Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Kurnia Rabbani
Abstrak :
Gizi kurang sering dialami anak. Ini perlu perhatian karena menyangkut mutu generasi muda. Gizi buruk sering berakibat kematian. Kemiskinan sering dijadikan alasan penyebab gizi kurang. Semakin parah jika ditambah dengan adanya pengeluaran rokok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan besar pengeluaran RT untuk rokok dengan status gizi balita pada RT miskin di kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor 2016. Desain penelitian kasus kontrol, kasus adalah RT miskin yang memiliki balita (12-59 bulan) gizi kurang (Z-score < -2SD). Kontrol adalah RT miskin yang memiliki balita gizi baik (nilai z-score >-2 SD s/d 2 SD). Pemilihan kontrol dengan teknik simple random sampling dari desa yang sama dengan kasus. Analisis menggunakan regresi logistik ganda. Hasil analisis adanya interaksi antara pengeluaran rokok dengan riwayat penyakit infeksi terhadapa status gizi. RT dengan pengeluaran rokok tinggi berisiko memiliki balita gizi kurang 8 ? 9 kali dibandingkan balita dalam RT dengan pengeluaran rokok rendah setelah mengontrol variabel riwayat penyakit infeksi, OR 8,86 (95% CI 4,01-19,58). Karena kemiskinan sudah membatasi RT dalam pemenuhan kebutuhannya ditambahlagi dengan adanya pengeluaran untuk rokok oleh sebab itu perlu peningkatan upaya promotif akan pentingnya gizi dan efek rokok dengan melibatkan semua sektor terkait serta tindakan tegas pemerintah dalam pengendalian tembakau. ......Malnutrition often happened by children. It needs attention because it involves the quality of the young generation. Malnutrition is often fatal in child. Poverty often become a reason for the caused of malnutrition. It more severe with the cigarette expenditure. The purpose of this study to determine the relationship of the family expenditures for cigarettes with nutritional status of the children in poor family in the Bojong Gede subdistrict, Bogor district, 2016. Design study is case-control. Cases are poor family that have a children (12-59 months) with malnutrition (Z-score ≤ -2SD). Controls are poor family that have children (12-59 months) with good nutrition (Z-score >-2 SD). Selection of the control by simple random sampling from the same village with the case. Analysis using multiple logistic regression. The results is OR 8,86 (95% CI 4,01-19,58) its mean family with high cigarette expenditure has a risk 8-9 times to make children have malnutrition compared children in poor family with lower cigarette expenditures after controlling infectious diseases variable. Need to increase promotional about the importance of nutrition and the effects of smoking by involving all relevant sectors. The central government can raise taxes on tobacco and cigarette prices and restrictions on cigarette advertising. Must be committed to the local regulations about the region without cigarettes, to actually apply punishment.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Roswita
Abstrak :
Indonesia sebagai negara berkembang dan memiliki masalah kesehatan utama yang disebabkan oleh malnutrisi. Malnutrisi memiliki efek jangka panjang bagi perkembangan anak. Kurangnya peran wanita dapat menyebabkan hasil negatif terhadap status gizi Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh pengambilan keputusan perempuan terhadap gizi anak. Regresi linier dan logistic model dengan jeda waktu dan data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari model OLS menunjukkan keterlibatan ibu dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga dalam bagiannya dalam pengeluaran makanan memiliki korelasi yang lemah baik dalam meningkatkan status gizi anak dan menurunkan kejadian anak stunting dengan menggunakan model logistik biner. Namun demikian, studi ini menemukan temuan menarik bahwa pengambilan keputusan ibu dalam rumah tangga memiliki pengaruh yang berbeda tergantung pada wilayahnya. Hasil menunjukkan bahwa menangani perempuan sebagai intervensi kelompok sasaran dengan melibatkan suami/laki-laki dengan pengetahuan gizi, dan dukungan keuangan untuk memajukan peran perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkontribusi pada hasil gizi yang lebih baik untuk anak-anak (mereka). ......Indonesia is a developing country facing major health problems caused by malnutrition. Malnutrition has a long-term effect on children's development. The lack of roles of women may lead to negative outcomes on children's nutritional status. This study aims to explore the relationship of maternal decision-making on child nutrition. Linear regression and binary logistic with time lag and data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) of 2007 and 2014 are used in this study. The OLS model's result indicates that maternal decision-making in the household in their share in the food expenditure has a weak correlation in increasing children's nutritional status and leading stunted children's experience using the binary logistic model. However, this study reveals the interesting finding of maternal decision-making in household influence differently depending on the area. Results suggest that addressing women as targeting groups intervention and involving men in nutritional knowledge, skills, and financial backing for advancing women's role in decision-making contributes to better nutritional outcomes for (their) children.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aidil Adhawiyah
