Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ana Rima Setijadi
Abstrak :
Telah diketahui asap rokok menjadi penyebab utama emfisema akan tetapi mekanisme pajanan asap rokok sampai menimbulkan destruksi arsitektur paru seperti tampak pada emfisema masih kontroversial. Hipotesis protease anti protease telah dikembangkan sejak 30 tahun yang lalu. Menurut teori tradisional sel efektor yang berpengaruh pada perokok ialah netrofil, sedangkan protease yang panting ialah netrofil elastase. Akhir-akhir ini perhatian difokuskan pada matriks metaloproteinase (MMP) yang dilepas oleh paru dan sel inflamasi yang memegang peran utama pada patogenesis PPOK. Matriks metaloproteinase utama yang berkemampuan melisiskan serat eiastin ialah matrix metalloproteinase-9 (MMP-9). Asap rokok menyebabkan penarikan makrofag ke paru selanjutnya makrofag mensekresi sitokin yang dapat meningkatkan respons inflamasi Iebih lanjut, menyebabkan induksi dan pelepasan MMP-9 oleh makrofag dan netrofil. Tujuan utama penelitian ini ialah membuktikan terdapat korelasi antara jumlah makrofag dan kadar MMP-9, jumlah makrofag dan netrofil, serta jumlah netrofil dan kadar MMP-9 di dalam cairan kurasan bronkoalveolar perokok. Penelitian ini memakai metode cross sectional, dan pengambilan sample menggunakan cara quota sampling. Penelitian dilakukan pada 24 penderita tumor paru atau mediastinum yang memerlukan pemeriksaan bronkoskopi di RSUD Dr Moewardi Surakarta, terdiri dari 12 perokok dan 12 bukan perokok. Pemeriksaan hitung jumlah sel total (makrofag, netrofil, limfosit, eosinofil, basofil) memakai Cell Dyn 3700, hitung jenis sel kurasan bronkoalveolar memakai pewarnaan Giemsa dan pemeriksaan MMP-9 metode ELISA menggunakan reagen Quantikine HS kit. Hasil pemeriksaan cairan kurasan bronkoalveolar ditemukan kadar MMP-9, jumlah makrofag serta netrofil kelompok perokok lebih tinggi dan berbeda bermakna dibanding bukan perokok (p < 0,05), hal ini sesuai hipotesis_ Pada perokok ditemukan korelasi kuat antara jumlah makrofag dan kadar MMP-9 (r : 0,713 ; p :0,009), antara jumlah makrofag dan netrofil (r : 0,804 ; p :0,002), serta antara jumlah netrofil dan kadar MMP-9 (r : 0,741 : p : 0,006) sehingga hipotesis terbukti. Kesimpulan : Ditemukan korelasi kuat antara jumlah makrofag, netrofil dan kadar MMP-9 pada cairan kurasan bronkoalveolar perokok. Saran : Untuk lebih memahami proses infamasi pada perokok perlu dilakukan penefitian longitudinal dan dapat dilengkapi pemeriksaan Tissue Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP)-1.
Cigarette smoking is the main cause of emphysema; however, the mechanism is still controversial. According to the old theory, neutrophil is the effectors cell which influenced smokers. The current concept regarding the pathogenesis of emphysema would be focusing on MMP released by lung and inflammatory cells. MMP-9 is the main component of MMP which has the ability to lysis elastin fibers. The purposes of this study were to prove the correlation between macrophage counts and the level of MMP-9, macrophage counts and neutrophil, neutrophil counts and the level of MMP-9 in the smoker's bronchoalveolar lavage fluid. The study design was cross sectional and the sample was taken by quota sampling. A total of 24 patients were divided into 12 smokers and 12 nonsmokers. The level of MMP-9, macrophage counts and neutrophil had been detected to be higher in the smoker's bronchoalveolar lavage fluid than the non smoker's ; and the difference reached significant level (p , 0,05). There was strong correlation between macrophage counts and the level of MMP-9 (r : 0,713 ; p : 0,009), macrophage counts and the neutrophil (r: 0,804; p: 0,002) also neutrophil counts and the level of MMP-9 (r : 0,741 ; p : 0,006) in the smoker's bronchoalveolar lavage fluid. Conclusion : The result showed that there was correlation among macrophage counts, neutrophil , and the level of MMP-9 in the smoker's bronchoalveolar lavage fluid.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Akhir Matua
Abstrak :
