Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djohan
Abstrak :
Accumulation and toxicity of chromium in leather-tannery effluent on grupies were investigated. An acute (96 hour) static toxicity testing using 5 serial dilution of the effluent was conducted....
Jakarta: Biota, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Dewi Ngaisyah
Abstrak :
Prevalensi diabetes di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun dan sejalan dengan peningkatan keadaan sosial ekonomi. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin bersama-sama dengan defisiensi insulin. Kromium berpotensi meningkatkan kerja insulin dalam memindahkan glukosa kedalam sel. Selain itu diketahui bahwa kromium meningkatkan keterikatan insulin, jumlah reseptor insulin dan sensitivitas insulin pada tingkat seluler. Penelitian mengenai konsumsi kromium masih sangat jarang dilakukan, khususnya penelitian mengenai riwayat konsumsi kromium sebelum diagnosis diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan kromium dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat gula darah pada anggota Persadia Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010. Data tingkat gula darah diperoleh dari hasil uji laboratorium. Asupan kromium, asupan protein, asupan vitamin C dan asupan serat diperoleh dari food frequency questionnaire (FFQ) yang diisi sendiri (self administrated). Pengukuran status gizi melalui pengukuran antropometri yaitu pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan elektronik/digital dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise serta dilakukan perhitungan IMT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan kromium anggota Persadia Samarinda masih berada di bawah standar RDA. Ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status diabetes yaitu perempuan memiliki risiko 2,7 kali lebih rendah daripada laki-laki untuk menderita diabetes. Pada kelompok perempuan juga ditemukan hubungan signifikan antara umur dan pendidikan dengan status diabetes, perempuan dengan umur muda (19-50 tahun) memiliki resiko 2,4 kali lebih rendah daripada perempuan dengan umur > 50 tahun untuk menderita diabetes. Perempuan dengan pendidikan ≤ 9 tahun memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk menderita diabetes dibanding perempuan dengan pendidikan > 9 tahun. Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan status diabetes adalah umur. Disarankan untuk mengembangkan materi edukasi mengenai diabetes, terutama bagi remaja karena diabetes merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya meningkat seiring pertambahan umur dan dengan demikian diperlukan upaya preventif sejak usia muda. Juga disarankan agar memasukkan materi kromium dan asupan protein dan vitamin C sebagai zat gizi yang dapat membantu pengikatan kromium sehingga reseptor insulin dapat aktif dan akhirnya insulin dapat bekerja lebih efektif pada tingkat sel dalam penyuluhan kepada anggota Persadia. ......Diabetic prevalence in Indonesia became higher by year to year and went along with increasing social economic condition. Diabetic type 2 was caused by insulin resistance together with insulin deficiency. Chromium was able to increase insulin in glucose movement activity into cell. Besides, it was known that chromium increased insulin binds, number of insulin receptor, and insulin sensitivity at cellular level. Studies concerning about chromium consumption was rarely done as yet, especially associated with historical chromium consumption before diabetic diagnose. This research aimed to know the correlation between chromium intake and the other factors concerning with glucose level of the Members of Persadia Samarinda. This research was cross sectional by using quantitave analysis. It was held at February till March 2010. The data of glucose level were derived from the laboratory examination result. Chromium, protein, vitamin C, and fiber intakes were gained from Food Frequency Questionnaire (FFQ) which already self-administrated. Nutrition assessment by using anthropometry which was body weight assessment with the use of digital or electric scale and height body with microtoise thus did IMT calculation. The result of the research showed that the average chromium intake of Persadia Members at Samarinda was under level of RDA standard. It was founded that the significant correlation between sex and diabetic status which was for the women had 2.7 point lower risk than men to be diabetic. For the women group was also founded the high correlation between age and education with the diabetic condition, young women (age 19-50 years) had 2.4 point lower