Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Husnul Innaya
Abstrak :
Hibridtas merupakan kondisi trans-kultural pada kebudayaan yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal berkaitan dengan adanya kekuatan ekonomi, politik dan budaya pada suatu tempat. Hibriditas dalam material budaya merupakan hasill dari pengabungan dua atau lebih ciri budaya pada satu benda material pada satu daerah yang plural dan heterogen. Lasem sejak abad XIII sudah menjadi kota pelabuhan yang ramai akan pendatang asing seperti Eropa, Arab dan Cina untuk berdagang maupun untuk sekedar singgah sebelum bertolak ke Batavia atau kembali ke daerah asalnya. Heterogenitas budaya di Lasem tidak hanya didominasi oleh etnis Tionghoa dan bangsa koloni saja tapi juga kebudayaan Jawa sebagai kebudayaan lokal, sehingga Lasem menjadi salah satu contoh yang penting dari adanya hibriditas budaya yang nyata. Semaraknya Lasem akan etnis Tionghoa terlihat dari jajaran perumahan khasnya yang secara kasat mata dicirikan sebagai rumah khas Tionghoa. Penelitian ini membahas mengenai hibriditas yang tampak pada salah satu rumah khas Tionghoa milik keluarga Oei Am di Lasem. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi analisis melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data serta eksplanasi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa wujud-wujud tinggalan materi pada rumah keluarga Oei Am memperlihatkan adanya hibriditas tersebut, yaitu pada bentuk atap, dinding, fondasi, dan juga halaman dalam. Berdasarkan kajian hibriditas pada rumah Oei Am diketahui pula bahwa rumah ini mendapat pengaruh dari budaya Jawa dan Eropa (kolonial) karena disebabkan adanya dorongan faktor ekonomi, politik, dan fungsi ruang secara praktis. ......Hibridity is a trans-cultural condition in culture with internal and external factors related to the existence of economic, political and cultural forces in a place. Hybridity in material culture is the result of combining two or more cultural features on one material object in a plural and heterogeneous area. Since the XIII century Lasem has become a port city that is bustling with foreign arrivals such as Europeans, Arabs and Chinese for trade or just to stop by before traveling to Batavia or returning to their home areas. The cultural heterogeneity in Lasem is not only dominated by the Chinese and the colonist but also Javanese as a local culture, therefore Lasem is an important example of cultural hybridity. This can be seen from from the housing that been identify as Chinese houses. This research discusses the hybridity in one of the typical Chinese houses belonging to the Oei Am family in Lasem. This research used descriptive analysis method through the stages of data collection, data processing and explanation. Based on the results of the analysis, it is known that the forms of material inheritance in the Oei Am family house show this hybridity, namely in the form of the roof, walls, foundations, and also the inner courtyard. Based on the hybridity study of Oei Am's house, it is also known that this house was influenced by Javanese and European (colonial) culture due to the encouragement of economic, political, and practical spatial functions.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
H. Junus Jahja
Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa, 1988
923.6 JUN (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siauw, Giok Tjhan
Abstrak :
Contribution of Siauw Giok Tjhan to Indonesia, Chinese Indonesian, leader of Baperki, Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia, a Chinese political organization to promote understanding of Indonesian citizenship and oppose discrimination, founded in 1954, dissolved during the Soeharto government
Jakarta: Hasta Mitra, 2000
928 SIA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
H. Junus Jahja
Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa, 1988
920 Jah c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998
305.895 1 KAP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Santoso
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2012
305.895 1 IWA p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Junus Jahja
Depok: Komunitas Bambu, 2009
302 JUN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus R. Suhartono
Abstrak :
Penelitian dalam rangka pemuatan tesis bertujuan untuk memahami bagaimana cara orang Cina peranakan mendefinisikan kembali identitas kulturalnya sebagai akibat dari terjadinya perubahan politik pada tahun 1998 yang lebih menjanjikan kebebasan berekspresi. Pendefinisian yang terjadi saat ini merupakan sebuah proses yang bersumber dari serangkaian peristiwa yang mendahului, rnenjadi respon terhadap perubahan pandangan dan sikap pihak luar, dan sebaliknya apa yang terjadi saat ini tidak menjadi titik akhir dari usaha pendefinisian identitas. Lokasi penelitian ini ada di kawasan Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Sejarah pemukiman ini terkait dengan keberadaan pusat ekonomi yang kini dikenal sebagai pasar Jatinegara yang menjadi daya tarik bagi orang Cina untuk menetap dan berusaha di sana. Di wilayah ini pula terdapat beberapa institusi budaya Cina yang pada masa Iampau menjadi salah satu pusat orientasi budaya Cina dan pada masa selanjutnya semakin tersaingi oleh sejumlah institusi pendidikan maupun keagamaan (Kristen) yang telah memberi andil besar pada proses ?peranakanisasi? di sini. Kawasan ini dipilih sebagai lokasi penelitian bedasarkan pertimbangan komposisi orang Cinanya yang mencapai sekitar 30 % sampai dengan 40 % diasumsikan memberi peluang untuk tetap menjaga frekuensi dan intensitas interaksi sosial di antara sesama orang Cina maupun dengan anggota masyarakat lainnya. Kolonialisme punya andil dalam menciptakan apa yang disebut sebagai ?Masalah Cina?. Melalui politik segregasinya, batas sejarah, sosial, dan budaya di antara orang Cina Indonesia dan pribumi Indonesia bertahan hingga masa kini. Catatan sejarah menunjukkan bagaimana pemerintah dan masyarakat umum (baca: pribumi) ?menciptakan? dan ?memaksakan? batas-batas identitas kepada orang Cina. Sementara di sisi lain, menjadi rentetan perubahan intemal sehagai konsekuensi dari kelidaklengkapan pewarisan tradisi, akulturasi dengan unsur baru, dan berbagai tekanan politik yang harus dihadapi orang Cina. Maka, terbentuklah identitas Cina Peranakan yang terbelah di antara identitas lokal setempat dan idenlitas Cina yang sudah semakin kabur. Identitas Cina-nya bahkan bersifat ambigu karena di satu sisi ingin diperlahankau namun namun di sisi lain ingin disembunyikan dari lingkungan sosialnya. Dalam keterbatasan sebagai akibat dari pembatasan yang dipaksakan pihak luar, maupun pembatasan yang dilakukan oleh mereka sendiri, orang Cina, khususnya Cina peranakan harus selalu mendefinisikan identitasnya dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan sosial yang dihadapinya. Perubahan politik yang diawali pada tahun 1998 menawarkan peluang pada orang Cina Peranakan untuk berani mengekspresikan identitasnya melalui berbagai cara. Namun untuk mencapai tujuan tersebut mereka hams terlebih dahulu mendefinisikan kembali identitas kultural mereka sebagai Cina peranakan. Caranya adalah dengan menafsir ulang sikap pihak luar terhadap keberadaan mereka. Terkait dengan proses penafsiran ulang tersebut, mereka juga harus merujuk kembali referensi identitas kultural Cina yang mereka ketahui: (1) interpretasi pada ideniitas Cina dengan herpgak pada masa lalu yang mereka ketahui; dan (2) interpretasi pada identitas Cina dengan berpijak pada globalisasi budaya Cina yang sedang marak saat ini. Namun satu hal yang pasti, basil pendefinisian ulang pada identitas kultural Cina peranakan masih tetap ditentukan oleh bagaimana cara pandang dan sikap pihak luar kepada mereka.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Junus Jahja
Jakarta: Yayasan Haji Karim OEI, 1993
297.4 JUN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>