Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soehardjono Sastromihardjo
"Pengetahuan tentang gastroenterologi anak dalam berbagai aspeknya telah sangat berkembang, yang meliputi antara lain
  1. Perkembangan prosedur biopsi mukosa usus melalui mulut yang memungkinkan kita mempelajari struktur dan aspek biokimiawi jaringan mukosa hidup;
  2. Prosedur intubasi duodenum yang memungkinkan diperolehnya isi lumen usus dari berbagai tempat;
  3. Teknik endoskopi disertai fotografi dan ultrasonografi yang menambah pengetahuan baru;
  4. Perkembangan pengetahuan imunologi usus memungkinkan kita untuk selanjutnya mempelajari imunisasi oral;
  5. Perkembangan pengetahuan enzimologi usus dan penyelidikan proses transportasi memungkinkan kita untuk selanjutnya mempelajari proses biokimiawi dan metabolik.
Fungsi Traktus Gastrointestinal
Fisiologi traktus gastrointestinal terdiri dari rangkaian proses makan (ingesti), pengeluaran getah pencemaan (sekresi), pencemaan (digesti), dan penyerapan (absorpsi) makanan. Getah pencemaan membantu pencemaan (digesti) makanan, hasil pencemaan diserap (absorpsi) ke dalam tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi, digesti, dan absorpsi terjadi secara berkesinambungan pada bagian traktus gastrointestinal mulai dari mulut sampai ke rektum.
Selain fungsi tersebut masih terdapat fungsi lainnya, yaitu fungsi motilitas dan imunologis. Secara bertahap massa hasil campuran makanan dan getah pencemaan (bolus) yang telah dicemakan didorong / digerakkan ke arah anus. Fungsi traktus gastrointestinal yang berkaitan langsung dengan tumbuh kembang anak adalah digesti dan absorpsi.
Digesti dan absorpsi karbohidrat
Karbohidrat yang terpenting dalam diet bayi adalah laktosa, sedang pada dewasa 60 % dari karbohidrat dalam diet adalah tepung dengan sukrosa dan sedikit sekali laktosa. Walaupun konsep digesti disakarida dalam lumen usus telah diterima bertahun-tahun lamanya, namun sekarang jelas bahwa hidrolisis oleh enzim disakaridase terjadi di sel mukosa usus halus.
Pada absorpsi monosakarida, misalnya glukosa, kini terbukti diperlukannya zat yang membantu transportasi aktif glukosa tersebut, yaitu Na+. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang mudah dicerna, dengan osmolaritas rendah, yaitu 1/5 osmolaritas glukosa.
Digesti dan absorpsi lemak
Lemak makanan terutama terdiri dan trigliserid rantai panjang (TRP), yaitu ester gliserol asam lemak dengan rantai sebanyak 16- 18 atom C. Trigliserid rantai sedang (TRS), asam lemak dengan 6- 12 atom C, hanya terdapat dalam jumlah sedikit dalam alam. Di samping itu terdapat lemak tidak jenuh (LTJ), yang terdapat banyak pada tanaman.
Lemak TRP diabsorpsi melalui fase intralumen yang memerlukan lipase pankreas dan garam empedu, pasase dalam sel mukosa, re-esterifikasi menjadi trigliserid dalam sel mukosa, pembentukan kilomikron, dan masuknya kilomikron ke dalam sistem limfe.
TRS diserap lebih cepat daripada TRP. Absorpsi TRS tidak dipengaruhi oleh defisiensi garam empedu dan hanya sedikit dipengaruhi oleh tidak adanya lipase pankreas. Namun, mungkin trigliserid yang tidak terhidrolisis akan dihidrolisis oleh lipase intrasel spesifik. TRS diangkut sebagai asam lemak bebas melalui vena porta.
Absorpsi akan lebih baik bila TRS dikombinasi dengan TRP daripada sendiri. Absorpsi optimal terjadi pada campuran 4 bagian TRS dan 3 bagian TRP. Hal ini merupakan informasi yang berguna sebagai dasar perencanaan diet dengan TRS. Kombinasi TRS dengan lemak tidak jenuh atau LTJ, misalnya minyak jagung, paling balk bila perbandingan TRS : LTJ = 2 : 3."