risk than women >50 years age to be diabetic. Women at education level < 9 years had 2.5 point higher risk to be diabetic than women at education level > 9 years. Dominant factor associated with diabetic status was age. It was proposed to improve education material concerning about diabetic, especially for the teenagers because diabetic was degenerative disease where prevalence became higher as long age increasing; hence it needed preventive effort since young age. Additionally, it was proposed to add chromium material and protein intake as well vitamin C as a nutrient that able to help binding chromium so that insulin receptor became active and finally could work effectively at cell level in counseling activity to the Persadia Members.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28446
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sayid Adriansyah
Abstrak :
LAPAN saat ini tengah mengembangkan roket berbahan bakar padat dengan diameter 100 mm yang bernama RKX-JOOLPN. Desain nosel roket ini odalah material baja JIS S45C atou ST60 yang dilapisi grafit pejal. Grafit pejal ini diharapkan dapat digantikan oleh material tahan panas yang lebih tipis agar reduksi herat yang terjadi cukup signijikan untuk meningkatkan kinerja roket. Salah satu proses yang dapat menghasilkan material pelapis ini adalah proses thermal spray dengan metode HVOF menggunakan Cr;C:rNiCr yang memiliki sifat ketahm1an aus yang baik pada temperatur tinggi. Penelitian ini mempelajari pengaruh ketebalan terhadap karakteristik !apison Cr;Ct"NiCr hasil HVOF thermal sptay. Karakterisasi yang dilakuknn meliputi karakterisasi substral, karakterisasi serbuk Cr;C2 4 NiCr, serto karakterisasi Japisan yang dihasilkan. Dari hasil penelitian didapat bohwa semakin besar jumlah pass proses HVOF, maka dengan prosedur dan parameter proses yang terkontrol akan semakin lebat lapisan Cr;C2-N!Cr yang diperoleh. Hasil penelitian juga membukiikan bahwa proses pelapisan dengan 2 kali pass menghasillwn kekuatan lekat rata-rata tertinggi, yaitu 36,28 MPa dimana penambahan ketebalan dari titik ini memperbesar kemungkinan terjadinya perpatahan disebablron tegangan sisa. Mode perpatahan yang terjadi adalah perpatahan adhesi yang menandakan bahwa tegangan sisa yang dominan menyebabkan kcgogalan adalah tegangan sisa yang dihasilkan pada antar muka subsrat-lapisan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemi Kharisma
Abstrak :
Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh penambahan lelehan KNO3 pada proses pemanggangan bijih kromit Kalimantan dalam lingkungan lelehan KOH, serta pengaruh variasi suhu dan waktu pelindian terhadap hasil ekstraksi kromium. Pengujian XRD, XRF, dan AAS digunakan untuk melihat perubahan pada bijih kromit setelah mengalami pemanggangan dalam llingkungan KOH dan lingkungan KOH dengan tambahan KNO3, dan pelindian menggunakan H2SO4 berdasarkan parameter suhu dan waktu pelindian. Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa kandungan kromit pada sampel yang dipanggang dalam lingkungan KOH dengan tambahan KNO3 lebih banyak dibanding dalam lingkungan hanya KOH, sementara itu pada proses pelindian, hasil pelindian kromium meningkat dari pelindian pada suhu 30°C hingga 55°C, akan tetapi menurun pada suhu 80°C, dan ada peningkatan perolehan kadar kromium pada proses pelindian mulai dari 5 menit hingga 15 menit. ......The influence of KNO3 addition and leaching parameter to Chromium (III) Oxide Extraction from Borneo chromite ore in KOH environment was investigated. First, Borneo chromite ore was roasted in KOH environment and KOH with addition of KNO3, then leached with sulfuric acid, with variation of temperature and time. XRD, XRF, and AAS test was used to determine the effect of roasting and leaching to chromium extraction. The result is, the chromium rate of sample roasted with KOH and KNO3 is higher than roasted only with KOH, meanwhile there are some significant rises of chromium extraction when the sample leached at 30°C to 55°C, but decreased when leached at 80°C, and there are some rises of chromium extraction when leached from 5 minutes until 15 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S60190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eysa Kusumowardani