Abstrak :
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Bila terjadi pada anak balita maka akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah yang menderita kekurangan gizi juga memiliki kekurangan gizi mikro (micronutrient) zat besi dan seng (zinc), hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan potensi intelektualnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh Departemen Gizi Fakultas Kedokteran UI tahun 2008 pada penelitian 'Micronutrient Status After Milk Supplementation in Urban-Poor Schoolchildren in Jakarta and Solo' dan penelitian oleh Yuniarty (2008) 'Status Gizi Anak Sekolah Usia 7 -9 tahun di Daerah Miskin Perkotaan Jakarta Setelah Penghentian Susu Fortifikasi' yang dilaksanakan pada bulan agustus 2007 sampai dengan bulan Mei 2008. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan uji regresi generalized estimating equation (GEE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan dan tinggi badan anak pada anak yang diberi intervensi, tidak ada perbedaan status gizi antara anak yang diberi susu fortifikasi dengan anak yang diberi susu tanpa fortifikasi, dan status gizi pada anak yang diberi susu fortifikasi dan susu tanpa fortifikasi tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, penghasilan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, pendidikan ibu dan kebiasaan minum susu. Disarankan, untuk mengetahui efek pemberian susu fortifikasi zat besi dan seng terhadap status gizi diperlukan waktu penelitian yang lebih lama dan menggunakan sampel anak yang mempunyai gizi baik maupun buruk. ......Nutrient problem comprises of macronutrient and micronutrient. Macronutrient problem is caused by lack of or imbalance between energy and protein. When it happens to children it will cause marasmus, kwashiorkor or marasmic-kwashiorkor and result in growth interference. Children in the school period who suffer from lack of nutrient will also suffer from lack of micronutrient iron and zinc, which would influence their physical and intellectual potential growth. This research utilizes secondary data which collected by Nutrient Department of Medical Faculty of UI year 2008 on the research of 'Micronutrient Status After Milk Supplementation in Urban-Poor Schoolchildren in Jakarta and Solo' and research by Yuniarty(2008) 'Nutrient Status for Schoolchildren Ages 7-9 years old in Urban-Poor Jakarta after the Discontinuance of Fortified Milk' (Status Gizi Anak Sekolah Usia 7-9 tahun di Daerah Miskin Perkotaan Jakarta Setelah Penghentian Susu Fortifikasi) which carried out on August 2007 until May 2008. The data was analyzed using regression test 'Generalized Estimating Equation' (GEE). Result of those studies show that the weight and height of the children who were given intervention were increasing, with no nutrient status differences between the children who were given fortified milk and the children who were given unfortified milk. The nutrient status is not influenced by food, parenting income, total children in family, mother education or milk drinking habit. It is suggested though, that a longer and more extensive research using a wider sample of children with good and bad nutrient status is needed to find out how iron and zinc in fortified milk would affect the nutrient status in children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T28384
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Rahmadia Ekawidyani
Abstrak :
Anak sekolah menghabiskan sebagian besar aktivitas sehari-hari di sekolah. Mereka memerlukan asupan gizi yang cukup untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh, dan aktivitas sehari-hari. Makanan jajanan dapat memenuhi sebagian kebutuhan gizi mereka, walaupun keamanannya masih diragukan karena mengandung kontaminan kimia. Studi ini menilai kontribusi makanan jajanan terhadap asupan gizi dan pajanan kontaminan di antara anak-anak sekolah di Kecamatan Senen. Studi ini merupakan studi potong lintang dengan metode pengambilan contoh secara purposif untuk sekolah dan acak untuk siswa kelas 4 dan 5 SD. Beberapa metode yang digunakan antara lain wawancara terstruktur, daftar ceklis makanan, 3 hari recall 24 jam, pengukuran antropometri, dan analisis kimia kontaminan. Makanan jajanan berkontribusi sekitar seperlima hingga sepertiga terhadap asupan gizi sehari. Kontaminan yang ditemukan adalah formaldehid, siklamat, dan timbal. Sebagian subjek terpajan formaldehid (9.2% jika menggunakan batas aman WHO, 77.6% jika menggunakan batas aman BPOM) dan siklamat (11.8%) di atas batas aman individual mereka.