Di tengah kontroversi terhadap kekhawatiran bahaya merokok dan perkembangan industri rokok di Indonesia, studi ini memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi (determinan) probabilitas merokok dan besamya jumlah konsumsi rokok. Studi ini menganalisis data individu berskala nasional yang diperoleh dari IFLS-1997 dengan menggunakan 'sample selection model'. Hasil studi ini menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah konsumsi rokok berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi merokok. Dua variabel ekonomi, harga rokok dan pendapatan memiliki hubungan yang signifikan dengan besamya jumlah konsumsi rokok, dimana harga rokok berpengaruh negatif dan pendapatan berpengaruh positif. Variabel-variabel sosiodemografi-sebagai proksi 'selera'--yang secara signifikan memiliki hubungan dengan jumlah konsumsi rokok adalah umur, pendidikan, jenis kelamin dan status perkawinan. Wilayah dan daerah tempat tinggal jugs memiliki hubungan yang signifikan dengan besamya jurnlah konsumsi rokok.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rowella Octaviani
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku merokok staf administrasi pria di UI tahun 2009, dengan disain potong lintang dan metode tidak acak accidental sampling. Lebih dari setengah (56%) responden adalah perokok dan 37,5% dari mereka adalah perokok berat (>10 batang/hari). Pengetahuan responden mengenai penyakit akibat rokok sudah cukup baik namun mereka masih belum memahami zat-zat yang terkandung dalam rokok. Sikap staff administrasi terhadap perokok pasif, peraturan mengenai KTR dan pelarangan iklan, cukup positif. Namun mereka masih saja merokok di lingkungan kampus. Hal ini disebabkan rokok masih diperdagangkan di lingkungan kampus UI, harga rokok masih murah dan belum terlaksananya peraturan KTR di kampus UI. Saran, perlu dibuat peraturan yang melarang penjualan rokok di kampus UI dan UI menerapkan peraturan KTR disertai dengan pengawasan yang ketat dan pemberian sanksi yang tegas.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Ahsan
Abstrak :
Indonesia adalah negara kelima terbesar konsumen rokok dunia dari tahun 2001-2003. Konsumsi rokok Indonesia dari tahun 1960-2003 mengalami peningkatan sebesar 3.8 kali lipat, yaitu dari 35 Milyar batang menjadi 171 milyar batang per tahun (USDA 2004). WHO memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan merokok merupakan permasalahan kesehatan terbesar yang menyebabkan 8.4 juta kematian per tahun (Departemen Kesehatan 2004). Beberapa penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok antara lain kanker mulut, kanker paru-paru, kanker pankreas, tekanan darah tinggi, dan bronkitis. Oleh karena itu intervensi pemerintah diperlukan untuk menurunkan prevalensi dan konsumsi rokok saat ini. Sehingga penelitian mengenai profit perokok dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok panting untuk dilakukan. Tesis ini bertujuan pertama, membuat profil perokok berdasarkan karakteristik demografi dan sosial ekonominya, kedua, menentukan faktor-faktor sosial ekonomi yang signifikan berpengaruh terhadap perilaku merokok individu, dan ketiga menentukan implikasi kebijakannya. Tesis ini menggunakan data Susenas 2004 berdasarkan penggabungan antara data modul dan data kor dengan unit analisis individu. Metode analisis yang digunakan ada dua yaitu metode deskriptif, untuk membuat profit perokok, dan metode estimasi ekonometrika. Faktor yang mempengaruhi probabilitas individu dewasa menjadi perokok akan ditentukan melalui regresi logistic, sedangkan untuk konsumsi rokok ditentukan dengan regresi Ordinary Least Square (OLS). Tesis ini menyimpulkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi probabilitas menjadi perokok adalah Janis kelamin, bekerja, status perkawinan, tingkat pendidikan, lokasi tempat tinggal, kondisi tempat tinggal, umur, dan tingkat pendapatan (kecuali untuk kuantil5). Responden yang mempunyai karakteristik laki-laki, bekerja, kawin, kondisi tempat tinggal yang buruk, kelompok umur 25 tahun atau lebih, dan termasuk dalam kuantil2 atau 3 atau 4, memiliki probabilitas untuk menjadi perokok lebih tinggi dibandingkan dengan pembandingnya, yaitu mereka yang mempunyai karakteristik perempuan, tidak bekerja, tidak kawin, kondisi tempat tinggalnya balk, kelompok umur 15-24, dan kuantill. Sementara itu, harga rokok tidak berpengaruh secara signifikan terhadap probabilitas seseorang menjadi perokok. Sedangkan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi konsumsi rokok adalah harga rokok, pendapatan, umur mulai merokok setiap hari, bekerja, lokasi tempat tinggal, umur, tingkat pendidikan, dan kondisi tempat tinggal. Sebagai tambahan faktor-faktor yang berhubungan positif dengan