Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
lsolasi kitin dari kulit udang melalui dua tanap yaitu deproteinasi dengan perendaman kulit udang dengan NaOH 10% pada sunu 70°C selama 1 jam, kedua demineralisasi dengan perendeman kulit udang dengan HCI 10% selam 1 jam. Konversi kitosan dari kitin dilakukan dengan proses deasetalisasi dengan perendaman kitin dengan NaOH 60% selam 48 jam. Besarnya kitosan yang didapat dari 300 g kulit udang sebesar 27,16%_ I\/lodifikasi kitosan menjadi kitosan-PAA dilakukan dengan metode ozonasi secara simultan I\/lodifikasi dilakukan dengan variasi sunu dan konsentrasi asam akrilat Sunu optimum modifikasi kitosan-PAA 27°C dan konsentrasi optimum 1% asam akrilat Karakterisasi kitosan dan kitosan-PAA dilakukan dengan FT-IR. Adsorpsi Iogam Cu2+, Cr3+ dan Zn” dengan kitosan dan kitosan-PAA dilakukan dengan optimasi pH dan vvaktu kontak adsorpsi Studi kinetik adsorpsi Iogam Cu2+, Cr3+ dan Zn” dengan kitosan dan kitosan-PAA dilakukan dengan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlicn
Universitas Indonesia, 2007
S30446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munna Chamad A.
Abstrak :
Senyawa bioaktif asetogenin yang diekstrak dari daun sirsak. Annona muricataL memiliki potensi sebagai obat antikanker. Untuk memaksimalkan potensinya dibutuhkan sistem pelepasan terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sistem pengantar asetogenin berbasis mikrosfer kitosan tersalut alginat. Mikrosfer yang dihasilkan diharapkan memberikan profil pelepasan terkendali asetogenin pada berbagai kondisi pH fluida sintetik pencernaan memiliki persentase efisiensi dan pemuatan asetogenin yang tinggi. Pemilihan metode preparasi penautan silang dengan tripolifosfat untuk menjerat obat dan metode gelasi ionotropik dengan alginat untuk mencegah peluruhan mikrosfer pada lambung. Mikrosfer kitosan tersalut alginat ini dievaluasi berdasarkan kandungan lakton pada asetogenin yang terlepas terhadap waktu. Pembuatan mikrosfer ini menggunakan metode preparasi taut silang dan gelasi ionotropik memiliki rilis yang tinggi pada kondisi asam dan rilis yang rendah pada kondisi basa. Pemuatan obat di dalam mikrosfer kitosan tersalut alginat didapatkan sebesar 3 34 dengan efisiensi enkapsulasi didapatkan sebesar 86 74.
Acetogenin as bioactive compound that are extracted from soursop leaves. Annona muricata L has potential as an anticancer drug. There is a need of a safe delivery of acetogenins for oral administration through controlled release system. This study aims to produce acetogenin delivery system based chitosan microsphere coated with alginate. The resulting microsphere are expected to provide controlled release profile acetogenin on various synthetic gastrointestinal fluids at different pH. Crosslinking method by tripolyphospate impacts of acetogenin loading and ionotropic gelation method impacts to avoid release in acid pH digestive system and compatible in residence time of each digestive organ. Chitosan microsphere coated with alginate will be evaluated by its drug loading and release profile. This microsphere by crosslinking agent method and ionotropic gelation method has a high release in acidic and low release in alkaline conditions. Chitosan microsphere coated with alginate also able to load 3 34 of drug and have 86 74 as value of encapsulation efficiency.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Paramita Afriadi
Abstrak :
Sirsak merupakan salah satu tanaman yang dikenal memiliki sitotoksisitas yang baik dan berpotensi sebagai antikanker. Suatu senyawa dalam tanaman sirsak merupakan senyawa bioaktif yang bertanggung jawab atas sitotoksisitas tanaman ini. Senyawa bioaktif adalah annonaceous acetogenin yang akan digunakan sebagai obat. Asetogenin digunakan sebagai obat sesuai dengan dosisnya dalam tubuh sehingga tidak mengakibatkan efek samping terhadap pengguna.Mikrosfer kitosan dengan penaut silang dibuat agar dapat melepaskan senyawa asetogenin secara terkendali pada sistem pencernaan. Simulasi profil pelepasan dilakukan dengan buffer pH: 1,2; 6,8; 7,4; 1,2 penambahan enzim α-amilase; 6,8 penambahan enzim β-glukosidase; dan 7,4 penambahan enzim α-amilase. Penentuan efisiensi enkapsulasi ekstrak asetogenin dan profil pelepasannya dari mikrosfer kitosan-TPP dilakukan dengan metode penentuan kandungan total lakton menggunakan spektrofotometri sinar tampak.Hasilnya keberadaan enzim dalam larutan untuk pengamatan profil pelepasan menunjukkan peningkatan jumlah asetogenin yang dilepaskan empat kali lebih besar dibandingkan larutan yang tanpa enzim.