Jakarta: UI-Press, 1990
PGB 0107
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Osrizal Oesman
"Pendahuluan
Penduduk Asia, sebagian Afrika dan Amerika Latin banyak mendapat kesulitan untuk hidup di kota dalam mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak mendapatkan hal tersebut (kehidupan lebih baik), karena satu sama lain mempunyai taraf hidup dalam garis kemiskinan. Mereka hidup di kantong-kantong dalam kota yang begitu besar dengan kecil harapan untuk mendapatkan fasilitas pendidikan dan pemeliharaan kesehatan yang layak sehingga penyakit mudah menyebar. Timbul pertanyaan bagaimana memperbaiki atau meningkatkan pemeliharaan kesehatan untuk mengatasi keadaan diatas, khususnya pada masyarakat/penduduk yang miskin dan tak ada kemajuan dalam status social.
Tahun demi tahun permasalahan akan meningkat. Badan Statistik Amerika Serikat meramalkan bahwa pada tahun 2000 ke atas, lebih dari 50% penduduk dunia akan tinggal di daerah urban. Enam puluh kota di dunia akan mempunyai penduduk lebih dari 5 juta jiwa, 45 kota berada di negara sedang berkembang. Selanjutnya diperkirakan lebih dari 75% penduduk Amerika Latin akan berada di kota dan kira-kira 40-50% akan tinggal di kantong-kantong tersebut (Tabibzadeh, 1987. Kita simak pendapat Donohue yang di kutip oleh Mandl (1982) yang mengatakar, sebagai berikut: "Pada tahun 2000, 76% penduduk akan berada di daerah-daerah urban di Amerika Latin, 74% di beberapa tempat di Asia, 70% di Timur Tengah. Lebih dari 60 kota akan mernpunyai penduduk diatas 5 juta jiwa, 45 kota tersebut berada di dunia ke tiga".
Latar belakang Masalah
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan anak di lapangan pada tahun-tahun terakhir ini perlu memperhatikan secara lebih seksama kehidupan enam tahurn pertama si anak karena ini akan menentukan masa depannya (UNESCO, 1976). Jumlah anak berumur kurang dari 6 tahun pada suatu populasi tidak dapat diabaikan, ini berkisar antara 10-20 % tergantung pada negara masing-masing. Kelompok ini termasuk kelompok umur risiko tinggi dengan tingkat morbiditas dan mortalitas sangat tinggi terutama di negara sedang berkembang. Ini menunjukan betapa pentingnya pembinaan, pencegahan dan penyuluhan bagi anak kelompok umur tersebut untuk mencapai kondisi terbaik serta mengurangi risiko yang ada (UNESCO, 1976)?
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva J. Soelaeman
"PENDAHULUAN
Pertumbuhan jasmani anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Walaupun teknologi kedokteran telah mengalami kemajuan yang pesat dalam mencari faktor penyebabnya, antara lain gangguan nutrisi atau endokrin, tetapi pada sebagian anak faktor tersebut masih tetap tidak jelas ; diduga faktor Iingkungan mempunyai pengaruh yang besar (Sills, 1978).
Mazur (1959) melaporkan bahwa kelainan jantung bawaan (KJB) merupakan penyebab hambatan pertumbuhan nomor dua terbanyak setelah malnutrisi. Setelah itu banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh KJB pada pertumbuhan jasrnani anak (Mehrizi dan Drash, 1962; Krieger, 1970; Strangway dkk., 1976; Chan dkk., 1988).
Richard (1952), Engle dkk (1958) dan Suoninen (1971) telah melaporkan bahwa pada 25- 50% penderita KJB akan menderita hambatan pertumbuhan, walaupun Strangway dkk. (1976) tidak dapat membuktikannya. Besarnya variasi persentase kejadian hambatan pertumbuhan mungkin disebabkan karena perbedaan kriteria yang dipakai.
Di Indonesia pernah dilaporkan hambatan pertumbuhan yang terjadi pada 18 dari 36 bayi (50%) dengan kelainan jantungbawaan yangditeliti (Lilamurti,1987)
dan ternyata lebih berat di kalangan penderita KJB sianotik. Tetapi pengaruh defek septum ventrikel (ventricular septal defect = VSD) pada pertumbuhan jasmani anak umur 1-5 tahun belum pernah dilaporkan. Mengingat angka kejadian KJB cukup tinggi yaitu sekitar 8 perseribu kelahiran hidup (Bound dan Logan, 1977; Keith dkk., 1978) dan 41,3 % di antaranya adalah penderita VSD (Nadi dkk.,1981) maka di Indonesia diperkirakan akan lahir 10.000 bayi dengan VSD pertahun. Dari jumlah tersebut 25-50% akan mengalami hambatan pertumbuhan, atau sekitar 2.500 - 5.000 anak dengan pertumbuhan terhambat akan bertambah - setiap tahun.