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan bisphenol A BPA dan logam Cr VI terhadap pembentukan DNA adduct, 8-OHdG. Pembentukan senyawa 8-OHdG dilakukan dengan mereaksikan dG dengan BPA, penambahan reagen fenton-like, serta vitamin C. Senyawa 8-OHdG yang terbentuk dianalisis menggunakan HPLC kromatografi fasa terbalik dengan detektor UV/Vis pada panjang gelombang 254 nm. Variasi pada penelitian ini meliputi variasi pH 7,4 dan 8,4, suhu 37°C dan 60°C, dan waktu inkubasi 7 jam dan 12 jam . Senyawa 8-OHdG dianggap terdeteksi apabila nilai konsentrasi hasil analisis lebih besar atau sama dengan nilai LOD, yaitu sebesar 5,19 ppb, dan konsentrasi senyawa 8-OHdG dapat terkuantifikasi apabila nilai konsentrasi hasil analisis lebih besar atau sama dengan nilai LOQ, yaitu sebesar 17,29 ppb. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan BPA maupun logam Cr VI dapat meningkatkan konsentrasi senyawa 8-OHdG yang terbentuk dengan sebagian besar hasil analisis memiliki nilai konsentrasi diatas nilai LOD. Penambahan reagen fenton-like maupun vitamin C juga dapat meningkatkan konsentrasi senyawa 8-OHdG. Pada hampir seluruh sampel konsentrasi 8-OHdG yang terbentuk lebih tinggi untuk reaksi pada pH 7,4, suhu 60°C, dan waktu inkubasi 12 jam. ...... This research was conducted to study the effect of bisphenol A BPA and Cr VI metal addition against the formation of DNA adduct, 8 OHdG. The formation of 8 OHdG compound was being done by reacting dG with bisphenol A with addition of fenton reagent and also vitamin C. 8 OHdG compounds were analyzed by using reversed phase HPLC with UV vis detector at 254 nm. Variations in this present study include the variations of pH 7.4 and 8.4, temperature 37°C and 60°C, and incubation time 7 hours and 12 hours. 8 OHdG compound considered to be detected if the concentration value from analysis result is above or the same as the LOD value, which is 5.19 ppb, and 8 OHdG concentration could be quantified if the concentration value from analysis result is above or the same as the LOQ value, which is 17.29 ppb. The results of this study indicate that addition of bisphenol A as well of Cr VI metal could increased 8 OHdG concentration that produced with most of the concentration value from analysis result is above the LOD value. The addition of fenton like reagent as well as vitamin C could also increased 8 OHdG concentration that produced. In most of the samples, higher 8 OHdG concentration was formed at reaction with pH 7.4, temperature 60°C, and 12 hours incubation time.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha
Abstrak :
Kromium dapat memengaruhi nafsu makan tetapi belum diketahui pengaruhnya pada bayi. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi kadar kromium dengan nafsu makan bayi 8-10 bulan di Jakarta Pusat. Studi potong lintang dilakukan terhadap 75 bayi yang sesuai dengan kriteria penelitian. Kadar kromium dalam serum diukur dengan LC-MSIMS (Liquid Chromatography - Tandem Mass Spectrometry), sementara nafsu makan diukur dengan VAS (Visual Analogue Scale) oleh tenaga terlatih. Data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smimov dan uji Spearman (korelasi bennakna bila p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian paling banyak berjenis kelamin perempuan dan berusia 8 bulan. Nilai tengah nafsu makan bayi 8-10 bulan di Jakarta Pusat sebesar 8,000cm, sementara nilai tengah kadar kromium 0,024ng/mL. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat korelasi bennakna antara kadar kromium dengan nafsu makan bayi 8-10 bulan di Jakarta Pusat (p=O,782).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Kurniawan
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang: Pekerja di perusahaan alat berat terutama bagian pengelasan dapat terpajan berbagai macam logam berbahaya yang terdapat pada plat yang digunakan. Salah satu logam yang dapat menyebabkan kerusakan sel bahkan dapat menyebabkan kanker adalah kromium. Hati merupakan salah satu target organ dan sering mengalami kerusakan akibat logam ini. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan kadar kromium di dalam eritrosit dengan status fungsi hati pekerja. Metode: Penelitian potong lintang komparasi dilakukan terhadap pekerja yang terpajan dengan pekerja yang tidak terpajan. Data yang digunakan berdasarkan hasil pengukuran fisik, hasil pengukuran kromium eritrosit dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), serta hasil kuisioner. Hasil: Dari 50 pekerja yang terbagi menjadi 25 orang terpajan dan 25 orang tidak terpajan, terdapat hubungan bermakna secara statistik antara kadar kromium eritrosit dengan masa kerja (p=0,044). Tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara kadar kromium di dalam eritrosit dengan SGPT (p=0,814). Kesimpulan: tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik mengenai hubungan kadar kromium dengan kadar SGPT. Namun hasil rerata kadar kromium pekerja tidak terpajan lebih tinggi daripada populasi normal lainnya.