Soursop is a plant that is known to have good cytotoxicity and potential as anticancer. A compound in soursop plant bioactive compounds that are responsible for the cytotoxicity of this plant. Annonaceous acetogenin bioactive compounds is to be used as medicine. Asetogenin used as a medicine in accordance with the dose in the body so it does not cause side effects on patients. Chitosan microspheres and cross-linker were made in order to release acetogenin controlled substance in the digestive system. Simulations performed with buffer release profiles pH: 1,2: 6,8; 7,4; 1,2 addition of enzyme α-amilase; 6,8 addition of enzyme β-glukosidase; and 7,4 addition of enzyme α-amilase. Determination of encapsulation efficienty acetogenin extract and release profile of chitosan-TPP microspheres made by the method of determination of total lactones content using spectrophotometry uv-vis. The presence of enzymes in solution to release profile observations show an increase in the number acetogenin released four times larger than that without the enzyme solution.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deta Apritantia
Abstrak :
IgY sebagai vaksin pencegah karies gigi perlu ditingkatkan efektivitasnya dengan menciptakan IgY yang spesifik terhadap molekul ComD yang berperan dalam mekanisme quorum sensing. IgY anti-ComD S.mutans dapat dikombinasikan dengan kitosan dalam bentuk sediaan obat kumur. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dan kitosan terhadap kemampuan S.mutans yang diisolasi dari subjek karies dan bebas karies dalam membentuk biofilm. Metode: Subjek penelitian 24 orang dibagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok karies dan bebas karies dengan perlakuan obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dengan dan tanpa kitosan. Obat kumur digunakan 2 kali sehari sebanyak 15-20 ml setiap kali berkumur selama 6 hari dengan durasi 30 detik. Kuantitas biofilm diukur dengan menggunakan metode crystal violet berdasarkan nilai optical density pada Elisa Reader. Hasil: Nilai OD biofilm sebelum diberi perlakuan pada kelompok 1 adalah 0,153; kelompok 2 adalah 0,163; kelompok 3 adalah 0,132 dan kelompok 4 adalah 0,135. Nilai OD biofilm setelah diberi perlakuan pada kelompok 1 adalah 0,136; kelompok 2 adalah 0,141; kelompok 3 adalah 0,164 dan kelompok 4 adalah 0,192. Analisa statistik uji t berpasangan antara sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna untuk kelompok 3 (p=0,035) dan kelompok 4 (p=0,046). Kesimpulan: Obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dan kitosan meningkatkan kemampuan S.mutans yang diisolasi dari subjek karies dan bebas karies dalam membentuk biofilm. ...... The effectiveness of IgY as a dental caries vaccine should be improved by creating IgY specific to ComD that has a role in the mechanism of quorum sensing. IgY anti-ComD S.mutans can be combined with chitosan in the form of mouth rinse. Objective: To determine the effects of mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans and chitosan on biofilm-forming isolates of S.mutans from caries subjects and caries-free subjects. Methods: Subjects were divided into 4 groups: caries and caries-free subjects with mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans with and without chitosan. Subjects were assigned to rinsing twice daily (for 6 days) with 15-20 ml solution of mouth rinse for 30 seconds. Biofilm formation were measured using crystal violet method based on ELISA optical density value. Results: Optical density of biofilm before treatment on group 1 is 0,153; group 2 is 0,163; group 3 is 0,132 and group 4 is 0,135. Optical density of biofilm after treatment on group 1 is 0,136; group 2 is 0,141; group 3 is 0,164 and group 4 is 0,192. Statistical analysis showed significant difference for group 3 (p=0,035) and group 4 (p=0,046). Conclusion: Mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans and chitosan could increase biofilm forming isolates of S.mutans from caries subjects and caries-free subjects.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sulistomo
