Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
J. Loekito Kartono
"BAB I PENDAHULUAN
Religi dan upacara religi merupakan salah satu sistem keyakinan yang hidup dalam masyarakat manusia sejak masih dalam bentuk yang sederhana dan primitip. Sistem ini timbul karena manusia yakin adanya kekuatan supranatural, mahluk harus (roh) dan akan adanya kelangsungan hidup jiwa manusia sesudah tubuh jasmaninya meninggal ( Koentjaraningrat, 1987 _ 57-65 ).
Dalam upacara religi biasanya dibutuhkan bermacam-macam sarana dan peralatan, seperti : tempat/gedung pemujaan (arsitektur), patung, alat bunyi-bunyian serta pakaian yang harus dikenakan karena dianggap suci.
Arsitektur yang berfungsi sebagai prasarana upacara religi, pada hakekatnya mengungkapkan ruang yang akan digunakan untuk menampung kegiatan manusia, baik secara fisik maupun psikis, dengan maksud agar manusia dapat berbahagia,serta mempunyai perwujudan nyata sebagai sebuah bangunan (Romondt, 1954 3 ). Dari segi kepercayaan dan agama ada 2 jenis konsep ruang. Pertama ialah ruang yang sudah "dikonsekrasikan" ( disucikan ) dan disebut sebagai ruang kudus (sacred), yakni ruang yang mereka diami dan dikenal sebagai dunia yang sudah teratur. Sedangkan ruang yang lain adalah ruang tidak kudus ( profan ), yakni ruang yang dianggap tidak mempunyai keteraturan, tidak berbentuk dan khaos. Maka yang menjadi pembeda utamanya adalah masalah kekudusan dari suatu ruang ( Eliade,1959 : 20-24 ).
Menurut Vitruvius, suatu karya arsitektur harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :
Commoditas ( komoditi ), Firmitas ( kekokohan ) serta Venusitas ( keindahan ). Jadi dalam mendisain bangunan sebagai kelengkapan upacara keagamaan, masyarakat tidak dapat mengabaikan aspek keindahan ( estetika ), disamping aspek-aspek yang lain.
Berbicara mengenai disain ( mulai dari proses imajinasi, implementasi dan pengkajian ulang ) ( Zeisel, 1984: E ) manusia akan selalu terlibat sesuai dengan peranan serta pengetahuan masing-masing individu, sebab design is everybody's bussiness (Grillo,1960:9,26).
Adapun hasil dari disain tiap individu ( designer ) akan selalu berbeda-beda. Karena sangat dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan budaya yang telah dimiliki maupun aspirasi yang hidup dalam pribadi masing-masing.
Dalam masyarakat tradisional, pembuatan bangunan/ disain dilakukan secara berkelompok (jarang sendiri), dengan bantuan seorang perancang (seorang yang dianggap tua dan memiliki pengetahuan tertentu) atau secara kolektip serta didahului dengan berbagai upacara-upacara ritual ( Rykwert,1981 : 14-22 ).
Ada beberapa fungsi bangunan menurut arsitek-arsitek Hiller, Musgrove dan O'Sullivan ( 1972 ) antara lain 1. Sebuah bangunan adalah suatu perubah iklim dan " saringan " lingkungan yang komplek.