ABSTRACT Background: worker in heavy equipment manufacturer especially can be exposed to a various kinds of harmful metals contained in the plate. One of metal that can cause cell damage or even cancer which are often used in workplace is chromium. Liver is one of targeted organ could be damaged due to this metal. The purpose of this study is to correlate between chromium level in erythrocytes and welder?s liver function status. Methods: A Cross Sectional Comparative study was conducted to workers who were exposed and unexposed. The data used is based on worker?s physical measurement result, chromium level erythrocytes and Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) results, and also questionnaire. Results: From 50 workers which are consisted of 25 exposed workers and 25 unexposed workers, there is statistically significant correlation between chromium erythrocytes level and duration of employment (p=0,044). There is no statistically significant correlation between chromium level in erythrocytes and SGPT (p=0.814). Conclusion: There is no statistically significant correlation between erythrocytes chromium level and SGPT level. But the average result of erythrocytes chromium level of the unexposed workers were higher compare to other normally unexposed workers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Puspita Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Kromium merupakan salah satu di dalam 129 polutan prioritas di dalam catatan The Environmental Protection Agency (EPA). Pada penelitian sebelumnya kromium memiliki risiko (RQ) paling tinggi sebesar 3,371 pada air minum (konsentrasi 0,29 mg/l). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi risiko pajanan kromium dari sumber air minum dan bahan pangan terpilih. Metode Public Health Assessment (PHA) digunakan untuk melihat evaluasi pemajanan dan evaluasi efek kesehatan, serta kepedulian masyarakat. Sampel penelitian ini adalah 60 rumah tangga dengan menguji 12 sampel air, 12 sampel beras, 4 sampel labu siam, dan 4 sampel buah pisang dengan laju konsumsi tertinggi. Data antropometri, pola konsumsi, dan pola aktivitas penduduk dikumpulkan dengan wawancara kuesioner untuk mengetahui intake pajanan kromium penduduk. Proporsi gangguan gastrointestinal dan gangguan kulit dilihat sebagai efek kritis dari pajanan kromium (VI) secara ingesti. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi kromium (VI) pada beras sebesar 0,093 mg/kg, pada labu siam 0,048 mg/kg, dan 0,268 mg/kg pada pisang. Sampel makanan diukur berdasarkan nilai limit batas alat ukur 0,035 mg/kg. Sedangkan untuk air, nilai kandungan kromium (VI) tidak terdeteksi, nilai ini masih di bawah nilai baku mutu Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2001 yaitu 0,05 mg/liter di dalam kromium total. Tingkat risiko pajanan kromium pada air yang dikonsumsi bernilai kecil dari 1 yang berarti tidak berisiko, sedangkan untuk semua bahan makanan pada kelompok usia dewasa nilai risiko nya adalah lebih dari 1. Proporsi kejadian diare adalah sebanyak 13,33% dan 30% mengalami gangguan kulit
ABSTRACT