konsumsi rokok responden adalah pendapatan, pendidikan menengah dan bekerja. Harga rokok secara negatif signifikan mempengaruhi konsumsi rokok. Tesis ini menemukan bahwa elastisitas harga rokok terhadap perrnintaannya = -0.42. Sehingga peningkatan harga rokok 10% akan menurunkan konsumsi rokok 4.2%. Menurut kelompok pendapatan, dampak peningkatan harga rokok bagi mereka yang miskin (kuartile 1) lebih besar daripada mereka yang kaya (kuartile 5). Peningkatan harga rokok 10% akan menurunkan konsumsi rokok 4.6% untuk mereka miskin, sementara untuk mereka yang kaya 4.2%. Untuk menurunkan konsumsi rokok, berdasarkan basil tesis ini, maka pemerintah harus melakukan beberapa hal yaitu meningkatkan harga rokok secara terus menerus, meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat, melarang ikian rokok secara keseluruhan, mempersempit ruang gerak perokok, larangan membeli rokok bagi remaja yang berumur di bawah 18 tahun, memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok terutama terhadap mereka yang akan menikah dan menyediakan tempat tinggal yang layak huni secara kesehatan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Erwin Wamilta
Abstrak :
Rokok merupakan salah satu industri yang besar dan memiliki pengaruh yang luas bagi perekonomian Indonesia, berdasarkan data Survey Kesehatan Nasional (Sukernas) tahun 2001, 69% dari laki-laki dewasa di Indonesia merokok. Sebuah angka yang termasuk fantastis mengingat jumlah penduduk Indonesia,yang mencapai 200 juta jiwa, dan 50% dari Jumlah penduduk tersebut adalah pria. Selain memiliki potensi yang sangat besar dalam sisi ekonomi, Merokok juga memiliki potensi merusak yang besar, tidak hanya pada perokok sendiri tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Biaya yang ditanggung pemerintah untuk menyembuhkan orang yang terkena efek negatif dari rokok tidaklah sedikit, ditambah dengan kerugiankerugian yang tidak kasat mata, seperti berkurangnya kualitas kesehatan pada penduduk usia produktif yang memiliki pengaruh terhadap kualitas kerja. Selain aktif meningkatkan kesadaran para perokok dan masyarakat mengenai bahaya dari kebiasaan merokok, Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah juga dilakukan dalam bentuk peraturan yang membatasi perusahaan rokok untuk mempromosikan produk mereka dan juga beberapa peraturan yang membatasi para perokok untuk merokok. Dengan diberlakuan peraturan-peraturan ini. pihak pemerintah tentunya berharap dapat menekan jumlah perokok schingga dapat mengurangi dampak negatif yang diakibatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa efektif peraturan yang dibuat oleh pemerintah, terutama dalam hal ini Perda DKI Jakarta no 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara dalam mempengaruhi perilaku perokok di tempat umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah mempengaruhi perilaku perokok, terutama untuk mengidentifikasi apakah peraturan-peraturan terutama Perda no 2/2005 mengenai Larangan merokok di tempat umum berpengaruh pada konsumsi perokok_ Dan juga mengkaji persepsi konsumen tehadap penerapan Perda no 2/2005. Pemberlakuan Perda No2/2005, diawali oleh sosialisasi balk yang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta, Proses sosialisasi tersebut menghasilkan persepsi diantara konsumen mengenai Perda tersebut bahkan sebelum Perda tersebut diberlakukan. Beberapa persepsi kemudian berubah seiring dengan pemberlakuan Perda tersebut, dan ada bebeberapa persepsi konsumen tidak berubah. Diantara beberapa persepsi konsumen yang berubah setelah pemberlakuan Perda antara lain: 1. Perokok akan kesulitan menemukan tempat khusus untuk merokok, 2. Peraturan ini akan mengurangi jumlah perokok pasif 3. Peraturan ini akan membantu perokok untuk berhenti merokok. 4. Peraturan ini akan mengurangi jumlah perokok. Pemberlakuan Peraturan Perundang-undangan yang baru sudah selayaknya didahului oleh proses sosialisasi yang baik. Proses sosialisasi akan sangat ideal jika didahului oleh sebuah baseline Survey. sehingga bisa didapatkan indikator awal. Indikator awal ini akan sangat berguna bagi penentuan berhasil atau tidaknya proses sosialisasi yang dilakukan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sampel yang diambil relatif kecil dan tidak mewakili Jakarta secara keseluruhan, sehingga sebuah survey yang lebih besar dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif.
