Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nono Hartono
Abstrak :
Pelaksanaan program penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi, dari pemerintah kepada P3A, pada awalnya didorong keinginan pemerintah untuk melaksanakan Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI). Kebijakan tersebut dituangkan dalam Intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1999 dan PP No 77 Tahun 2001 Tentang Irigasi. Keberhasilan pelaksanaannya sangat tergantung kepada kesiapan P3A untuk mampu dan siap menerima penyerahan kewenangan pengelolaan jaringan irigasi. Tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kesiapan pemerintah untuk menyerahkan kewenangan pengelolaan irigasi kepada organisasi P3A. Pelaksanaan kebijakan ini telah mempengaruhi perubahan sosial masyarakat dalam pengelolaan irigasi. Proses pelaksaaan program PPI telah melalui berbagai tahapan kegiatan, namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan, karena dalam pelaksanaannya masih berorientasi kepada target ketimbang proses pelaksanaan. Hal ini memperlihatkan belum adanya perubahan paradigma pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek dan subyek pembangunan. Berbagai tahapan kegiatan telah dilakukan di tingkat lokasi diawali kegiatan Profil Sosio Ekonomi Teknik dan Kelembagaan (PSETK), kegiatan ini didasarkan bahwa, pembangunan yang dalam setiap kawasan ekologi, membutuhkan solusi khusus berdasarkan data kultural dan data ekologi setempat. Karena itu, pembangunan berwawasan ekologi dilaksanakan berdasarkan kriteria pembangunan yang dihubungkan dengan setiap kasus tertentu, dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Untuk memperkuat organisasi P3A, telah ditugaskan Tenaga Pendamping Petani (TPP) yang direkruit dari kalangan LSM dan perguruan tinggi. Walaupun bentuk organisasi instansi pemerintah telah mengalami perubahan, baik struktur, tanggung jawab maupun kewenangannya, tetapi belum diimbangi dengan adanya perubahan paradigrna, hal ini ditujukan dengan lemahnya komitmen dalam upaya mendorong penguatan posisi dan peran masyarakat dalam pengelolaan jaringan irigasi. Adanya program PPI menimbulkan rasa ketakutan dari petugas, karena merasa akan kehilangan perannya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Kondisi tersebut menimbulkan langkah-langkah kontradiktif dengan upaya penguatan organisasi P3A, padahal komitmen aparat pemerintah sangat berpengaruh terhadap motivasi pengurus P3A dan angggotanya dalam mengembangkan organisasinya. Sedangkan proses perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dapat dilihat dari fungsi adaptasi sosial masyarakat dalam bentuk organisasi P3A dan kepengurusan yang mampu untuk mengorganisir sumberdaya yang ada dalam daerah itu, seperti pembiayaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Fungsi integrasi, mengatur pola hubungan antara unit organisasi P3A, gabungan P3A, sehingga dapat membangun solidaritas untuk mencapai tujuan bersama. Pemeliharaan pola yang tersembunyi, dalam bentuk pemeliharaan sistem, yaitu melakukan sosialisasi tentang pengurus dan aturan main organisasi (AD/ART) untuk mendorong pengurus dan anggota P3A mau melaksanakan fungsi dan tugasnya. Atas dasar perubahan yang terjadi, secara prinsip Organisasi P3A siap menerima penyerahan pengelolaan jaringan irigasi dari pemerintah, kesiapan tersebut ditunjukan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh petani seperti; perubahan struktur organisasi P3A yang sesuai dengan tuntutan perubahan dan kebutuhan pelayanan kepada anggotanya. Bentuk struktur organisasi P3A di daerah irigasi Cihea terdiri dari; unit P3A, Gabungan P3A dan Induk P3A, sedangkan di daerah irigasi Susukan Gede hanya unit P3A dan gabungan P3A. Kesiapan lain yaitu, organisasi P3A legalitas formal telah diakui, karena di kedua daerai irigasi organisasi P3Anya telah mempunyai AD/ART P3A yang telah disahkan oleh Bupati. Perbedaan bentuk struktur tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik jaringan irigasi. Kemampuan teknis operasi dan perneliharaan jaringan irigasi oleh P3A, telah mampu dilakukan terutama untuk kegiatan pembabatan rumput, pengangkatan sedimentasi dan penutupan saluran bor. Sedangkan untuk pengaturan air baik di Cihea maupun di Susukan Gede telah mempunyai jadwal pergiliran air sesuai hasil musyawarah. Tetapi untuk pengooperasian pintu bendung di kedua lokasi ini sementara ini masih tetap dilakukan oleh petugas pemerintah, karena apabila salah operasi akan sangat beresiko. Sedangkan sumber pembiayaan untuk pengelolaan irigasi berasal dari iuran anggota, sebesar 