Dengan melakukan pemantauan yang seksama maka diharapkan hambatan pertumbuhan yang terjadi dapat cepat diketahui dan VSD berat dapat diatasi sedini mungkin, baik secara konservatif maupun secara bedah.
Dalam menentukan beratnya kelainan hemodinamik, Nadas dan Fyler (1972) membagi pasien VSD menjadi 4 kelompok, yang dibuat berdasarkan hasil kateterisasi jantung. Kemudian Rilantono dkk. (1981) mencoba membuat penggolongan berat ringannya kelainan hemodinamik berdasarkan klinis, elektrokardiografis dan radiologis (KER). Dengan skor KER ini.penderita dibagi dalam 4 golongan berdasarkan jurrilah skor (lihat lampiran). Tetapi karena pada penelitian ini yang dicari adalah hubungan antara kelainan hemodinamik dengan pertumbuhan jasmani yang termasuk unsur berat badan di dalamnya, maka Madiyono (1987) membuat skor berdasarkan klinis, elektrokardiografis, radiologis clan ekokardiografis (MERE) tanpa memasukkan kriteria berat badan (libat lampiran).
PERMASALAHAN
Masih tingginya frekuensi hambatan pertumbuhan jasmani di kalangan anak-anak yang menderita KJB, menimbulkan beberapa pertanyaan penting yang masih perlu dicari jawabannya :
1. Sampai saat ini belum ada laporan mengenai pertumbuhan jasmani anak umur 1-5 tahun dengan VSD di Indonesia. Apakah pads umur tersebut,VSD merupakan faktor yang penting sebagai penyebab hambatan pertumbuhan jasmani anak bila dibandingkan dengan anak sehat seusia ditinjau dari pemeriksaan antropometri dan laboratorium (albumin, globulin dan kolesterol).
2. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan jasmani anak dengan VSD berdasarkan berat ringannya kelainan hemodinamik dibandingkan anak sehat seusia?
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hop, Le Thi
"ABSTRACT
Under nutrition among Vietnamese children is still a serious health problem. Growth retardation starts as early as 4 to 6 months of life and the prevalence of stunting has remained high (46.9% in 1994). It is documented that growth retardation during early childhood works through in adolescence and is rarely made up; it could also affect cognitive development of children, which eventually influence economic and human development. A longitudinal study on growth and development of Vietnamese children in Hanoi from birth to 17 years old was carried out from 1981 up to 1999.
Objectives: To investigate the physical growth, maturation age and academic performance of Vietnamese children on a longitudinal basis from birth to 17 years old and observe their secular trends.
Study design: A longitudinal observational study with 2 main cohorts: cohort A and cohort B.
Subjects of the study:
- Cohort A: 300 newborns, who fulfilled the selection criteria (gestational age from 38 to 42 weeks, birth weight 2500g, normal singleton birth without physical abnormalities, "Kish" ethnic group. mother's age: 20 to 35 years, and apparently healthy parents were randomly recruited and followed-up from birth to 17 years old (1981-1999).
- Cohort B. 200 children, who fulfilled above-mentioned criteria, were randomly selected and followed-up, from birth to 12 months; and 200 children were followed-up, from 12 to 24 months (1997-1999).
Monitoring of physical growth: Weight, height, feeding practices and diseases were recorded monthly from birth w 12 months, three monthly from 12 to 36 months, six monthly from 36 to 72 months, and annually thereafter until 17 years of age.
Results: Mean body weight and height of children from both cohorts at birth were lower than the NCHS reference. Then their weight and height during the first 3-4 months (cohort A) and 5-6 months (cohort B) were comparable to NCHS reference data. However, these trends were going down on subjects' aged above 6 months onwards. Physical growth of the children in cohort B, who have been in better living conditions, health care and more appropriate feeding practices, was better than the other counterparts (cohort A) comparable to French Vietnamese in Paris (1986).