Chromium is one of 129 pollutants priority in the Environmental Protection Agency listed. Previous studies show that chromium have the highest risk 3,371in drinking water with 0,29 mg/l concentration. This research aims to know the estimated risk exposure of chromium from drinking water and food elected. The methods of Public Health Assessment (PHA)is used to evaluated exposure and health effect, and the community concern. Research sample are 60 households with 12 samples of water, 12 rice, 4 chayote, and 4 bananas (food with the highest consumption). Anthropometry data, consumption and activity patterns of residents gathered with questionnaires to know the exposure intake of chromium in the population. The proportion of gastrointestinal and skin disorders are seen as the critical effects of chromium (VI) exposure. The results showed an average of chromium (VI) in rice 0,093 mg/kg, in chayote 0,048 mg/kg, and 0,268 in bananas. All food samples are measured by limit of detection 0,035 mg/kg. The results for chromium (VI) in the sample of water is not detected and still safe below the Government Regulation No.8/2001(0,05 mg/l in chromium total). The risk exposure of chromium in the water consumed worth less than 1 which means no risk, while for all foods in adult age was greater than 1. The proportion of diarrhea is 13,33% and 30% have skin disorders.
2016
T46403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rommi Rusfiandhi
Abstrak :
Latar Belakang: Penyemprot cat mobil adalah salah satu pekerjaan yang sering mengakibatkan pajanan logam berat di tempat kerja, salah satunya adalah kromium. Banyak efek kesehatan yang terkait dengan pajanan senyawa Cr VI . Melihat bahaya dan gangguan kesehatan akibat senyawa Cr VI serta pajanan yang ada dengan kebiasaan-kebiasaan para pekerja cat duco yang tidak memakai alat perlindungan diri dan merokok. Peneliti ingin meneliti korelasi lama pajanan dengan Cr VI darah serta faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar Cr VI darah.Metode: Desain penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan total sampel sebesar 45 orang menggunakan data sekunder dari penelitian Prodia OHI tahun 2017. Usia, masa kerja, kadar Cr VI udara personal, lama pajanan, pajanan total, kebiasaaan merokok, kebiasaan konsumsi makanan laut makanan kaleng, sumber air minum, dan penggunaan APD adalah variabel-variabel yang diteliti.Hasil: Korelasi kadar kromium dalam darah dengan variabel-variabel yang diteliti tidak ada yang bermakna secara statistik. Korelasi kadar kromium dalam derah dengan usia p = 0,221 dan r = -0,186 , masa kerja p = 0,453 dan r = -0,115 , kadar Cr VI udara personal p = 861 dan r = 0,027 , lama pajanan p = 0,975 dan r = 0,005 , dan pajanan total p = 0,151 dan r = 0,218 . Hubungan kadar Cr VI darah dengan pajanan di luar pekerjaan juga tidak ada yang menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik. Hubungan kadar kromium darah dengan kebiasaan merokok p = 0,257 , konsumsi makanan laut p = 0,692 , konsumsi makanan kaleng p = 0,307 , dan sumber air minum p = 0,599 . Semua responden tidak menggunakan APD sehingga tidak dapat dianalisis.Kesimpulan: Tidak ada korelasi antara kadar Cr VI darah dengan lama pajanan. Karakteristik perkerjaan di sektor informal yang tidak menentu jumlahnya, variasinya sangat luas antar tiap responden, dan banyaknya faktor perancu lain yang sulit dikendalikan.
