Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Komang Arie Suwastini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan representasi hibriditas dan negosiasi identitas dalam film The Mists of Avalon. Pembahasan pada tataran naratif film dan tataran teknis sinematik dilakukan dengan menggunakan pendekatan tekstual dengan teori strukturalismesemiotik sebagai kerangka kerja dan teori-teori cultural studies untuk mengungkapkan ideologi yang disampaikan film. Dari tataran naratif, hibriditas dan negosiasi identitas direpresentasikan melalui tema, struktur dan pencitraan tokoh-tokohnya. Negosiasi identitas direpresentasikan oleh penggunaan pola kilas balik, voice-over narration, dan unsur-unsur non-diagesis film. Dari tataran teknis, komposisi mise en-sc÷ne, framing, serta pilihan dalam aspek-aspek fotografis, editing dan suara mendukung representasi hibriditas dan negosiasi identitas yang disampaikan oleh naratif film.

This research was aimed at revealing hybridity and identity negotiation represented in The Mists of Avalon. Analyses at the plane of narrative and cinematic techniques were conducted using textual approach applying strcuturalism-semiotic theories as framework and theories from cultural studies to reveal the ideology of the film. At the plane of narrative, hybridity and identity negotiation were represented through the movie's theme, narrative structure, and the characterization of its characters. At the technical plane, the movie's composition of mise-en-scene, framing, fotographic aspects, editing and sound were proved to support the representation of hybridity and identity negotiation presented by its narrative.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25196
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Saraswati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan ambivalensi tokoh Lolita yang tidak hanya ditampilkan sebagai objek namun juga subjek dalam film Lolita arahan Adrian Lyne. Pembahasan dari segi naratif film dan teknik sinematografis dilakukan dengan menggunakan pendekatan tekstual dari Roland Barthes dan Laura Mulvey serta teori wacana feminisme posmodern untuk membongkar subjektivitas Lolita dalam versi film adaptasinya tahun 1997 itu. Melalui strategi mimikri Luce Irigaray, Lolita menciptakan 'bahasa' nya sendiri untuk berusaha keluar dari ketertindasannya.

This research was aimed at revealing ambivalence of Lolita's character that is not only represented as an object but also a subject in Adrian Lyne's movie, Lolita. Analyses at the plane of narrative and cinematic techniques were conducted using textual approach from Roland Barthes and Laura Mulvey as well as theory of postmodern feminism to reveal Lolita's subjectivity in its 1997 version of film adaptation. By using Luce Irigaray’s mimicry strategy, Lolita creates her own 'language' to escape from her oppression.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28673
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Permatasari
"Makalah ini menganalisis representasi hubungan kekuasaan dan isu-isu rasial pada film : Bruce Almighty dan Evan Almighty. Dua model analisis dari artikel oleh Gerster (2005) yang membahas mengenai isu-isu rasial dan rasisme institusional yang terdapat pada film Crash, dan juga artikel oleh Nugroho (2012) yang menjelaskan tentang hubungan kekuasaan pada film V for Vendetta. Makalah ini menganalisis penggambaran dari figur Tuhan Hollywood, hubungan kekuasaan, dan isu-isu rasial pada kedua film tersebut. Konsep Relasi Kekuasaan oleh Foucault dan Rasisme Institutional oleh Carmichael digunakan untuk menginvestigasi kedua film tersebut. Dengan menganalisis dialog-dialog dan elemen-elemen visual pada adegan-adegan, temuan penelitian mengungkapkan bahwa film-film Hollywood ini menciptakan gagasan ambivalen pada tingkah laku orang kulit putih terhadap orang Afrika Amerika.
This research paper analyzes the representation of power relation and racial issues in movies : Bruce Almighty and Evan Almighty. The two model of analysis are Gerster’s article (2005), which talked about racial issue and institutional racism depicted in the movie Crash and also Nugroho’s article (2012) which explained the power relation in the movie V for Vendetta. This research paper analyzes the portrayal of Hollywood Christ Figure, power relation, and racial issues in both movies. The concept of power relation by Foucault and institutional racism by Carmichael are used to investigate both movies. By analyzing the dialogues and visual elements in the scenes, research findings revealed that these Hollywood movies create ambivalent notion on White people’s attitude toward African American people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Inayatu Soliha
"Marvel Cinematic Universe merupakan sebuah waralaba film yang semakin berkembang cepat dengan memperkenalkan banyak karakter baru, termasuk karakter pahlawan muda seperti Kamala Khan dalam sebuah seri dengan enam episode berjudul Ms. Marvel (2022). Seri televisi tersebut berfokus pada latar belakang Kamala, seperti profilnya sebagai remaja perempuan Amerika-Pakistan yang memiliki kekuatan baru dan bagaimana kekuatan tersebut mengubah hidupnya. Di satu sisi, Ms. Marvel (2022) juga menampilkan kesenjangan antargenerasi antara tiga karakter perempuan, Kamala, ibu Kamala yang bernama Muneeba, dan nenek Kamala yang bernama Sana. Perbedaan generasi antara ketiganya telah menyebabkan masalah yang lebih signifikan dalam seri televisi tersebut sebagaimana perbedaan generasi itu memengaruhi cara Kamala melihat mimpinya selagi ia harus tetap berpegang terhadap realitas yang sebenarnya. Dengan konsep dukungan sosial antara perempuan di hubungan antargenerasi dari Gina Bauswell, artikel ini membahas mengenai perbedaan generasi antara Kamala, Muneeba, dan Sana yang berasal dari tiga generasi berbeda dalam bagaimana mereka memahami arti mimpi dan realita. Pada akhirnya, konflik antargenerasi yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai mimpi dan realita ini dapat terselesaikan dengan konsep dukungan sosial.

