Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Kartika Yunita
"Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah karena motivasi ibu dan  faktor  pendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan durasi pemberian ASI dan dukungan suami ibu pemberi ASI dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan. Desain penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan kepada 76 responden yang dilakukan secara konsekutif sampling di Kelurahan Tanjung Pauh, Sumatera Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner secara online  yang disebarkan kepada masyarakat Tanjung Pauh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 88,1% responden memiliki dukungan suami yang baik dan durasi pemberian ASI terbanyak adalah 10-15 menit pada masing-masing payudara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara durasi pemberian ASI dan dukungan suami ibu pemberi ASI dengan status gizi bayi 0-6 bulan di Kelurahan Tanjung Pauh (p=0,216, p=1,000, >0,05). Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendukung penelitian ini.

Exclusive breastfeeding is influenced by several things, including the mother's motivation and supporting factors. This study aims to determine the relationship between the duration of breastfeeding and support from the husband of the mother who is breastfeeding with the nutritional status of infants aged 0-6 months. The research design used in this study was a cross sectional study which was conducted on 76 respondents by consecutive sampling in Tanjung Pauh Village, West Sumatra. Data collection was carried out using an online questionnaire which was distributed to the Tanjung Pauh community. The results showed that as many as 88,1% of respondents had good husband support and the duration of most breastfeeding was 10-15 minutes on each breast. The results showed that there was no significant relationship between the duration of breastfeeding and the support of the husband of the mother who gave the breastfeeding with the nutritional status of infants 0-6 months in Tanjung Pauh Village (p = 0.216, p = 1,000,> 0.05). Further research needs to be done to support this research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Ferdi
"Latar belakang: Perkembangan anak yang optimal diperlukan untuk mendukung proses belajar di kemudian hari. Zat besi merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan dalam perkembangan otak untuk mendukung perkembangan anak, yang masih sangat diperlukan hingga usia 3 tahun. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara status zat besi dengan status perkembangan anak usia 24-36 bulan.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang eksplorasi dilakukan di Kampung Melayu, Jakarta pada bulan September sampai Oktober 2020. Subjek yang memenuhi kriteria penelitian didapatkan dengan teknik total population sampling. Data didapatkan dari wawancara karakteristik dan asupan zat besi menggunakan semi quantitative-food frequency questionnaire (SQ-FFQ), pemeriksaan antropometri, status perkembangan berdasarkan Ages and Stages Questionnaire-3 (ASQ-3), dan status zat besi dari pemeriksaan feritin, hemoglobin, dan high sensitivity C-reactive protein(hs-CRP). Analisis data menggunakan uji Chi square/Fisher, Mann-Whitney, dan regresi logistik.
Hasil: Dari 80 subjek yang berhasil diperoleh, terdapat status gangguan perkembangan pada 17,5% subjek dan status zat besi kurang pada 41,3% subjek. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status zat besi dengan status perkembangan. Dari analisis multivariat regresi logistik didapatkan status zat besi (p = 0,019) dan status gizi (p = 0,018) berkontribusi terhadap gangguan perkembangan, yaitu masing-masing sebesar 7,5 (95% CI 1,397-40,635) dan 11,45 (95% CI 1,518-86,371).
Kesimpulan: Status zat besi berkontribusi dalam perkembangan anak usia 24–36 bulan, sehingga dibutuhkan upaya untuk menjaga status zat besi selain juga status gizi anak.

Background: Optimal child development is needed to support the learning process at a later date. Iron is one of the nutrients needed in brain development to support child development, which is still very needed until the age of 3 years. This study aims to determine the association between iron status and developmental status in children aged 24-36 months.
Methods: An explorative cross-sectional study was conducted in Kampung Melayu, Jakarta, from September to October 2020. Subjects who met the research criteria were obtained using the total population sampling method. Data were obtained from interviews on characteristics and iron intake using semi quantitative-food frequency questionnaire (SQ-FFQ), anthropometric examinations, developmental status based on Ages and Stages Questionnaire-3 (ASQ-3), and iron status from ferritin, hemoglobin, and high sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) tests. Data analysis used Chi square/Fisher, Mann-Whitney test, and logistic regression.
Results: Of the 80 subjects that were obtained, there was developmental disorder in 17.5% of subjects and deficient iron status in 41.3% of subjects. There was no significant relationship between iron status and developmental status. From the multivariate logistic regression analysis, it was found that iron status (p = 0.019) and nutritional status (p = 0.018) contributed to developmental disorder, namely 7.5 (95% CI 1.397-40.635) and 11.45 (95% CI 1.518-86.371), respectively.
Conclusion: Iron status contributed to the development of children aged 24–36 months, so efforts are needed to maintain iron status as well as children’s nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library