Abstract
School children spent most of their daily activity at school. They need adequate nutrient to provide their growth, body maintenance and daily activities. Street food can provide some nutrient for their daily need, although its safety is still doubtful due to presence of chemical contaminants. This study assessed the contribution of street food to nutrient intake and contaminant exposure among school children in Senen subdistrict, Jakarta, Indonesia. A cross sectional study was done with purposive sampling of school and students from grade 4-5 selected randomly. Several methods were used, such as structured interview, food checklist, repeated 24 hour recalls, anthropometric measurement and chemical analysis of contaminants. Street food contributed about one fifth to one third to nutrient intake. Contaminants found in this study were formaldehyde, cyclamate and lead. Some subjects were exposed to formaldehyde (9.2% using WHO cutoff, 77.6% using NADFC cutoff) and cyclamate (11.8%) above their individual safety level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T31032
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitha Dwita Putriani
Abstrak :
Tujuan dari studi ini adalah untuk membandingkan status gizi dan penyakit infeksi pada anak usia 12-59 bulan antara kelompok yang menerima dosis penuh dan yang menerima setengah dosis/tanpa kapsul vitamin A di perkotaan miskin Paseban. Studi cross sectional ini, 429 anak direkrut melalui sampel random sederhana dan purposive sampling. Status gizi dan prevalensi penyakit infeksi antar grup tidak berbeda secara signifikan. Studi ini menemukan pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu, keterpaparan informasi mengenai suplementasi vitamin A dan pengetahuan pengasuh yang lebih baik mengenai vitamin A lebih tinggi ditemukan pada anak kelompok dosis penuh dibandingkan kelompok setengah dosis/tanpa kapsul vitamin A.
Abstract
The aim of study was to compare nutritional status and infectious diseases among children aged 12-59 months old betwen groups receiving full doses and half/no dose of vitamin A capsules in urban poor Paseban. This cross sectional study, 429 were recruited through simple random and purposive sampling. Nutritional status and prevalence of infectious diseases between groups were not significantly different. This study found that utilization of health services in posyandu, exposure about vitamin A supplemantation from caregivers and better knowledge of cargeivers on vitamin A were higher found among children in full doses group compared to those in half/no dose group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T31026
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusi Fitriyanti
Abstrak :
ABSTRACT
Status gizi balita tetap kurus walauapun sudah mendapatkan PMT. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui Pemberian Makanan Tambahan dan faktor apa sajayang berperan terhadap perbaikan status gizi balita penerima program PMT diKota Tanjungpinang. Jenis penelitian adalah case control dengan tehnikprobability sampling. Sampel penelitian sebanyak 44 responden yang terbagimenjadi 2 kelompok yaitu 26 kasus dan 18 kontrol. Data dianalisis menggunakanuji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermaknaantara pendidikan ibu p=0,010, OR=6,66 dengan CI 95 =1,74-25,43 , danpendapatan keluarga p=0,026, OR=5,23 dengan CI 95 =1,40 ndash; 19,51 . Variabelyang tidak berhubungan PMT dapat dihabiskan balita p=1,000, OR=1,19 denganCI 95 =0,24-5,76 , yang menghabiskan PMT p=0,20, OR=2,56 dengan CI95 =0,66-9,96 , penyakit infeksi p=0,577, OR=0,58 dengan CI 95 =1,40-9,51 ,pengeluaran pangan keluarga p=0,240, OR=0,33 dengan CI 95 =0,07-1,65 ,perilaku pemberian makan p=1,00, OR=0,83 dengan CI 95 =0,23-2,89 , ASIEksklusif p=0,417, OR=2,00 dengan CI 95 =0,59-6,77 , waktu akses kepelayanan kesehatan p=0,314, OR=0,47 dengan CI 95 =0,11-1,89 , modatransportasi ke pelayanan kesehatan p=0,697, OR=0,63 dengan CI 95 =0,13-2,96 dan kelengkapan imunisasi p=0,009, OR=1,47 dengan CI 95 =0,42-5,12 dengan status gizi balita yang mendapatkan PMT di Kota Tanjungpinang tahun2017.