Abstrak :
Sediaan tertahan di lambung merupakan sediaan yang didesain untuk dapat memperpanjang waktu tinggal sediaan di dalam lambung sebagai tempat terjadinya absorbsi obat di dalam tubuh. Sistem penghantaran mukoadhesif merupakan salah satu bentuk sediaan tertahan di lambung dengan mekanisme penempelan pada mukosa lambung. Pada penelitian sebelumnya, telah diteliti KPKX dengan beberapa variasi perbandingan kitosan dengan xanthan (1:1, 3:1, dan 6:1), dan diketahui KPKX 1:1 memiliki daya mengembang yang sesuai untuk dikembangkan sebagai sediaan mukoadhesif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan eksipien kompleks polielektrolit kitosan-gum xanthan (KPKX) sebagai matriks sediaan granul mukoadhesif tertahan di lambung. Pada penelitian ini KPKX 1:1 digunakan sebagai matriks pada granul mukoadhesif dengan perbandingan obat dengan KPKX (1:1, 1:2, dan 1:3), dengan diltiazem HCl sebagai model obat. Eksipien KPKX yang terbentuk tersebut kemudian diformulasikan menjadi granul mukoadhesif. Granul F2 yang mengandung perbandingan diltiazem HCl dengan KPKX 1:1 dinilai sebagai granul terbaik karena mampu tetap menempel di mukosa lambung hingga 8 jam berdasarkan uji wash-off dan 12 jam berdasarkan uji bioadhesif in-vitro. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa KPKX dapat digunakan sebagai matriks mukoadhesif.
Gastro-retentive drug delivery system (GRDDS) are designed to prolong the dosage residence time of dosage forms in stomach as one of drug absorbtion site. Mucoadhesive drug delivery system, is one of many GRDDS kind with adhesion mechanism to gastric mucosa. In previous study chitosan-xanthan gum polyelectrolyte complex (CXPC) had been produced in some variations (1:1, 3:1, and 6:1), and CXPC 1:1 showed better swelling index which suitable for sustained release dosage forms. The aim of this research is studying the ability of CXPC as matrix for mucoadhesive granules dosage form matrix. In this study CXPC 1:1 was used as the matrix in the mucoadhesive granules with drug-CXPC ratio of 1:1, 1:2, and 1:3, using diltiazem HCl as a drug model. The obtained CXPC was then formulated into mucoadhesive granules. F1 granules which were formulated using CXPC and diltiazem HCl in ratio of 1:1, considered as the best formulation because it can adhere on gastric mucosa up to 8 hours based on wash-off test and 12 hours based on in-vitro bioadhesive test. From this study it can be concluded that the CXPC can be used as a mucoadhesive matrix.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Fatkhulhimam
Abstrak :
Polimer biodegradable banyak menjadi solusi yang baik dalam berbagai masalah karena polimer ini termasuk dalam kategori ramah lingkungan. Hidrogel IPN dapat digunakan dalam drug delivery dan bone tissue engineering. Hidrogel kitosan-PVP IPN yang telah disintesis (Hidrogel Kitosan-PVP semi-IPN terikat silang Asetaldehida, Hidrogel Kitosan-PVP semi-IPN terikat silang Formaldehida, Hidrogel Kitosan-PVP full-IPN, dan Hidrogel Kitosan-PVP full-IPN tanpa ikat silang, dengan hasil rasio swelling hidrogel berturut-turut adalah 614,09%, 260,29%, 26,15%, dan 56,31%.) dilakukan degradasi dengan menggunakan larutan buffer pH 1,2 dan 7,4 serta biodegradasi dengan menggunakan Soil Burial Test. Lalu dikarakterisasi dengan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR). Hasil persen kehilangan berat untuk degradasi pH 1,2 adalah 70,35% yaitu pada Kitosan-PVP Semi-IPN terikat silang Asetaldehida minggu ketujuh, untuk degradasi pH 7,4 adalah 43,37% yaitu pada Kitosan-PVP Full-IPN tanpa ikat silang minggu kedelapan, dan untuk biodegradasi adalah 48,89% yaitu pada Kitosan-PVP Semi-IPN terikat silang Asetaldehida pada minggu ketujuh dengan tanah Cilegon. Untuk melihat perubahan morfologi pada hidrogel dikarakterisasi menggunakan mikroskop optik dan SEM.
