Awilda Dwi Guna
Abstrak :
Dengan berbagai macam kebutuhan dan masalah pada anak dan remaja di institusi sosial, praktisi kesejahteraan anak di Panti Sosial Bina Remaja PSBR Taruna Jaya, Tebet terkadang merasa kebingungan dalam hal penanganannya. Tujuan dari penelitian ini ialah mengidentifikasi dan menjelaskan hambatan yang dihadapi oleh praktisi kesejahteraan anak di PSBR Taruna Jaya, Tebet dalam memberikan layanan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, FGD, observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Purposive sampling digunakan untuk mengikutsertakan 16 informan yang terdiri dari warga binaan sosial, praktisi kesejahteraan anak, dan pihak manajemen lembaga. Hambatan yang dihadapi oleh praktisi kesejahteraan anak antara lain ialah: kompetensi praktisi tidak sesuai dengan fungsi lembaga, ketidakmampuan menghadapi beragam karakter anak, pemberian tugas di luar tugas pokok dan fungsi, ekspektasi harapan dari lembaga yang ambigu, tidak ada metode atau panduan praktik, tidak ada supervisi dan evaluasi, tidak ada pelatihan atau pengembangan profesi, kesempatan berinovasi terhadap layanan terbatas, dan tidak adanya insentif bagi Pekerja Harian Lepas PHL. Kesimpulan dari penelitian ini ialah hambatan-hambatan tersebut ditimbulkan dari pihak internal maupun eksternal. Semua hambatan tersebut saling memengaruhi satu sama lainnya, dan hambatan yang paling signifikan ialah tidak adanya supervisi dan evaluasi walaupun mengingat ranah pelayanan anak merupakan ranah pelayanan yang paling sulit.
The variety of children and adolescents rsquo s needs and problems in social institutions sometimes makes child welfare practitioners at the Youth Social Institution Taruna Jaya, Tebet feel confused in providing services. The purpose of this study is to identify and explain the challenges issued by them. This is descriptive qualitative research and used in depth interview, FGD, observation, literature review and documentation technique for collecting data. Purposive sampling was used to select 16 participants representing the residents, child welfare practitioners, and the managers of institution. Challenges that the child welfare practitioners faced are the competence of the practitioner is inconsistent with the function of the institution, inability to handle various character of the child, additional tasks, institutional expectations tend to be ambiguous, no method or practice guide for practitioners, lack of supervision and evaluation, lack of training or professional development, limited opportunity to innovate the services, and there is no incentives provided for contract employee. The conclusion of this research was those challenges are caused by internal and external parties. All of those challenges affect each other, and the most significant is the lack of supervision and evaluation although the domain of child service is the most difficult domain of service.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library