ABSTRACT
Nutritional status of infants are remain thin even though they have gotSupplementary Feeding Program. This study aims to determine theSupplementary Feeding Program and factors that play a role to improve thenutritional status of children under five years who receiving SupplementaryFeeding Program in Tanjungpinang. A case control method, with a probabilitysampling technique, was carried out in this study. As many as 44 respondentswere divided into 2 groups 26 cases group and 18 control group . The data wereanalyzed by using Chi square test. The study revealed two findings. First, therewere significant correlation of Mother education level p 0,010, OR 6,66 with CI95 1,74 25,43 , and family income p 0,026, OR 5,23 with CI 95 1,40 19,51 . Second, there were no correlation of supplementary feeding can be spent p 1,000, OR 1,19 with CI 95 0,24 5,76 , who spent the supplementaryfeeding p 0,20, OR 2,56 with n CI 95 0,66 9,96 , infectious disease p 0,577, OR 0,58 with CI 95 1,40 19,51 , family food expenditure p 0,240,OR 0,33 with CI 95 0,07 1,65 , feeding behavior p 1,00, OR 0,83 with CI95 0,23 2,89 , exclusive breast feeding p 0,417, OR 2,00 with CI 95 0,59 6,77 , time of access to health services p 0,314, OR 0,47 with CI 95 0,11 1,89 , means of transportation to health services p 0,697, OR 0,63 with CI95 0,13 2,96 and complete immunization p 0,009, OR 1,47 with CI95 0,42 5,12 with nutritional status of children under five who gainsupplementary feeding program in Tanjungpinang City 2017.
2017
S68036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Anitya Iskaningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian cross sectional yang bertujuan membentuk model prediksi VO2max untuk anak usia 10-11 tahun. Pada penelitian ini juga dilihat hubungan antara jenis kelamin, status gizi, asupan gizi, dan aktivitas fisik dengan nilai estimasi VO2max. Penelitian dilakukan dengan tes berjalan 1 mil yang melibatkan 111 siswa kelas 4 dan 5 di SDN 1 Tersobo, SDN 2 Tersobo dan SDN 3 Tersobo. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai VO2max pada perempuan (39,77 ml/kg/menit) lebih rendah dibandingkan laki-laki (50,67 ml/kg/menit). Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan VO2max pada penelitian ini adalah jenis kelamin, status gizi (IMT/U dan TB/U), asupan kalsium, aktivitas fisik, denyut nadi, dan waktu tempuh tes. Hasil analisis multiregresi menunjukkan variabel yang dominan adalah jenis kelamin, denyut nadi dan waktu tempuh dengan persamaan model prediksi VO2max = 123,49 + (6,10 x jenis kelamin) - (0,17 x denyut nadi) - (3,11 x waktu tempuh tes). Status gizi yang baik, asupan kalsium yang cukup dan aktivitas fisik secara teratur diperlukan untuk mencapai nilai VO2max yang baik.