Cigarette is one of the biggest industries in Indonesia and thus having a significant influence to the Indonesian economy. Based on Survey conducted by Kesehatan Nasional (Sukeernas) which was held in 2001, around 69% of the adult male population in Indonesia is a smoker. The figure is quite fantastic, considering the total population of Indonesia is about 200 million and 50% of are male. Besides having a big potential from an economic point of view, smoking has some negative effects, not only to smokers but also to society as a whole. The expense paid by the government to heal the people who are affected by the negative factors of smoking is not small. In addition to that is an invisible detriment, such as the descending health quality among productive age people which has a negative consequence on their working quality. Besides actively trying to increase the awareness level to smokers and society about the dangers of smoking behavior, the government also initiates regulations which are intended to curtail the cigarette producers to promote their products and regulations to curtail the smokers to smoke in public areas. By adopting these rules, the government endeavors to reduce the number of smokers and also to reduce the negative effect of smoking. This research is intended to asses how effective the regulations are, especially the "Perda DKI Jakarta no 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara dalarn mempengaruhi perilaku perokok di tempat umum." Furthermore the research investigates the consumer's perception toward the bill. Prior to the implementation of the bill, the government had already conducted some socialization process. The results of this process are perception among consumers toward the bill. Some of these perceptions are changing with time, and some are not. Some perceptions which altered after the implementation of the bill are as follows: 1. Smokers will have a difficulty to find a special place to smoke. 2. The bill will reduce the number of passive smokers. 3. The bill will help smokers quit smoking 4. The bill will reduce the number of smokers. The survey is far from ideal, since the sample number is relatively small and conducted in a limited area of Jakarta. Therefore a big scale survey will give a more comprehensive findings.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azril Hasan
Abstrak :
Latar belakang: Pengetahuan tentang merokok dan sikap terhadap kebiasaan merokok akan menentukan apakah seorang pelajar SMP berperilaku merokok atau tidak. Pengetahuan yang tinggi dan sikap bail( akan menurunkan kekerapan perilaku merokok pada pelajar SMP. Tujuan: Menetapkan kekerapan merokok pada pelajar SMP di Surakarta serta mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku pelajar SMP yang berhubungan dengan merokok. Ra nc a n ga n : Cross-sectional Metodologi : Sampel penelitian adalah pelajar SMP se-Surakarta, menggunakan cara two stage cluster sampling oleh Center for Disease Control and Preventive (CDC) Atlanta. Alat ukur adalah kuesioner balcu dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS). Analisis statistik menggunakan regresi logistik, tingkat kepercayaan 95%, oc=0,05 Hasil: Kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasar jenis kelamin 30,2% pelajar laki-laki dan 3,1% perempuan. Usia pertamakali merokok z 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak merokok < 1 batang per hari (45,8%). Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang merokok dan perilaku merokok. Terdapat hubungan antara sikap merokok dan perilaku merokok. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan perilaku merokok pada pelajar SMP di Surakarta.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arif Musoddaq
Abstrak :
ABSTRAK
Merokok berbahaya bagi perokok aktif maupun perokok pasif (Aditama, 2001). Asap rokok mengandung nikotin yang dapat memicu aktivitas kelenjar tiroid pada manusia (Utiger, 1998). Wanita lebih rentan mengalami hipertiroid (Greenspan and Baxter, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status merokok dengan kejadian hipertiroid pada pasien wanita usia subur di Klinik Balai Litbang GAKI Magelang tahun 2013-2014. Penelitian dilakukan dengan disain kasus-kontrol. Penelitian melibatkan 51 responden pasien wanita usia subur penderita hipertiroid dan 102 responden pasien wanita usia subur dengan fungsi tiroid normal (eutiroid). Pengumpulan data dilakukan pada status merokok, umur, penggunaan kontrasepsi hormonal, melahirkan 1 tahun terakhir, tingkat stres, dan kebiasaan penggunaan garam beriodium rumah tangga responden. Data dianalisa menggunakan uji regresi logistik. Pasien wanita usia subur terpajan asap rokok baik perokok aktif atau pasif berisiko mengalami hipertiroid 2,05 kali dari risiko pasien wanita usia subur di Klinik Balai Litbang GAKI Magelang setelah dikontrol variabel kontrasepsi hormonal dan tingkat stres. Menggunakan kontrasepsi hormonal menurunkan risiko hipertiroid, sedangkan stres berat meningkatkan risiko hipertiroid. Wanita usia subur hendaknya menghindari pajanan asap rokok dan melakukan manajemen stres untuk mengurangi faktor risiko hipertiroid.