Biodegradable polymer a good solution to many problems because these polymers are environmental friendly. Hydrogel IPN can be use for drug delivery and bone tissue engineering. Chitosan-PVP IPN hydrogel that has been synthesized (Chitosan Hydrogel-PVP crosslinked semi-IPN Acetaldehyde, Chitosan Hydrogel-PVP crosslinked semi-IPN Formaldehyde, Chitosan Hydrogel-PVP full-IPN, and Chitosan Hydrogel-PVP full-IPN without cross linker, results of the swelling ratio of the hydrogel in a row is 614.09%, 260.29%, 26.15%, and 56.31%.) conducted degradation by using buffer solutions of pH 1.2 and 7.4 as well as biodegradation using Soil Burial Test. Then characterized by Fourier Transform Infrared Spectrophotometer (FTIR). Results of percent weight loss for the degradation of pH 1.2 was 70.35% which is the chitosan-PVP Semi-IPN crosslinked acetaldehyde in seventh week, for the degradation of pH 7.4 was 43.37% which is the chitosan-PVP Full-IPN without cross linker in eight week, and for biodegradation is 48.89% which is the chitosan-PVP Semi-IPN crosslinked acetaldehyde in seventh week with ground Cilegon. Then, to see the changes in the morphology of the hydrogels were characterized using optical microscopy and SEM.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Rianes Febri
Abstrak :
Metode semi interpentrating polymer network (semi-IPN) merupakan metode yang digunakan untuk mensintesis hidrogel kitosan-poliNNDMAA. Pada metode ini, jaringan kitosan akan terikat silang dengan agen ikat silang lalu berinteraksi dengan jaringan polimer NNDMAA secara linear. Hasil sintesis memperlihatkan bahwa variasi penambahan monomer NNDMAA, agen ikat silang dan waktu reaksi akan menurunkan daya swelling dan meningkatkan derajat ikat silang. Rasio swelling dan derajat ikat silang optimum hidrogel kitosan poli NNDMAA semi-IPN terikat silang formaldehida didapatkan sebesar 545,64% dan 75,02% pada penambahan 25% berat NNDMAA dan waktu optimum pada 2 jam. Hidrogel kitosan poli NNDMAA semi-IPN terikat silang formaldehida memilki derajat ikat silang yang lebih besar jika dibandingkan terikat silang glutaraldehida maupun asetaldehida. Karakterisasi dilakukan dengan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calotimetry(DSC) dan Scanning Electron Microscope (SEM).
Method semi interpentrating polymer network (semi-IPN) is a method used to synthesize the chitosan hydrogel-poliNNDMAA. In this method, chitosan will crosslinked with a crosslink agent then interacts with the polymer network NNDMAA linearly. Synthesis results show that the variation of the addition of monomer NNDMAA, crosslink agents and reaction time will reduce swelling and increase the degree of crosslink. Swelling ratio and the degree of crosslink optimum chitosan hydrogel poly NNDMAA crosslinked semi-IPN formaldehyde obtained by 545.64% and 75.02% on addition of 25% by weight NNDMAA and optimum time at 2 hours. Chitosan hydrogel poly NNDMAA crosslinked semi-IPN formaldehyde have the degree of cross belt larger than glutaraldehyde cross-linked or acetaldehyde. Characterization is done by spectrophotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calotimetry (DSC) and Scanning Electron Microscope (SEM).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Agus Kurniawan
Abstrak :
[ABSTRAK
Injectable bone substitute (IBS) merupakan metode penanganan kerusakan tulang yang efektif, karena dapat mempermudah proses operasi dan memberi kenyamanan bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan material pengisi tulang mampu injeksi berbasis kalsium fospat dengan perbandingan Ca/P (1.67) dan kitosan. Sintesis dilakukan dengan cara mencampurkan semen kalsium fosfat dan kitosan sebesar 0%, 4%, 8%, 11% dalam larutan Na2HPO4 (1mol/L) yang kemudian dicetak dan dipanaskan pada suhu 370C selama 2 jam. Sampel hasil percobaan kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM, FTIR, serta pengujian