ABSTRACT
The primary purpose of this cross sectional study was to develop VO2max prediction model for the 10-11 years children. This study also examined the correlation of sex, nutritional status, nutritional intake, and physical activity with VO2max. The sample was 111 (male = 48; female = 63 girls) elementary students from SDN 1 Tersobo, SDN 2 Tersobo, and SDN 3 Tersobo. VO2max was measured by one mile walk test. The mean value of VO2max was higher in male students than female students (male = 50,67 ml/kg/minute; female = 39,77 ml/kg/menit). By bivariat analysis, sex, nutritional status (BMI/U and height/U), calcium consumption, and physcial activity was significanly related to VO2max. Multiple regression analysis to estimate VO2max from one mile walk test was this following model : VO2max = 123,49 + (6,10 x sex) - (0,17 x heart rate) - (3,11 x walk time). Good nutritional status, adequate intake of calcium and increase physical acivity are required to improve VO2max.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S1917
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yeyen Fidyani
Abstrak :
Status gizi yang buruk terutama selama masa anak-anak berdampak negatif pada kehidupan awal, serta sepanjang siklus hidup manusia. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan status gizi anak-anak adalah bargaining power ibu. Penelitian-penelitian sebelumnya masih memiliki keterbatasan: (1) penggunaan data cross-sectional, padahal status gizi (stunting) merupakan akumulasi periode sebelumnya dan bargaining power merupakan suatu proses, sehingga untuk melihat hubungan kausalitas kurang tepat jika menggunakan data cross-sectional; (2) pengukuran bargaining power masih menggunakan pendekatan tidak langsung yang umumnya berkisar pada kepemilikan ekonomi, sementara ada indikator yang lebih baik yaitu dengan pendekatan langsung melalui pertanyaan tentang pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bargaining power ibu terhadap status gizi anak di Indonesia. Unit analisisnya adalah anak berusia 7-19 tahun (IFLS5) yang masih memiliki dan tinggal bersama orang tua (IFLS4). Dengan menggunakan metode estimasi OLS, hasilnya menunjukan bahwa bargaining power ibu signifikan dan positif memengaruhi status gizi anak yang diukur dengan z-score TB/U. Demikian juga dengan status bekerja ayah, pendidikan dan tinggi badan orang tua, jenis kelamin anak, pendapatan dan kepemilikan aset rumah tangga, serta status kota-desa. Sedangkan bargaining power ayah dan status bekerja ibu tidak signifikan, bahkan umur dan jumlah saudara kandung anak memiliki dampak negatif.
Poor nutritional status, especially during childhood, has a negative impact on early life as well as throughout the human life cycle. One of the factors that influence the improvement of children's nutritional status is the bargaining power of mothers. Previous studies still have limitations: (1) the use of cross-sectional data, whereas nutritional status (stunting) is the accumulation of previous periods and bargaining power is a process, so to see causality is less appropriate when using cross-sectional data; (2) the measurement of bargaining power still uses an indirect approach which generally revolves around economic ownership, while there are better indicators, namely a direct approach through questions about decision making in the household. This study aims to see the effect of bargaining power of mothers on children's nutritional status in Indonesia. The unit of analysis is children aged 7-19 years (IFLS5) who still have and live with parents (IFLS4). Using the OLS estimation method, the results show that maternal bargaining power is significant and positively influences the child's nutritional status as measured by the z-score TB/U. Likewise with the working status of the father, education and height of the parents, the sex of the child, income and ownership of household assets, as well as the status of the urban-rural. While the father's bargaining power and mother's working status are not significant, even the age and number of siblings have a negative impact.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joseph Prasetyo
Abstrak :