The most intense period of growth retardation was observed in children aged 12 10 24 months. Children who were stunted during early childhood were still shorter than those non-stunted ones over observed period from birth to 17 years of age; the children who were stunted during childhood matured later and had lower academic performance than the well-nourished ones.
Birth weight, diarrhea and ARI were found to be the main determinants /or nutritional status of the children. Nutritional status of the parents in cohort B was also better compared to that of cohort A, - and the nutritional status of the children, whose mothers were undernourished, was worse than that those of well nourished mothers. Long term effect of exclusive breast feeding on nutritional status of children leas observed in cohort A, however, it was correlated with WAZ of the children in cohort B only during the first 3 months of age.
Conclusions: There was a positive secular trend in growth of Vietnamese children over the last 2 decades. There was a partial catch-up growth among the snorted children during adolescence. Birth weight, diarrhea and ARI were the main determinants for nutritional status of the young children. Exclusive breast-feeding determined nutritional status of children in cohort A over the period from birth to 24 months old, however, it was correlated with WAZ of the children in cohort B only during the first 3 months (Ore. Nutritional status of both children and mothers can he used as an indicator for quality of life. The stunted children at preschool age matured later and had lower academic performance than the non-stunted ones."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
D83
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annas Buanasita
"Addressing public health problems of child malnutrition in Indonesia needs an appropriate integrated health and nutrition program. Positive Deviance Approach integrated with Posyandu TKA (Tumbuh Kembang Anak) offered an excellent opportunity to alleviate the health and malnutrition problem. A community trial study was conducted with a main objective to measure the effect of 3-month Positive Deviance Approach (PDA) integrated with posyandu TKA on growth of the children under five in Pandeglang District, Banten Province, Indonesia.
This research report is divided into three parts. Part 1 includes comprehensive reviews on the background of the study, rationale of the study, literature review, conceptual framework, hypothesis, objectives and variable indicator matrix.
Part 2 covers the manuscript for publication with a title of "The Effectiveness of 3-months Positive Deviance Approach (PDA) integrated with Posyandu TKA (Tumbuh KembangAnak) on Growth of Underweight Children 6-59 months in Pandeglang District, Banten Province, Indonesia". It is written and formatted in accordance with the instructions for author of The Journal of Nutrition.
Part 3 shows the supporting documents including important results that are not included in the manuscript, detailed methodology, grant approval, curriculum vitae and list of references for this research. List of operational definition and abbreviation are also included as guide for the readers.
It is hoped that the results of this study will serve as reference data and advocacy tool for intervention program to address under nutrition among children. It can also be use for planning and implementation of future programs especially for Posyandu Revitalization Program in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tanner, J.M.
Cambridge, UK: Mass. : Harvard University Press, 1990
612.647 TAN f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar
"Periode golden age atau 1000 HPK merupakan fase penting bagi balita stunting untuk mengejar ketertinggalan pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Ibu sebagai pengasuh utama memiliki peran yang penting dalam menunjang balita untuk dapat mengalami pemulihan menjadi tidak stunting. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman ibu dalam merawat balita stunting usia kurang dari 24 bulan yang mengalami pemulihan. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi deskriptif pada 17 ibu yang memiliki pengalaman merawat balita melalui wawancara mendalam dengan menggunakan analisis collaizi. Hasil penelitian menemukan 7 tema yaitu (1) respon ibu mengenai balita stunting, (2) faktor penyebab stunting pada balita, (3) pandangan ibu mengenai pemulihan stunting, (4) faktor yang mempengaruhi pemulihan pada balita stunting, (5) hambatan merawat balita stunting, (6) cara mengatasi hambatan, (7) harapan ibu pada balita yang telah pulih dari stunting. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam memberikan intervensi keperawatan komunitas bagi ibu atau keluarga yang memiliki balita dengan stunting untuk mencapai kondisi pemulihan.