kemampuan injeksi dan setting time. Dari hasil karakterisasi tersebut didapatkan bahwa proses injeksi yang baik dapat dilakukan dengan perbandingan larutan dan serbuk (0.68 ml/gram). Setting time dan kekuatan tekan meningkat dengan penambahan kitosan, sedangkan modulus kompresi-nya berkurang dari 140-106 MPa. Terbentuknya senyawa HA yang diindikasikan dari uji XRD serta hasil uji FTIR menunjukkan tidak ada ikatan secara kimia antara semen kalsium fospat (HA,DCPD) dan kitosan, melainkan berupa ikatan hidrogen. Adapun hasil karakterisasi menunjukkan bahwa produk IBS yang telah disintesis berpotensi untuk dijadikan material pengisi tulang. ABSTRACT
Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material. , Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material. ]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tryas Yanuari Tryas Yanuari
Abstrak :
Kitosan merupakan biopoliaminosakarida linear alami bersifat polikationik, biokompatibel, biodegradabel serta bioadhesif sehingga berpotensi besar untuk digunakan dalam sediaan penghantaran obat tertarget. Kitosan dapat berinteraksi dengan gugus anionik membentuk ikatan taut silang ionik. Tujuan penelitian ini adalah formulasi beads kitosan-tripolifosfat menggunakan metode gelasi ionik dengan menggunakan tiga variasi konsentrasi tripolifosfat yang berbeda yaitu 3% (F1), 4% (F2), dan 5% (F3). Beads dikarakterisasi menggunakan Scanning electron microscope, Diffraction scanning calorimeter, X-Ray Diffractometer, dan mikroskop optik dengan hasil menunjukkan F3 sebagai formulasi terbaik berbentuk bulat sferis kuning keemasan serta miliki ukuran diameter rata-rata 1,031 mm. Efisiensi penjerapan obat dari ketiga formulasi secara berurutan yaitu 11,725%; 15,865%; 22,934%. Selanjutnya beads dengan formulasi terbaik disalut dengan HPMCP HP-55 10% (F3C) dan 12% (F3B) dan CAP 10% (F3C) dan 15% (F3D). Pada uji pelepasan obat yang dilakukan berkelanjutan pada tiga medium berurutan yaitu HCl 0,1 N pH 1,2, dapar fosfat pH 7,4, dan dapar fosfat pH 6,8 didapatkan kadar kumulatif obat dari empat formulasi penyalutan berturut-turut sebesar 83,25%; 82,04%; 85,24%; 80,71%. Formulasi terbaik berdasarkan uji pelepasan in vitro yaitu F3C selanjutnya digunakan pada uji pentargetan in vivo. Setelah 2,5 jam beads ditemukan pada usus halus tikus, menunjukkan bahwa formulasi penyalutan beads berhasil mencapai terminal usus halus. ...... Chitosan is a natural biopolyaminosaccharide linear with polycationic, biocompatible, biodegradable, and bioadhesive characteristics, so it has a big potential as a drug delivery targeted. Chitosan can interract with anionic site in order to form ionic crosslink reaction. The target of this research was to formulate of beads chitosan-tripolyphosphate using ionic gelation method with three variation of cross linker concentration which are 3% (F1), 4% (F2), and 5% (F3). Beads were characterized by SEM, DSC, XRD, and microscope optic. The characteristics results is F3 showed the best beads spherical form with yellow- gold color and have average diameter size 1.0305 mm. The entrapment efficiency drug result were 11.725%; 15.865%; and 22.934% for F1, F2, F3 respectively. Then the best formulations coated with four different confentration which are HPMCP HP-55 10% (F3A); 12% (F3B) and CAP 10% (F3C); 15%(F3D). On the dissolution test were performed sustainable on three consecutive medium is 0.1N HCl pH 1.2, phosphate buffer pH 7.4 and phosphate buffer pH 6.8 earned a cumulative grade coating formulations of drugs in four successive equal to 83.25%; 82.04%; 85.24%; 80.71%. Based on in vitro release study CAP 10% has "choosen as the best coated formulation with cumulative content is 85.24%. Then the best beads coated formulation used for in vivo study. After 2,5 hours beads were found in small intestine, show that the coating formulation successfully to reach the terminal of small intestine.