50 kg/ha/ musim. Tetapi hasilnya belum mampu untuk membiayai pelaksanaan operasi dan pengelolaan jaringan irigasi. Untuk itu, sumber pembiayaan dari pemerintah menjadi sangat penting untuk tetap menjaga keberlanjutan fungsi jaringan irigasi. Untuk memperkuat pelaksanaan implementasi PPI, dalam pelaksanaannya dibentuk kelompok kerja irigasi. Unsur keanggotaanya masih didominasi oleh aparat birokrasi pemerintah yang mewakili berbagai dinas instansi pada tingkat kabupaten dan kecamatan. Sementara unsur diluar pemerintah hanya diwakili oleh beberapa orang pengurus P3A dari kedua daerah irigasi. Keberadaannya didasarkan bahwa, pengelolaan irigasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga perlu melibatkan stakeholders lain yang punya kepedulian terhadap nasib petani, karena irigasi tidak hanya dilihat dari perspektif telmis saja, melainkan juga perlu dilihat dari perspektif sosial.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kani Muthmainnah
Abstrak :
Dalam sejarah kolonial di Hindia Belanda terdapat narasi yang berhubungan dengan non-place, terutama dalam bukti sejarah stasiun kereta api pada periode akhir kolonial. Namun, gambaran keadaan stasiun kereta api pada priode Hindia Belanda berbeda dengan gambaran stasiun sebagai non-place. Perbedaan ini pada dasarnya dipengaruhi karena adanya sistem kolonial. Pembahasan non-place dalam konteks kolonialisme dapat menjadi celah kritik yang dapat memunculkan pernyataan baru terhadap konsep non-place. Stasiun Kereta Api Cianjur dipilih sebagai objek penelitian karena berdasarkan alasan historis juga geografis wilayahnya. Pada periode kolonial, kereta api dan stasiun membawa Cianjur pada kejayaannya di masa lalu sebagai salah satu wilayah yang menghasilkan komiditi perkebunan terkenal. Berdasarkan pertimbangan topik penelitian yang dipilih, saya menggunakan metode penelitian sejarah untuk menangkap apa yang telah terjadi pada masyarakat, kejadian, dan makna dari stasiun kereta api Cianjur yang muncul pada masa kolonial yang berpengaruh terhadap keadaanya sekarang. Dengan mencari indikasi-indikasi yang menujukkan perbedaan atau kontradiksi dengan konsep non-place melalui penelusuran narasi dan bukti sejarah stasiun serta analisis arsitektur dari stasiun kereta api pada periode kolonial diharapkan dapat menjawab alasan perbedaan gambaran non-place dalam konteks kolonial.
In the colonial history of the Dutch Indies, there were non-place related narratives, especially in the historical evidence of the railway station in the late colonial period. However, the depiction of the state of the train station in the Dutch East Indies period is different from the depiction of the station as non-place. This difference is basically influenced by the existence of colonialism. Non-place in the context of colonialism can be a gap of criticism that can bring new statements to the concept of non-place. Cianjur Railway Station was chosen as the object of this research because it was based on historical and geographical reasons for its territory. In the colonial period, trains and railway stations brought Cianjur to its glory in the past as one of the areas that produced famous plantation commodities. Based on the research topic, I used the historical method to capture what had happened to the community, the events, and the meaning of the Cianjur railway station that happened in the colonial period which had an effect on the present situation. By looking for the indications that show the differences or contradictions with non-place concept through tracing the narratives and evidence of railway history and also base on the analysis of the architecture of the railway station in the colonial period are expected to answer the reasons for the differences in non-place depiction in the colonialism context.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Cahyawan
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang layanan keuangan mikro yang dijalankan dengan pendekatan institutionalist dan dampaknya bagi pemberdayaan anggota. Lembaga Keuangan Mikro yang dipilih adalah Koperasi Mitra Dhuafa (Komida). Lokasi penelitian adalah cabang Cikalongkulon sebagai representasi terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara, observasi, serta studi literatur dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan yang dilakukan berupa proses atau tahapan kegiatan. Layanan yang diimplementasikan mulai mengarah pada bentuk layanan terintegrasi dengan pendekatan direktif. Kekuatan utama terletak pada kombinasi dari praktik layanan intermediasi finansial dan sosial. Dampak