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di negara berkembang termasuk Indonesia. Hasil RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi anak balita yang stunting adalah 37,2% dan anak usia 5-12 tahun memiliki prevalensi 30,5%. Banyak faktor yang dapat menimbulkan terjadinya stunting, salah satunya nutrisi. Salah satu komponen nutrisi yang penting dipenuhi untuk pertumbuhan anak adalah asupan protein. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran subjek penelitian berdasarkan karakteristik sosiodemografi, indikator TB/U, dan asupan protein serta mengetahui ada tidaknya korelasi antara asupan protein dan intikator TB/U. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan data sekunder dari penelitian primer yang berjudul “The effect of Frisian Flag GUM 456 ((isomaltulose enriched and mineral and vitamin fortified) on cognitive performance parameters in young children (5-6 years old)”. Subjek penelitian yaitu anak usia 5-6 tahun yang berdomisili di Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Data asupan protein didapatkan dengan menggunakan instrumen semi-kuantitatif food frequency questionnaire (FFQ) dan data antropometri tinggi badan diukur dengan alat pengukur mikrotoise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20% subjek penelitian memiliki persentil TB/U kurang dari 5 (stunted) dan masih terdapat beberapa subjek (8,6%) yang memiliki asupan protein kurang dari AKG. Namun, tidak terdapat korelasi bermakna antara asupan protein dan indikator TB/U (p=0,903). ...... Stunting is one of serious health problems in developing country including Indonesia. Result from RISKESDAS 2013 shows that Indonesia has a prevalence of stunting toddlers 37.2% and prevalence of 5-12 years old stunting children 30.5%. There are many factors contributing to stunting, including nutrition. One of essential nutrients for children growth is protein. The aim of this study is to know subject distribution based on characteristic of sociodemography, height-for-age index, protein intake and corelation between protein intake with height-for-age index of 5-6 years old children in Jakarta. This study uses cross-sectional design of secondary data from primary study with title “The effect of Frisian Flag GUM 456 ((isomaltulose enriched and mineral and vitamin fortified) on cognitive performance parameters in young children (5-6 years old)”. Subject is 5-6 years old children who lives in Jalan Kimia, Jakarta Pusat. Protein intake is measured by semi-quantitative instrument food frequency questionnaire (FFQ) and antropometric body height is measured by microtoise. The results show that there are 20% subject who have height-for-age (H/A) index below 5th percentile and 8.6% subject have protein intake less than AKG. Nevertheless, there is no significant correlation between protein intake and height-for-age (H/A) index (p=0.903).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriatul Isnaini
Abstrak :
ABSTRACT
Stunting atau kependekan (PB/U <-2 SD) merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan linier yang banyak muncul di wilayah negara berkembang termasuk Indonesia. Stunting mengancam kesehatan, mengurangi kesempatan pencapaian pendidikan dan pendapatan tinggi. Potensi genetik stunting yang menurun memperpanjang risiko stunting antargenerasi. Stunting dapat jelas teramati ketika anak-anak. Intervensi dini diperlukan untuk menurunkan prevalensi stunting dan dampak. Penelitian ini melibatkan 133 pasang ibu dan bayi di enam posyandu. Penelitian menggunakan desain potong lintang untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada anak usia 12-23 bulan. Penelitian dimulai pada 10 April sampai 5 Mei 2014. Uji chi-square mendapati tinggi badan ibu, panjang lahir anak, berat lahir anak, asupan zink, dan riwayat infeksi adalah faktor-faktor yang berhubungan bermakna terhadap stunting. Hasil analisa multivariat menunjuk asupan zink sebagai faktor dominan terhadap stunting pada anak usia 12-23 bulan. Peneliti menyarankan pemerintah untuk mempertimbangkan suatu program suplementasi bagi ibu yang melanjutkan menyusui hingga anak berusia dua tahun.
ABSTRACT
Stunting or short stature (HAZ<-2 SD) is a linear growth failure that largely occur in developing countries included Indonesia. Stunting is a main malnutrition problem that threatening health, reducing high-education level attainament and income level. Stunting has a phenotype potential that genetically given from parents that causing a long-bad short stature cycle, called intergenerational cycle. Stunting can clearly observe in children. Early intervation is needed for cutting down stunting prevalence and reducing effects. This study aim for finding factor that most contribute to stunting aged 12-23 months by using a cross sectional design. It started on April 10th until May 5th 2014. There was 133 pairs mother-child who completely involved in this study. This study reported that 21,8% toddler are stunting. Chi-square anlysis found maternal height, child birth-length, child birth-weight, zinc intake, and infection frequent are factors related to stunting. Furthermore, multivariate anlysis result showed that zinc intake as dominant factor related to stunting aged 12-23 months. It suggest for stakeholder to consider a supplementation program for mother who countinous suckling until her toddler aged two years old.
2014
S55725
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>