Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noor Arifullah
Abstrak :
ABSTRAK
Banyak studi telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan fertilitas. Namun, sebagian besar studi tersebut hanya berfokus pada pendidikan salah satu perempuan atau laki-laki saja. Masih belum banyak studi yang menggunakan pendidikan sebagai perspektif pasangan, dan biasanya studi tersebut dilakukan di negara maju. Namun di Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang, belum banyak studi yang menggunakan pendekatan pasangan ini. Studi ini bertujuan untuk melihat apakah tingkat pendidikan pasangan memengaruhi childlessness di Indonesia. Selain itu, akan ditambahkan juga karakteristik sosial ekonomi sebagai variabel kontrol. Dengan menggunakan data IFLS 2014, studi ini menginvestigasi pasangan menikah dengan usia 24 tahun atau lebih. Model regresi Probit digunakan untuk mengestimasi efek kovariat. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat pendidikan pasangan dan childlessness. Sementara pada tingkat pendidikan yang tidak setara antara suami dan istri, pasangan hypogamy lebih cenderung untuk menjadi childless.
ABSTRACT
There are many studies to explore the relationship between education and fertility. However, most of them focus on the education of women or men only. And only a few studies examine education from a couple rsquo s perspective, and they usually analyzed in the case of developed countries. Yet in Indonesia, as a developing country, not many studies use this approach. This study aims to investigate whether couples 39 educational level affect childlessness in Indonesia. Besides that, it is considered to include the socioeconomic characteristics of a couple as control variables. Using data from the Indonesian Family Life Survey IFLS 2014, this study investigates married couples aged 24 or older and uses a Probit regression model to estimate the predictors. The result shows that in Indonesia couples 39 educational level is positively associated with childlessness. Regarding inequality on the couples rsquo joint educational level, the hypogamy couples tend to be childless.
2018
T50765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miwa Patnani
Abstrak :
Setiap pasangan menikah biasanya menginginkan untuk memiliki anak sebagai keturunan. Namun tidak semua pasangan memiliki anak meskipun telah menikah bertahun-tahun dengan berbagai penyebab. Ketidakhadiran anak dalam perkawinan menimbulkan berbagai dampak baik dampak positif maupun negatif. Riset empiris menunjukkan bahwa pasangan yang tidak memiliki anak memiliki kualitas perkawinan yang rendah, namun sebagian riset lain menunjukkan kebalikannya. Perbedaan tersebut diasumsikan karena adanya perbedaan individu dalam memaknai pengalamannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana pengalaman pasangan tanpa anak dalam menjalani perkawinannya, dan bagaimana peranan konteks dalam mempengaruhi pengalamannya tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi yang menekankan pada pengalaman partisipan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang telah menikah minimal selama 3 tahun dan belum pernah memiliki anak. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) yang menghasilkan 8 tema pengalaman partisipan, yaitu pengalaman positif, pengalaman negatif, penerimaan, relasi dengan pasangan, relasi dengan lingkungan, relasi dengan Tuhan, konflik, dan penilaian pada perkawinan. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa pasangan tanpa anak merasakan pengalaman positif maupun negatif terkait dengan kondisinya. Dengan interaksi yang positif dan dukungan sosial dari lingkungan terdekat memudahkan penerimaan terhadap ketidakhadiran anak dalam perkawinan yang pada akhirnya mempengaruhi penilaian yang positif terhadap kualitas perkawinannya. ......It is such a common thought to every married couple to have children as heirs, especially in pro natalist country. Unfortunately, not every married couple could have children due to some condition, mainly infertility related. The absence of children causing both positive and negative impact to the couple. Some empirical studies showed that childless couple have a high quality married, but some studies showed the opposite result. The contradictive result assumed to be caused by the individual differences in their experiences. This study aimed to explore how involuntary childless’ experience and how these experiences affected by context. Qualitative approached using phenomenological study is considered to be the best approach to answer these research questions. Participants of this study were 11 individuals who considered as involuntary childless, have been married for at least 3 years and never have biological children. Data was gathered by in depth interview, and analyzed using Interpretative Phenomenological Analysis. Result showed 8 themes including positive experience, negative experience, acceptance, spousal relation, external relation, religious relation, conflict and marital evaluation. As a conclusion, this study suggest that involuntary childless have both positive and negative experience due to their condition. Along with positive interaction and social support, involuntary childless develop a good coping strategies to cope and lead to an acceptance to the absence of children. Furthermore, it will affect to the evaluation of the high quality of marriage.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Powell, Susan
North Sydney: Allen & Unwin/Drummond , 1992
306.87 POW w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library