Background Car paint sprayers are one of the jobs that often lead to heavy metal exposure in the workplace, one of which is chromium. Many health effects are associated with exposure to Cr VI compounds. Looking the health hazards of Cr VI compounds and existing exposures with the habits of duco sprayers which smoking and never use any self protection equipment. Researchers wanted to examine the correlation between exposure duration with Cr VI blood levels as well as factors that affecting it.Method The study design used a cross sectional method with a total sample of 45 people using secondary data from Prodia OHI study in 2017. Age, working period, Cr VI personal air levels, exposure duration, total exposure, smoking habits, seafood canned food consumption habits, drinking water sources, and the use of PPE are the variables studied.Result Correlation of chromium blood levels with the studied variables was not significant. The correlation of chromium blood levels with age p 0,221 and r 0,186 , working period p 0,453 and r 0,115 , Cr VI personal air levels p 861 and r 0,027 , exposure duration p 0.975 and r 0.005 , and total exposure p 0.151 and r 0.218 . The association of Cr VI blood levels with non occupational exposure also did not show significant associations. The correlation of chromium blood levels with smoking habit p 0,257 , seafood consumption p 0,692 , consumption of canned food p 0,307 , and drinking water source p 0,599 . All respondents did not use PPE so it can not be analyzed.Conclusion There is no correlation between Cr VI blood levels with the exposure duration. The characteristics of work in the informal sector that are uncertain in number, the variation is very wide among each respondent, and many other confounding factors that are difficult to control.
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrul Islam
Abstrak :
Kromium adalah logam berat yang banyak digunakan dalam kegiatan industri. Penggunaan kromium pada industri pelapisan logam dapat berisiko terhadap kesehatan pekerja yang berasal dari pajanan kromium di udara lingkungan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kadar kromium dalam urin dengan kadar albumin dalam urin sebagai biomarker kerusakan ginjal. Penelitian ini dilakukan pada 33 pekerja terpajan dan 33 pekerja tidak terpajan dengan sedain cross sectional. Sampel urin diambil untuk menilai kadar kromium dan kadar albumin. Kadar kromium dalam urin diukur menggunakan metode metode Atomic Absorption Spectrometry (AAS) dengan teknik pembakaran (flame, FAAS) dan kadar albumin dalam urin di ukur dengan cara immunoturbidimetric assay. Nilai tengah (median) kadar kromium dalam urin pada pekerja terpajan sebesar 5 μg/L dan pada pekerja tidak terpajan juga sebesar 5 μg/L. Nilai tengah (median) kadar albumin dalam urin pada pekerja terpajan sebesar 2,5 mg/g kreatinin lebih tinggi dari kadar albumin pada pekerja tidak terpajan yaitu sebesar 1,5 mg/g kreatinin. Setiap kenaikan kadar kromium 1 μg/L terjadi kenaikan kadar albumin sebesar 3,82 mg/g kreatinin setelah dikontrol variabel riwayat diabetes, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, lama kerja, dan konsumsi alkohol. Hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh pajanan kromium dengan gangguan fungsi ginjal (p > 0,05). ...... Chromium is a heavy metal that is widely used in industrial activities. Use of chromium in the metal plating industry pose a risk to workers' health comes from exposure to chromium in the air working environment. This study aimed to analyze the relationship between chromium levels in urine levels of albumin in the urine as a biomarker of kidney damage. This study was conducted on 33 workers exposed and 33 unexposed workers with cross sectional sedain. Urine samples were taken to assess levels of chromium and albumin. Chromium levels in urine were measured using the method Atomic Absorption Spectrometry (AAS) with burning techniques (flame, FAAS) and albumin in urine is measured by means of immunoturbidimetric assay. A middle value (median) level of chromium in the urine of workers exposed at 5 g/L and the unexposed workers are also at 5 ug/L. A middle value (median) level of albumin in the urine in workers exposed at 2.5 mg/g creatinine higher than the levels of albumin in the unexposed workers is equal to 1.5 mg/g creatinine. Any increase in the chromium content of 1 ug/L occurred rising levels of 3,82 mg albumin/g creatinine after the controlled variable history of diabetes, history of hypertension, smoking habits, length of employment, and consumption of alcohol. The results of this study concluded there was an effect of chromium exposure with impaired renal function (p> 0.05).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T53841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>