Manusia pada hakekatnya akan selalu berusaha untuk beradaptasi terhadap lingkungannya, baik secara tingkah laku, fisiologis maupun secara genetis dengan bertahap ( Moran,1979: 65-103 ). Salah satu bentuk perwujudan adaptasi tingkah laku manusia dalam menghadapi pengaruh lingkungan alam seperti hujan, matahari, suhu, salju, topografi, keadaan tanah serta pengaruh flora dan fauna, ialah membuat suatu lingkungan khusus di sekitar dirinya yaitu sebuah bangunan. Atap, dinding dan lantai bangunan diharapkan mengurangi pengaruh suhu serta melindungi dari hujan, salju dan angin. Jendela (pembukaan) untuk memasukkan cahaya agar menerangi bagian dalam dan memberikan kesegaran untuk bernafas. Jadi lingkungan buatan manusia ini merupakan suatu bentuk perwujudan adaptasi untuk mengurangi stress climatic agar tercipta lingkungan " micro climate " yang sesuai dengan tuntutan tubuh untuk memudahkan proses homeostasis?."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T3420
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Priyo Sigit Sasongko
"Gereja kuno yang ada di Indonesia memiliki arsitektur yang beraneka ragam, yang masing-masing arsitektur tersebut mencerminkan kemajuan teknologi. Beberapa bangunan Gereja Kuno yang ada di DKI Jakarta tidak terlepas kaitan Arsitektur dengan kemajuan teknologi, walaupun setiap gereja mempunyai ciri yang tersendiri disebabkan faktor si pembuat keterbatasan teknologi, persediaan material, dan dana, seperti Gereja Kathetdral mempunyai ciri Gothik, Gereja Paulus mempunyai ciri Romanik, Gereja Advent di tanah tinggi mempunyai ciri Romanik, Gereja Sion mempunyai ciri Romanik, Gereja Immanuel mempunyai ciri Renaissance, Rereja Cikini mempunyai ciri Gothik, Gereja Ayam mempunyai ciri Romanik dan Gereja Tugu mempunyai ciri renaisssance. Namun tidak semua gereja kuno yang ada di Jakarta diteliti oleh penulis. Gereja yang hendak penulis bahas dalam skripsi ini adalah De Portugeesche Buiten Kerk atau sekarang lebih dikenal dengan gereja kuno Sion dan De Portugeesche Kerk atau sekarag lebih dikenal dengan gereja kuno tugu. Tujuan penelitjan adalah untuk mencari perbedaan dan persamaan bentuk, bahan, hiasan dan gaya pada gereja kuno sion dan tugu, Berta mencari faktor penyebab terjadinya perbedaan dan persamaan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhi Satya Himawan
"Gereja Katolik sebagai tempat ibadah pada umumnya memiliki ritual ibadah (liturgi) yang sama. Liturgi merupakan pokok kehidupan gereja. Misi penyebaran agama(Gospel) dan pengajaran menimbulkan kontak budaya(akulturasi) dan studi terhadap masalah-masalah sosial dan kebudayaan. Terdapat suatu pernyataan agar ?asumsi budaya Iokal? sebaiknya diekspresikan dan diwujudkan kedalam transaksi liturgi jika pembauran ini dapat mengarah kepada penerimaan dan kepercayaan. Misi untuk mempelajari budaya setempat untuk kemudian memasukkannya dalam ritual ibadah ini kemudian dikenal dengan sebutan inculturation.
Dapatkah konsep inkulturasi diterapkan dalam bentuk-bentuk arsitektural? Konsep inkulturasi adalah bagian dari ibadah dan keimcman Kristiani yang mendasar, namun konsep ini berusaha memasukkan budaya setempat sebagai bagian dari ibadah ritual. Dalam kerangka berpikir seperti ini tentunya akan didapati berbagai masalah bahkan mungkiri kontradiksi antara kedua kebudayaan (pendatang dan setempat), meninjau bahwa ada kebudayaan yang sudah memiliki suatu tatanan spiritual, yang tatanan spiritual ini juga mereka terapkan dalam arsitektur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S47887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Maisyarah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Sujana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reizsa Yoga Setyawan
"Gereja Katholik Kelahiran Santa Perawan Maria merupakan gereja tertua di Surabaya dan dibangun pada tahun 1899. Studi kasus dalam penelitian ini mengambil obyek Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan gaya gotik melalui perwujudan unsur-unsur visual pada gereja Katolik tertua di Surabaya tersebut. Artistik dan gaya gotik dari bangunan ini menjadi perpaduan arsitektur yang menarik dan unik. Bentuk jendela, pintu, dan atap melengkung adalah bagian dari corak gotik yang merupakan pengaruh dari masa kolonial Belanda. Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria juga menjadi bagian dari struktur gereja Katholik Roma yang memiliki banyak nilai-nilai sejarah.

The Santa Perawan Maria Catholic church is the oldest church in Surabaya and built in year 1899. This research takes the Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria Church as its study case. The research method used is the descriptive method. The aim of this research is to observe how gothic style is applied through the use of visual elements in this oldest catholic church in Surabaya An artistic and gothic style of this building form becomes of interesting and unique architecture. The form of the windows, doors and curved roof make up its entire Gothic form due to the influence of the Dutch colonial era. The Santa Perawan Maria Catholic Church is also part the Roman Catholic structure which has a huge amount of historical value."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Narendra Pandya Satwika
"Willemskerk atau gereja Immanuel Jakarta adalah salah satu dari gereja-gereja peninggalan masa kolonial. Bangunan gereja ini memiliki bentuk yang unik. Willemskerk dibangun menurut rancangan Johan Hendrik Horst dan pembangunannya dimulai tahun 1835. Willemskerk dapat dibangun dengan usaha dan prakarsa Raja Willem I yang menginginkan persatuan dari jemaat Protestan di Hindia Belanda. Unsur bangunan yang sangat mencolok dari bangunan ini adalah penggunaan pilar-pilar yang megah serta atap yang berbentuk kubah. Kedua unsur ini adalah bentuk adaptasi dari gaya bangunan Parthenon, Pantheon serta teater Yunani klasik. Pada bangunan ini kita akan menemukan gaya neo-klasik. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan unsur neo-klasik pada bangunan Willemskerk.