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidik Pamungkas
Abstrak :
Memiliki waktu tinggal yang singkat yang disebabkan oleh pengaruh pengosongan lambung menjadi keterbatasan amoksisilin dalam menangani bakteri Helicobacter pylori sebagai penyebab utama penyakit radang pada lapisan lambung. Sediaan pembawa obat sistem mengapung telah disintesis untuk menangani keterbatasan tersebut menggunakan matriks hidrogel semi-IPN kitosan-metil selulosa mengandung agen pembentuk pori APP KHCO3 dan K2CO3 dengan komposisi kitosan:metil selulosa 60:40 b/b , agen pengikat silang glutaraldehid 0,1 M 2 b/b terhadap kitosan , amoksisilin trihidrat digunakan sebagai model obat, konsentrasi agen pembentuk pori KHCO3 dan K2CO3 yang digunakan divariasikan, yaitu 1; 5; 10; 15; 20 terhadap massa total reagen. Pengaruh jenis variasi konsentrasi APP yang berbeda KHCO3 dan K2CO3 pada hidrogel telah diselidiki dan dibandingkan menggunakan parameter uji kemampuan mengapung dan persen porisitas. Pengaruh proses loading obat yang berbeda in situ post loading juga telah diselidiki dan dibandingkan menggunakan parameter persen efisiensi penjeratan dan persen disolusi. Karakterisasi terhadap sifat hidrogel dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, spektrofotometri UV-Vis, dan mikroskop stereo optik. Secara keseluruhan APP KHCO3 memiliki waktu awal mengapung lebih cepat dibanding K2CO3 dan memiliki kemampuan mengapung >3jam, kecuali pada komposisi 1 untuk kedua jenis APP. Berdasarkan evaluasi kemampuan mengapung, matriks hidrogel semi-IPN yang optimum terdapat pada penambahan komposisi agen pembentuk pori KHCO3 20. Hasil perbandingan sediaan optimum pada penelitian ini dengan sediaan optimum pada peneliti sebelumnya yang menggunakan APP CaCO3 15 dengan proses loading obat yang sama in situ loading , yaitu sediaan optimum yang menggunakan KHCO3 20 memiliki efisiensi penjeratan obat lebih tinggi dan persen disolusi yang lebih terkontrol dibanding sediaan menggunakan CaCO3 15 , 79 72 untuk efisiensi penjeratan KHCO3 dan CaCO3 berturut-turut. Proses loading obat in situ loading memberikan hasil efisiensi penjeratan lebih tinggi serta memiliki persen disolusi yang lebih terkontrol dibanding proses post loading pada sediaan dengan APP yang sama.
Amoxicilin have shorter of a recidence time which are caused by influence gastric emptying. Floating drug delivery system as a resolve restriction of amoxcicilin in combating bacterial Helicobacter pylory had been synthesized by based on semi IPN hydrogel chitosan methyl cellulose containing pore forming agent PFA KHCO3 and K2CO3 with the composition of chitosan methyl cellulose 60 40 w w , glutaraldehyde as a crosslingking agent 0.1 M 2 w w to chitosan , amoxcicilin trihydrate as a drug model, and pore forming agent KHCO3 and K2CO3 with varied concentrations were 1 5 10 15 20 to the total mass of reagents. The effect of kind and varied concentrations of PFA on hydrogel characterizations had been investigated and compared by using floating ability and percent porosity parameters. The effect of kind drug loading process in situ and post loading also had been investigated and compared by using encapsulation efficiency and percent drug dissolution parameters. Characterizations of the hydrogel were carried out by using Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR , UV Vis spectrophotometry, and stereo optical microscope. Overall, KHCO3 incorporated hydrogels showed faster floating lag time than K2CO3 and both had a floating time more than 3 hours, except on 1 composition of both PFA. Based on floating ability evaluation, optimum composition of PFA incorporated hydrogel was KHCO3 20 . The results of compared between optimum composition for this research and optimum composition for previous research used PFA CaCO3 15 with the same drug loading prosess in situ showed that KHCO3 incorporates hydrogel had the higher encapsulation efficiency and more controlled drug release profile than CaCO3 incorporated hydrogel, 79 72 for encapsulation efficiency KHCO3 20 and CaCO3 15 , respectively. The results of compared loading drug process with the same PFA, in situ loading drug process showed higher encapsulation efficiency and drug release profile more controlled than post loading drug process.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>