The golden age period or 1000 HPK is an important phase for stunting toddlers to catch up on the growth and development process. Mothers as the main caregiver have an important role in supporting toddlers to be able to experience recovery from stunting. The purpose of this study was to obtain a description of the mother's experience in caring for stunted toddlers aged less than 24 months who experienced recovery. This study used descriptive phenomenological methods on 17 mothers who had experience caring for toddlers through in-depth interviews using collaizi analysis. The results of the study found 7 themes, namely (1) mothers‘ responses regarding stunted toddlers, (2) factors that cause stunting in toddlers, (3) mothers’ views on stunting recovery, (4) factors that affect recovery in stunted toddlers, (5) obstacles to caring for stunted toddlers, (6) how to overcome obstacles, (7) mothers' expectations for toddlers who have recovered from stunting. This research is expected to provide an overview in providing community nursing interventions for mothers or families who have toddlers with stunting to achieve recovery conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mefrie Puspita
"Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan sejak dini. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Desain penelitian menggunakan “cross sectional”, yang melibatkan 100 responden yaitu ibu dan anak balita usia 0-59 bulan di Kota Jambi. Instrumen menggunakan kuesioner tentang karakteristik responden, alat pengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala beserta kuesioner, formulir KPSP, kuesioner stimulasi dan pola asuh.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara usia anak balita dengan perkembangan (p-value=0,014, α=0,05) dan ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan anak balita (p-value=0,030, α=0,05). Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya sosialisasi tentang stimulasi perkembangan anak kepada ibu yang memiliki balita di Kota Jambi.

The growth and development monitoring for children under five is very important in order to detect the growth and development disorder early on. The purpose of this study was to identify factors correlated with the growth and development of children under the age of five years. The study design was cross-sectional, which involved 100 respondents including mothers and children aged 0-59 months in Jambi City. The instrument consisted of a questionnaire about the characteristics of the respondents, body weight and height scale, and head circumference along with the questionnaire, KPSP forms, and the questionnaire of stimulation and parenting.
The results showed that there was no correlation between the children under five years of age and the development (p-value = 0.014, α = 0.05) and there was no correlation between the mothers' knowledge of stimulation and the development of children under five (p-value = 0.030, α = 0.05). It is recommended to improve the growth monitoring, especially for children under five in Jambi City and to optimize the socialization of the importance of the parent’s roles in providing stimulation to their children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Jastiffani Nurdin
"Tinggi badan merupakan salah satu pengukuran antropometri yang penting untuk memantau pertumbuhan dan status gizi anak. Pengukuran antropometri pengganti (surrogate anthropometric measurement) dibutuhkan dalam kondisi dimana pengukuran tinggi badan sulit untuk dilakukan dan tidak akurat. Penelitian dengan desain cross-sectional ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang ulna dan panjang kaki dengan menggunakan regresi linier. Sebanyak 49 orang anak laki-laki, dan 62 orang anak perempuan yang berasal dari 3 Pra TK/ TK di Depok, dilibatkan di dalam penelitian ini selama bulan April-Mei 2016. Tinggi badan diukur menggunakan stadiometer, panjang ulna menggunakan pita ukur non elastis, dan panjang kaki menggunakan kaliper kayu.
Hasil penelitian menunjukkan, terdapat korelasi yang sedang dan kuat antara panjang ulna dengan tinggi badan (laki-laki r = 0.682, perempuan r = 0.461), korelasi yang kuat juga ditunjukkan pada panjang kaki kanan dengan tinggi badan (laki-laki r = 0.726, perempuan r = 0.770), dan korelasi yang sangat kuat pada panjang kaki kiri dengan tinggi badan (laki-laki r = 0.830, perempuan r = 0.740). Panjang ulna dan panjang kaki merupakan indikator tinggi badan yang baik, akan tetapi, model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang kaki kiri memiliki akurasi yang lebih baik dan lebih mudah digunakan.

Height is an essential anthropometric measurement to monitor growth and nutirional status in children. Surrogate anthropometric measurements are needed when height is unobtainable and unreliable. This cross-sectional study was aim to develop prediction models from ulna and foot length by using linear regression. Boys (n= 49) and girls (n= 62) from 3 preschools in Depok were recruited in this study from April-Mei 2016. Stadiometer was used to measure height, non elastic tape to measure ulna length, and a caliper to measure foot length.
The result of this study showed that there were a medium and strong correlation between ulna length and height (boys r = 0.682, girls r = 0.461), and right-foot length and height (boys r = 0.726, perempuan r = 0.770). Stronger correlation showed between left- foot length and height (boys r = 0.830, girls r = 0.740. Ulna and foot length are good predictors, however the prediction model based on left-foot length more accurate and easier to use than the prediction model based on ulna length.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>