ABSTRACT
Smoking is harmful to the active smokers and passive smokers (Aditama, 2001). Tobacco smoke contains nicotine, chemical that are known can lead hyperthyroidism in human (Utiger, 1998). This study aimed to determine the relationship between smoking status on hyperthyroidism in patients of childbearing age women in the Clinic of IDD (Iodine Deficiency Disorders) Research Center, Magelang in 2013-2014. The study was conducted with a casecontrol design. The study involved 51 childbearing-age women patients with hyperthyroidism patients and 102 childbearing-age women patients with normal thyroid function (euthyroid). Data collection was conducted on smoking status, age, hormonal contraceptive use, giving birth in the past one year, the level of stress, and the habits of the use of iodized salt in the household. Data were analyzed using logistic regression. Chiilbearing-age women patients who were active/passive smokers at risk of hyperthyroidism 2.05 times the risk of childbearing-age women patients in the Clinic of Iodine Deficiency Disorders (IDD) Research Center, Magelang after controlled by hormonal contraceptives and stress levels variables. Use of hormonal contraceptives reduce the risk of hyperthyroidism, whereas severe stress increases the risk of hyperthyroidism. Childbearing-age women should avoid exposure to cigarette smoke and do stress management to reduce risk factors for hyperthyroidism.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Untari
Abstrak :
Merokok merupakan faktor resiko penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kesakitan pada individu maupun orang lain yang terpapar asap rokok. Data WHO di Indonesia pada tahun 2015 menyatakan prevalensi perokok aktif disemua kalangan usia sebanyak 51,1%. Kemudian data GYTS pada tahun 2009 menyatakan perokok remaja sebesar 57,8% pada laki-laki dan 6,4% pada perempuan. 72,5% remaja menyatakan setuju bahwa asap  rokok berpengaruh buruk terhadap kesehatan, namun pertanyaan ini bertolak belakang dengan peningkatan trend usia merokok pada kalangan remaja usia 13-15 tahun sebesar 36,3% pada tahun 2007, 43,3% pada tahun 2010, dan 55,4% pada tahun 2013. Pada penelitian sebelumnya, perilaku merokok remaja juga dihubungkan dengan faktor stress, bully, dan pemantauan orang tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan variabel independen yaitu gangguan mental, bully, dan pemantauan orang tua dengan variabel dependen yaitu perilaku merokok pada remaja di Indonesia dengan menggunakan desain studi cross sectional dan data sekunder dari survey global kesehatan pelajar berbasis sekolah pada tahun 2015 yang di teliti oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia (Litbangkes RI). Sampel penelitian yang digunakan adalah total sampling yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan ekklusi, yang kemudian data akan dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara gangguan mental dan bully dengan perilaku merokok pada remaja, serta tidak adanya hubungan pemantauan orang tua dengan perilaku merokok pada remaja.
