Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Barry Anggara Putra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Ensefalopati hepatikum minimal (EHM) adalah spektrum teringan dari abnormalitas neuropsikologis yang merupakan komplikasi dari sirosis hati yang berimplikasi pada kualitas hidup pasien. Namun, saat ini modalitas untuk mendiagnosis EHM masih terbatas. Salah satu modalitas pemeriksaan EHM adalah Critical Flicker Frequency (CFF), namun tidak semua fasilitas kesehatan memiliki alat ini. Model for End-Stage Liver Disease (MELD) adalah suatu sistem skoring yang dikembangkan untuk mengetahui prognosis pasien yang akan menerima transplantasi hati dan berdasarkan beberapa studi, berkorelasi dengan EHM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara MELD dengan CFF pada pasien sirosis hati.
Metode: Penelitian dilakukan secara potong lintang. Pengambilan data dilakukan sejak Maret hingga Mei 2016 di poliklinik Hepatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo. Kriteria inklusi meliputi pasien sirosis hati dengan nilai Glasgow
Coma Scale (GCS) 15. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan ensefalopati hepatikum, hematemesis melena, stroke, gangguan penglihatan dan sirosis alkoholik, Subjek penelitian kemudian dilakukan pemeriksaan dengan alat CFF dan dihitung skor MELD masing masing.
Hasil: Sebanyak 60 pasien memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Didapatkan 28 pasien tanpa EHM dan 32 pasien dengan EHM. Rata rata usia pasien 54,8 tahun. Jumlah hepatitis terbanyak adalah hepatitis B sejumlah 34 pasien dan skor Child Pugh terbanyak adalah Child Pugh A sebanyak 39 pasien. Nilai rerata CFF 36,9 ± 8,57 Hz dan skor MELD 10,3 ± 3,6. Didapatkan nilai r -0,097.
Simpulan: Tidak terdapat korelasi antara skor MELD dan skor CFF.

ABSTRACT
Background: Minimal hepatic encephalopathy (MHE) is the mildest spectrum of neuropsychological abnormality as a complication of liver cirrhosis which has implication in quality of life. Meanwhile, there are only few modalities to diagnose MHE. One of them is Critical Flicker Frequency(CFF), but this modality is not available in every health center. Model for End-Stage Liver Disease (MELD)-a scoring system developed to determine the prognosis of patients who receive liver transplant-is correlated with EHM according to several studies. This study aimed to determine the correlation between MELD with CFF in cirrhotic patients.
Method:
This was a cross sectional study. Data were collected from March until May 2016 in Hepatological outclinic RSUPN Cipto Mangunkusumo. Inclusion criteria consist of cirrhosis pasien with Glasgow Coma Scale (GCS) 15. Exclution criteria consist of patient with hepatic encephalopathy, hematemesis melena, stroke, visual impairment, and alcoholic cirrhosis. All subjects were examined using CFF and MELD scores.
Results:
A total of 60 patients met the inclusion and exclusion criteria for the study. There are 28 patients with EHM and 32 patients without EHM. r value of -0,097. The mean age were 54.8 years old. Most subjects were diagnosed with hepatitis B (34 patients) and most subjects were scored A based on Child Pugh scoring(39 patients). Mean value of CFF and MELD are 36,9 ±8,57 Hz and 10,3 ±3,6 consecutively. The correlation score between two modalities were r -0,097.
Conclusion:
There was no correlation between MELD score and CFF score.
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Mahmudi Wicaksono
"Perdarahan gastrointestinal atas (upper gastrointestinal bleeding, UGIB) adalah kondisi terjadinya perdarahan di saluran gastrointestinal atas, termasuk esofagus, lambung, dan usus halus. Perdarahan gastrointestinal atas adalah penyakit yang umum terjadi, dengan perkiraan 80-150 dari 100.000 orang menderita perdarahan gastrointestinal atas setiap tahunnya. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus di hati. Sekitar 30% dari populasi dunia memiliki tanda-tanda serologis dari infeksi hepatitis B yang sudah selesai atau masih berlangsung. Kerusakan hati kronis yang disebabkan oleh hepatitis dapat berujung ke berbagai penyakit, di antaranya sirosis dan ascites. Dalam pasien yang menderita sirosis hati, penyebab paling umum dari perdarahan gastrointestinal atas adalah adanya penyakit varises esofagus (PVO). Perdarahan varises adalah komplikasi sirosis yang berbahaya, dengan mortalitas total di antara 10% sampai 20%, oleh karena itu, manajemen pasien yang tepat diperlukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.

Upper gastrointestinal bleeding (UGIB) is a condition where bleeding occurs in the upper gastrointestinal tract, including the esophagus, stomach, and small intestine. Upper gastrointestinal bleeding is a common disease, with an estimated 80-150 in 100,000 people suffering from upper gastrointestinal bleeding each year. Hepatitis B is a disease caused by a viral infection in the liver. About 30% of the world's population has serological signs of completed or ongoing hepatitis B infection. Chronic liver damage caused by hepatitis can lead to various diseases, including cirrhosis and ascites. In patients suffering from cirrhosis of the liver, the most common cause of upper gastrointestinal bleeding is the presence of esophageal variceal disease. Variceal bleeding is a dangerous complication of cirrhosis, with a total mortality of between 10% and 20%, therefore, appropriate patient management is necessary to reduce patient morbidity and mortality."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Firyanto Widjaja
"Latar Belakang: Hubungan antara hepatitis C dan penyakit ginjal kronik (PGK) sudah semakin jelas. Sirosis hati dan kadar virus pada hepatitis C dikatakan berhubungan dengan PGK, namun hal ini masih menjadi kontroversi.
Tujuan: Mengetahui prevalensi PGK serta hubungannya dengan sirosis hati dan kadar virus pada pasien hepatitis C.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong-lintang yang dilakukan pada Agustus 2018 sampai Januari 2019 di Poliklinik Hepatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Indonesia. Subjek dipilih secara konsekutif pasien dengan antiHCV positif dan ditanyakan kesediannya. Subjek dengan HIV, hepatitis B, riwayat hemodialisis, dan batu ginjal dieksklusi. Data diambil melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, elastrografi transien, pemeriksaan darah dan urin. Pasien didiagnosis PGK bila terdapat kelainan laju filtrasi glomerolus at au albuminuria atau hematuria persisten selama tiga bulan. Analisis statistik menggunakan kai kuadrat untuk data kategorik dan menggunakan regresi logistik untuk mengendalikan variabel perancu.
Hasil: Dari total 185 subjek yang mengikuti penelitian ini didapatkan prevalensi PGK sebesar 23,2% dengan 95% IK 17,12-29,28% pada subjek dengan hepatitis C. Sirosis hati berhubungan dengan terjadinya PGK pada hepatitis C dengan crude OR 2,786 (1,276-6,081) dan adjusted OR 2,436 (1,057-5,614) setelah mcngendalikan diabetes melitus, usia, dan jenis kelamin. Tidak didapatkan hubungan antara kadar virus dengan PGK (p=0,632).
Simpulan: Terdapat hubungan antara sirosis hati dengan PGK dan tidak terdapat hubungan antara kadar virus dengan PGK pada pasien dengan hepatitis C."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library