dari layanan yang dihasilkan adalah anggota tampak lebih berdaya dari aspek pengetahuan, ekonomi, visi masa depan, relasi antara anggota dan lembaga, serta keterlibatan dalam kegiatan Komida dan keluarga. Masalah yang terjadi utamanya adalah masalah ketergantungan, munculnya anggota bermasalah, relasi yang terjalin, serta belum optimalnya layanan edukasi kesehatan. Rekomendasi dari penelitian ini, staf dapat meningkatkan kontrol terkait kegiatan penilaian dan pengawasan sebagai bentuk manajemen risiko. Manajer dan asisten manajer cabang juga perlu melakukan kontrol terhadap kinerja staf di lapangan. Praktik keuangan mikro juga perlu didukung dengan layanan pengembangan usaha supaya anggota tidak mengalami ketergantungan terhadap layanan pinjaman. Terkait layanan edukasi kesehatan, penting bagi Komida untuk melakukan perbaikan sistem pelatihan, membangun motivasi dari kader, dan melakukan upaya agar masyarakat dapat menerima sosialisasi dan penyuluhan yang diberikan. Terakhir, penelitian ini menyarankan Komida untuk membuat pelatihan literasi finansial supaya anggota mampu secara bijak mengatur dan mengelola keuangan. ......This thesis discusses about microfinance services which carried out with an institutionalist approach and how it impacted on members empowerment. Mitra Dhuafa Cooperative (KOMIDA) is a microfinance institution that is selected by researcher. Furthermore, the cikalongkulon branch was chosen as the research location because it is the best representation of komida`s microfinance practices. This study was conducted using qualitative research methods which generate descriptive data. The methods of data collection were carried out through interviews, observation, literature and documentation studies. The result of this study indicates that the services carried out in the form of processes or stages of activites. The services implemented by the cikalongkulon branch began to become integrated services with directive approach. The main strength of the institution still lies in the combination of intermediation practices between financial and social services. Furthermore, the services provided by this institution have the impacts on their members. They become more empowered from the aspect of knowledge, economy, vision of the future, create positive relations between staff and members, and they are able to actively participate in activities and families. The problem that occurs are dependency, the emergence of troubled members, relations between members and certain staff, also the health education service is not yet optimal. Based on these findings, the research suggested that the staff need toimprove supervision and assessment as a form of risk management. Branch managers and assistant managers also need to control the performance of staff in the field. In addition, Microfinance practices also need to be supported with business development services, so the members are not dependence on loan services. Related to health education services, it is important for komida to improve the training system, build the motivation of members, and maximize efforts so as the community can receive the socialization and counseling provided. Lastly, this research suggested komida to make financial literacy training to improve the members ability to manage finances wisely.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsudin A. Karim
Abstrak :
Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur yang ke daerah penempatan di merupakan salah satu banyak mengirimkan transmigran luar Jawa. Tulisan ini bertujuan ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi banyaknya penduduk yang bertransmigrasi, selain itu ingin mengetahui pemilikan tanah sawah bagi petani pemilik setelah adanya penduduk yang bertransmigrasi. Sehubungan dengan tuju.an tersebut, masalah yang akan dibahas adalah : Wilayah mana saja di kecamatan Bojong picung yang banyak dan paling sedikit penduduk yang bertransmigrasi. Mengapa disana? Dan bagaimana pemilikan tanah sawah petani pemilik di daerah asal setelah adanya penduduk yang bertransmigrasi baik jumlah maupun luas pemilikaanya. Untuk mengetahui faktor penyebab banyaknya penduduk yang bertransmigrasi, digunakan beberapa variabel yang dianggap berpengaruh terhadap banyaknya penduduk yang bertransmigrasi, antara lain kepadatan penduduk, ratio beban tanggungan penduduk dan pemilikan tanah sawah. Dalam pembahasan, metode yang digunakan adalah analisa korelasi peta dan untuk memperkuat hasil korelasi peta tersebut digunakan analisa statistik, yaltu rumus koefisien kontingensi (KK).