Marvel Cinematic Universe has been growing to be an expansive cinematic franchise, and they have introduced many new characters, including young heroes like Kamala Khan in the six-episode series titled Ms. Marvel (2022). The series focuses on Kamala’s background, such as her profile as a young American-Pakistani teenager having a new power that changes her life. On the other hand, the series also tells about Kamala’s family and how they affect her daily life and her new identity as a superhero. Ms. Marvel (2022) also portrays the generational gap in a family between three female characters, Kamala, Kamala’s mother named Muneeba, and Kamala’s grandmother, Sana. Their generational differences have led to a more significant issue in the series as it influences how Kamala perceives her dreams while needing to stick to her actual reality. Using the concept of social support among women in intergenerational relationships from Gina Bauswell, this article examines the generational differences between the characters Kamala, Muneeba, and Sana, who come from different generations in terms of perceiving dreams and reality. This research finds that intergenerational conflict caused by different perceptions of dreams and reality can be resolved with social support."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Khanza Defeorenzia Salsabila
"Tesis sarjana ini difokuskan pada studi supremasi kulit putih sebagai salah satu dari banyak manifestasi hegemonik budaya, yaitu kelas dominan yang berhasil makmur dengan bantuan doktrin yang konstan dan halus dari media yang dikonsumsi masyarakat umum dan tanpa sadar menerima. Studi ini membahas tentang bagaimana franchise film terbesar dan paling menguntungkan dalam sejarah sinematik, Marvel Cinematic Universe, adalah salah satu agen yang bertanggung jawab untuk menyebarkan doktrin supremasi kulit putih dengan cara mereka memilih untuk membingkai ulang poin plot, narasi, dan pilihan casting mereka.

This undergraduate thesis is focused on the study of white supremacy as one of the many hegemonic manifestations of culture, namely the dominant class that prospered with the help of constant and subtle doctrine from the media consumed by the general public and unconsciously accepting. This study discusses how the biggest and most profitable film franchise in cinematic history, the Marvel Cinematic Universe, is one of the agents responsible for spreading the doctrine of white supremacy by the way they choose to reframe their plot points, narratives, and casting choices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library