 40oC dan 55oC dengan variasi tekanan 10, 15, 20, 30, dan 40 bar. Hasil adsorpsi paling besar terjadi pada temperatur 27oC pada tekanan 40bar. Korelasi adsorpsi dilakukan dengan menggunakan persamaan Langmuir, Toth, dan Dubinin-Astakhov. Persamaan Dubinin-Astakov dengan nilai deviasi paling rendah (8%) digunakan untuk perhitungan panas adsorpsi. Semakin tinggi temperatur adsorpsi, semakin tinggi panas adsorpsi yang dihasilkan. Semakin besar jumlah adsorbat yang terserap, panas adsorpsi yang dihasilkan semakin rendah. Dengan semakin rendahnya nilai panas adsorpsi, maka semakin rendah juga biaya regenerasi material tersebut dan semakin tinggi nilai penghematan energi pada proses adsorpsi.
ABSTRACT Bio Metal-organic framework (MOF) is a porous material formed from a combination of metal ions and organic ligands. Citric acid is a weak organic compound that can be found in citrus leaves and fruit. MOF has many functions, one of which acts as an adsorbent material. We have synthesized and characterized MOF based on metal chromium nitrate and citric acid ligands. Synthesis is carried out through the hydrothermal reaction method using KOH and Ethanol as well as with a ratio of metals to ligands of 0.6:1; 1:2; 1:2.5 and 1:3. Synthesis was carried out at a peak temperature of 120oC for 30 minutes and held at that temperature for 48 hours (Material B). MOF characterization was carried out with Brunauer-Emmett Teller (BET), X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope (SEM), thermogravimetric analysis (TGA), and Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) analysis. BET characterization is done by varying the degassing conditions and using four materials with different metal and ligand molar ratio. In this experiment, the largest surface area was 49m2/g. Adsorption testing is carried out at temperatures of 27oC, 40oC and 55oC with pressure variations of 10, 15, 20, 30, and 40 bar. The highest adsorption results occur at 27oC at a pressure of 40bar. The adsorption correlation was performed using the Langmuir, Toth, and Dubinin Astakhov equations. The Dubinin-Astakov equation with the lowest deviation (8%) is used to calculate the heat of adsorption. The higher the adsorption temperature, the higher the adsorption heat produced. The greater the amount of adsorbate absorbed, the lower the heat of adsorption produced. The lower isosteric heat adsorption value, the lower regeneration cost and high efficiency energy in adsorption process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khotimah
Abstrak :
Resveratrol merupakan senyawa stilben yang ditemukan pada ekstrak biji melinjo Gnetum gnemon L. Resveratrol dilaporkan memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antikanker, antipenuaan, antiinflamasi dan antioksidan. Pada penelitian ini, Natural Deep Eutectic Solvents NADES sebagai pelarut ekstraksi untuk memperoleh kadar resveratrol yang optimum dari biji melinjo. NADES dibuat dari campuran asam sitrat dengan maltosa dalam berbagai rasio. Ekstraksi dilakukan dengan metode Ultrasound Assisted Extraction UAE. Kondisi ekstraksi dilakukan dengan tiga parameter yaitu rasio NADES, waktu ekstraksi, dan rasio sampel terhadap pelarut. Hasil ekstraksi dilakukan pengujian dengan High Performance Liquid Chromatography HPLC. Analisis dilakukan menggunakan Response Surface Methodology RSM. Resveratrol berhasil diekstraksi menggunakan NADES dan metode UAE. Kondisi optimum untuk memperoleh kadar resveratrol yaitu pada rasio NADES 3:1 g/mL, waktu ekstraksi 5 menit, rasio sampel terhadap pelarut adalah 1:10 g/mL run-3. Kadar resveratrol yang diperoleh 0.4977 mg/g dengan indeks desirability 0.874. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa asam sitrat-maltosa dapat menarik resveratrol dari biji melinjo.
Resveratrol is naturally occuring stilbene commonly found in melinjo seeds extract Gnetum gnemon L. Resveratrol demonstrated a variety of bioactivities such as anticancer, antiaging, antidiabetic, antiinflamatory, and antioxidant. In this study, Natural Deep Eutectic Solvents NADES as an extraction solvent to obtain optimum resveratrol content from melinjo seeds. NADES was prepared from a mixture of citric acid with maltose in some varieties of ratios. Extraction was done by ultrasound assisted extraction UAE. This extraction uses three parameters to determine optimum condition, they were NADES ratio, extraction time, and sample to solvent ratio. The extracts were evaluated by using high performance liquid chromatography HPLC. Resveratrol is succesfully extracted by NADES and UAE method. The optimal conditions to extract resveratrol were 3 1 g mL NADES, extraction time of 5 min, and 1 10 g mL sample to solvent ratio run 3. The levels of resveratrol 0.4977 mg g with indeks of desirability 0.874. Based on this research, it can be concluded that citric acid maltose can attract resveratrol from melinjo seeds.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S66972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>