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Febrina Siti Nurman
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai analisis implementasi pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dengan manfaat penelitian murni. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan menganalisis implementasi pemungutan Pajak Reklame dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan field research dan studi pustaka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan implementasi pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur yang dilakukan oleh instansi-instansi terkait pada kenyataannya masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku, dan terdapat faktor-faktor penghambat yang menjadi kendala dalam implementasi pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur. ......This thesis discusses the analysis of the implementation of advertising tax collection in Cianjur Regency. This study used a qualitative approach with descriptive research with the benefits of pure research. The purpose of this study is to understand and analyze the implementation of advertising tax collection and inhibiting factors in the implementation of advertising tax collection in Cianjur Regency. Data collection techniques performed by field research and study literature. The study concluded that the implementation of the implementation of the Advertising Tax collection in Cianjur Regency conducted by relevant agencies in fact still not in accordance with the applicable rules, and there are inhibiting factors that become an obstacle to implementation of advertising tax collection in Cianjur Regency.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perdana Nusawan
Abstrak :
ABSTRAK
Proses kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala, membuat sifat keterbatasan yang dimiliki data arkeologi menjadi bertambah besar, baik secara kualitas maupun kuantitas. Keterbatasan ini tentu berakibat pada usaha arkeologi untuk memahami kebudayaan dan masyarakat masa lalu menjadi semakin terbatas pula sehingga menyebabkan para peneliti harus sekaligus mengupayakan pelestarian terhadap data yang ditelitinya. Oleh sebab itu perlu diupayakan untuk mengurangi ancaman terhadap data arkeologi agar keterbatasan tersebut tidak semakin besar. Hal ini juga untuk menjaga kesinambungan penelitian arkeologi selanjutnya. Kerusakan dan pelapukan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, yang selanjutnya dikategorikan menjadi faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi keberadaan suatu peninggalan purbakakala, khususnya yang berada di tempat terbuka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Punden berundak Gunung Padang merupakan salah satu peninggalan purbakala yang terletak di tempat terbuka. Kondisi ini juga dipengaruhi lingkungan sekitarnya, tempat punden berundak itu berada. Studi ini dimaksudkan untuk memahami permasalahan yang timbul dalam usaha pelestarian peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala tersebut yang dalam studi ini adalah punden berundak Gunung Padang. oleh sebab itu studi ini bertujuan untuk:

(1) mengetahui jenis-jenis kerusakan dan pelapukan, besar, dan kecenderungannya,

(2) mengetahui beberapa faktor penyebab kerusakan dan pelapukan, terutama faktor lingkungan alam, dan

(3) menunjukkan kemungkinan hubungan antara beberapa jenis kerusakan dengan faktor penyebabnya.

Selanjutnya dalam studi ini dilakukan tahap-tahap penelitian yang terdiri dari (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data, serta (3) penyajian dan penjelasan analisis data. Namun sebelumnya telah ditentukan sejumlah variabel datanya yang berdasarkan permasalah dan tujuan penelitian. Selanjutnya pemahaman data kerusakan dan pelapukan dilakukan dengan cara kuantifikasi data-data kualitatif, sehingga dapat meng_gambarkan besar kerusakan/pelapukan yang terjadi serta memungkinkan untuk menarik kesimpulan yang ada.Akhirnya, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik tiga poin kesimpulan, sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, dan selanjutkan memberi beberapa saran guna kepentingan pelestarian peninggalan-peninggalan masa lalu, khususnya punden berundak Gunung Padang, yang menjadi data utama studi ini.
1996
S11605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Jimmy N.
Abstrak :
Ternyata peninggalan megalitik yang ada di bukit Kasur berada pada bagian puncak bukit, yaitu sebuah bangunan berundak lima teras yang pada teras teratasnya terdapat peninggalan-peninggalan lainberupa batu datr yang oleh masyarakat setempat disebut batu kasur, kursi batu, susunan batu pondasi segi empat, batu bergores, batu segi enam, batu kodok dan batu-batu monolit besar. Peninggalan-peninggalan yang terpusat pada teras teratas bangunan berundak ini, memperlihatkan bahwa aktivitas ritus cendrung dilakukan pada tempat tertinggi. Pendapat ini didasarkan kepercayaan masyarakat pendukung tradisi megalitik yang beranggapan bahwa tempat tertinggi merupakan tempat yang paling suci, yaitu tempat bersemayam roh-roh nenek moyang...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S11787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnes Tasya Citra Anggini
Abstrak :
Soil transmitted helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di pedesaan. Untuk mencegah infeksi, masyarakat perlu diberikan pengetahuan mengenai STH. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan mengenai siklus hidup STH pada murid tsanawiyah di Kecamatan Pacet, Cianjur. Penelitian menggunakan desain pre-post study dengan intervensi penyuluhan kesehatan. Data diambil 10 September 2011 di Madrasah (MTs) Tsanawiyah X (total populasi), Pacet, Cianjur menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai siklus hidup STH. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon. Hasil riset menunjukkan dari 133 responden sebagian besar adalah lakilaki (54,1%), kelas 2 (41,4%), riwayat belum pernah terinfeksi (56,4%), dan riwayat orang sekitar yang pernah terinfeksi (78.9%). Sebelum penyuluhan, nilai median tingkat pengetahuan adalah 40 (0-80). Uji statistik menunjukkan delta score tidak berbeda bermakna (p>0.05) terhadap karakteristik responden. Sesudah penyuluhan, nilai median tingkat pengetahuan adalah 60 (0-100). Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan murid mengenai morfologi dan daur hidup STH sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,001). Disimpulkan tingkat pengetahuan murid mengenai morfologi dan daur hidup STH tidak berhubungan dengan karakteristik responden tetapi dipengaruhi oleh penyuluhan.