Willemskerk or Immanuel Church Jakarta is one of churches from colonial time. The Building has an unique form. Willemskerk were built according to Johan Hendrik Horst’s design and started to be build in 1835. Willemskerk were able to be established by the struggle and initiative of King Willem I for the unification of Protestant congregation in Dutch Indies. The outstanding parts of the building is the usage of majestic pillars and dome. Both are an adaptation of Parthenon, Pantheon and also Greek Classic Theater. We will find neo-classic style on this building. The aim of the research is to explain neo-classic elements of the building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ari Respati
"Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel, Jakarta Pusat adalah salah satu gereja bersejarah dari awal abad ke-20 di Batavia yang memiliki kekayaan ornamen atau ragam hias yang khas dan bervariasi. Ragam hias tersebut membentuk pola atau motif yang diaplikasikan pada berbagai elemen arsitektur gereja, seperti dinding, langitlangit, pilar, altar, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolik dari ragam hias yang terdapat di Gereja GPIB Immanuel, Jakarta Pusat, baik berdasarkan bentuk dan konteks dari ragam hias tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis melalui tahap formulasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Melalui analisis bentuk dan kontekstual diketahui bahwa ragam hias yang terdapat pada Gereja Immanuel terdiri dari ragam hias geometris, floral, figuratif, dan lambang suci. Bentuk simbolis tesebut pun memiliki makna secara khusus berdasarkan ajaran Protestan yang didalamnya terdapat aliran Lutheran, Evangelis, dan Calvinisme serta pengaruh arsitektur kolonial yang berkembang di awal abad ke-19 di Batavia. Representasi kepercayaan, kesejarahan, maupun media dakwah tercermin lewat berbagai ragam hias. Adapun ragam hias yang tidak memiliki makna secara khusus menjadi bagian dari elemen estetika dari pengaruh arsitektur kolonial.

Protestant Church in Western Indonesia (GPIB) Immanuel, Central Jakarta is one of the historic churches from the early 20th century in Batavia which has a wealth of unique and varied ornaments or decorations. These decorations form patterns or motifs that are applied to various elements of church architecture, such as walls, ceilings, pillars, altars, and so on. This study aims to analyze the symbolic meaning of the decorations found in the GPIB Immanuel Church, Central Jakarta, both based on the shape and organizational structure in the room. This study used a descriptive analysis method through the stages of formulation, data collection, data processing, analysis, and interpretation. Through form and contextual analysis it is known that the decoration found in Immanuel Church consists of geometric, floral, figurative, and sacred symbols. These forms have special meaning based on the teachings of Protestant, Lutheran, Evangelical, and Calvinism as well as the influence of colonial architecture that developed in the early 19th century in Batavia. Representation of beliefs dan history is reflected through various decorations of the ornaments. As for decoration that has no special meaning, it becomes part of the aesthetic elements of the influence of colonial architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stepani Puji Nauli
"Semarang merupakan salah satu kota yang menjadi salah satu wilayah penjajahan Belanda. Peninggalan belanda terlihat dari bentuk bangunan yang mencirikan gaya bangunan di Eropa, yaitu gereja. Bangunan gereja Santo Yusuf merupakan hasil adaptasi kebudayaan asli Belanda dengan Indonesia. Penelitian ini membahas tentang penerapan seni bangunan gaya Neo Gotik pada bangunan gereja Santo Yusuf di Semarang. Tujuannya adalah untuk menjelaskan mengenai ciri gaya Neo Gotik yang terapkan pada bangunan gereja Santo Yusuf serta pemaparan fungsi bangunan gereja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar.

Semarang is one the city under Netherlands colonialism. One of the memory from colonialm shown in the building architecture which smiliaar to the European building which is Church. ST. Yusuf Church is adapted by Netherlands & Indonesia culture. This research is talking about Neo Gothicbuilding architecture application in ST. Yusuf church located in Semarang. The purpose is to explain about Neo Gothic building architecture which apply in ST. Yusuf church and an explanation of the functionally of church.The methodology which being used in this research is a qualitative methodology. The result from this research shows most of the church in Netherlands colonialism are applying European type of building architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>