Smoking is a risk factor for non-communicable diseases that can cause pain in individuals and other people who are exposed to cigarette smoke. WHO data in Indonesia in 2015 stated that the prevalence of active smokers in all ages was 51.1%. Then the GYTS data in 2009 stated that adolescent smokers were 57.8% in men and 6.4% in women. 72.5% of adolescents agree that cigarette smoke adversely affects health, but this question contrasts with an increase in the trend of smoking age among adolescents aged 13-15 years by 36.3% in 2007, 43.3% in 2010, and 55.4% in 2013. In previous studies, adolescent smoking behavior was also associated with stress factors, bullying, and parental monitoring. The purpose of this study was to analyze the relationship of independent variables namely mental disorders, bullying, and monitoring of parents with dependent variables namely smoking behavior in adolescents in Indonesia by using a cross sectional study design and secondary data from the 2015 global survey of school-based student health examined by the Health Research and Development Agency of the Republic of Indonesia (Litbangkes RI). The research sample used was total sampling which had fulfilled the inclusion and exclusion criteria, which then the data would be analyzed by univariate, bivariate, and multivariate. The conclusion of this study is the relationship between mental disorders and bullying with smoking behavior in adolescents, as well as the absence of a relationship between monitoring parents and smoking behavior in adolescents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Bayu Lesmana
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis pengaruh pengenaan cukai rokok elektrik terhadap konsumsi rokok konvensional di Indonesia. Dengan menggunakan data makro agregat konsumsi rokok tahun 2015-2020 yang diestimasi menggunakan OLS, 2SLS, GMM dan System-GMM, terbukti cukai rokok elektrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rokok konvensional menggunakan model statis, adiksi miopik, dan adiksi rasional. Rokok elektrik dan rokok konvensional memiliki hubungan substitusi dan perokok di Indonesia rasional dalam mengkonsumsi rokok saat ini. Untuk itu Pemerintah harus membuat desain kebijakan cukai yang lebih efektif dan seimbang serta lebih fokus pada future effect dalam upaya pengendalian konsumsi produk tembakau. ......This study analyzes the effect of e-cigarette excise on conventional cigarette consumption in Indonesia. Using aggregate macro data on cigarette consumption period 2015-2020 estimated using OLS, 2SLS, GMM, and System-GMM, the study found that e-cigarette excise had a positive and significant effect on conventional cigarette consumption using static, myopic, and rational addiction models. E-cigarettes and conventional cigarettes have substitution relationships and smokers in Indonesia are rational in consuming cigarettes today. For this reason, Government must design excise policies that are more effective and balanced and focus on the future effect in efforts to control the consumption of tobacco products
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Z. Mewar
Abstrak :
ABSTRAK Perilaku sehat seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya ialah gaya hidup yang dijalankan oleh orang tersebut. Kebiasaan merokok, yang biasanya dimulai pada masa remaja, merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang diketahui memberikan dampak negatif yang cukup berbahaya, terutama terhadap kesehatan tubuh. Karena alasan itulah, maka diperlukan tindakan pencegahan sedini mungkin terhadap kebiasaan ini. Salah satu tindakan preventifnya ialah dengan tidak memulai kebiasaan ini sama sekali, misalnya dengan menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok. Namun kemampuan setiap orang untuk melakukan hal ini bisa berbeda-beda. Salah satu hal yang dapat menimbulkan perbedaan ini ialah persepsi seseorang akan kemampuannya dalam menahan diri dari keinginan tersebut. Keyakinan seseorang akan kemampuannya melakukan suatu hal disebut sebagai self-efficacy. Mengingat perilaku ini biasanya dimulai pada masa remaja, maka perlu diketahui apakah remaja perokok dan bukan perokok mempersepsikan dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan preventif tersebut. Oleh sebab itulah penelitian ini dilakukan yang bertujuan melihat apakah terdapat perbedaan keyakinan dalam kemampuan menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok antara remaja perokok dan remaja yang bukan perokok. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 skala summated rating yang mengukur self-efficacy secara umum dan self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidenlal sampling. Partisipan yang diikutsertakan sebanyak 62 orang dengan rentang usia 16-19 tahun, yang semuanya adalah siswa SMU di Jakarta, terdiri dari remaja perokok dan bukan perokok. Seluruh data yang diperoleh diuji reliabilitasnya yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesa berupa uji t-test dan korelasi antara kedua skala. Hasil penelitian menunjukkan adanya tingkat self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok yang lebih tinggi pada kelompok bukan perokok dibandingkan kelompok perokok. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam selfefficacy umum antara kedua keompok tersebut. Perhitungan korelasi antara skala yang mengukur self-efficacy umum dan skala yang mengukur self-efficacy dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kedua skala tersebut. Dapat disimpulkan lebih jauh remaja bukan perokok lebih yakin akan kemampuannya untuk menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok daripada remaja perokok. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peran self-effcacy dalam tampil tidaknya suatu perilaku, yang dalam hal ini adalah perilaku merokok atau tidak merokok. Usaha dan perhatian yang lebih serius diperlukan untuk dapat mencegah bertambahnya jumlah perokok. Terutama bagi pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan remaja, disarankan untuk membantu remaja untuk meningkatkan self-efficacy-nya dalam menahan diri dari keinginan untuk mencoba merokok. Hasil penelitian ini hanya berlaku bagi sampel penelitian ini, sehingga untuk menggeneralisasi hasilnya diperlukan sampel yang tepat dengan jumlah yang lebih besar, serta metode sampling yang memungkinkan setiap individu dalam populasi berkesempatan untuk menjadi partisipan penelitian. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan instrumen, dengan memperbaiki perumusan item-item pernyataan dalam skala, agar kelak diperoleh hasil yang lebih tajam dan akurat.
2002
S3107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>