Soil Transmitted Helmithes (STH) is a serious health problem in Indonesia especially in rural area. To prevent the infection, people should be given the knowledge about STH. This research was conducted to know the effectiveness of health education in increasing the knowledge level of STH life cycle among Madrasah Tsanawiyah (MTs) students in Pacet, Cianjur. The research design used pre-post study with the intervention of health education. The data was taken on 10 September 2011 in Madrasah Tsanawiyah X (total population), Pacet, Cianjur using questionnaire which consist of questions about STH life cycle. The data was analyzed by Wilcoxon test. The result shows from 133 students most of them were male (51.4%), second grader (41.4%), has never been infected before (56.4%), and most of them have surrounding people who have been infected (78.9%). Before health education, the median score was 40(0-80). From the statistic test, the delta score had no association with the respondent's demographic characteristic (p>0.05). After health education, the median score was 60(0-100). Wilcoxon test shows there was a significant difference in the knowledge level of STH morphology and life cycle before and after health education (p<0.001). In summary, the knowledge level of STH morphology and life cycle did not have association with the respondent?s demographic characteristic but was influenced by health education.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiata Chandra Susatyo
Abstrak :
Perkembangan moda transportasi kereta api di Indonesia yang sedang berkembang pada saat itu juga harus diimbangi dengan perkembangan jalur kereta api untuk menjangkau seluruh tujuan. Stasiun Lampegan adalah salah satu stasiun kereta api pertama di Indonesia yang terletak di jalur KA manggarai-Padalarang, terletak di Desa Cibokor, kecamatan Cibeber, Cianjur. Stasiun kereta api ini dibangun oleh perusahaan kereta api SS Staats Spoorwegen pada periode 1879-1882 untuk melayani perjalanan kereta api jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung melalui Cianjur dan sebagai stasiun penjaga Terowongan Lampegan yang berada di dekatnya. Terowongan Lampegan adalah salah satu terowongan kereta api tertua di Indonesia. Terowongan ini membelah Gunung Kencana dan memiliki panjang 686 meter dan dibangun untuk mendukung jalur kereta api rute Bogor - Sukabumi - Bandung. Kini Stasiun ini hanya melayani Kereta api Siliwangi yang melayani jalur Sukabumi-Cianjur. Bangunan stasiun Lampegan merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang berasal dari masa kolonial. Pembangunan stasiun ini dilakukan untuk mempermudah proses distribusi komoditi dan moda transportasi para buruh. ......The development of railway transportation mode in Indonesia that is being developed at that time must also be balanced with the development of the railway line to reach all destinations. Lampegan station is one of the first railway station in Indonesia, located on the railway line manggarai Padalarang, located in the village of Cibokor, Cibeber subdistrict, Cianjur. The train station was built by the railway company SS Staats Spoorwegen within the period of 1879 to 1882 to serve the train route from Jakarta Bogor Sukabumi Bandung through Cianjur and serves as Lampegan tunnel guard station. Lampegan tunnel is one of the oldest railway tunnel in Indonesia. This tunnel splits Kencana Mountain and has a length of 686 meters and was built to support the railway line Bogor Sukabumi Bandung. The station now serves only Siliwangi trains serving routes Sukabumi, Cianjur. Lampegan station building is one of the heritage buildings from the colonial period. Construction of the station is done to ease the process of distribution of commodities and modes of transport.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatiek Kartikasari
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
384.550 926 TAT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>