Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elvira Primananda Putri
Abstrak :
Penyakit Covid-19 merupakan penyakit yang menyebabkan masalah pernapasan. Covid-19 memiliki beberapa gejala yang biasanya muncul setelah periode inkubasi. Beberapa gejala umum dari Covid-19 yaitu demam, batuk dan kelelahan, gejala lain seperti produksi sputum, sakit kepala, diare, dispnea, dan lymphopenia juga dapat terjadi. Beberapa pasien yang mengalami batuk dengan produksi sputum memiliki keterbatasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas secara mandiri karena sputum yang terlalu kental dan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sputum dapat menyebabkan penumpukan sputum di jalan napas yang menyebabkan obstruksi sehingga ventilasi berkurang. Salah satu peran perawat di IGD adalah melakukan stabilisasi pasien dari sisi Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE). Pada pasien dengan retensi sputum dapat mengalami penyumbatan jalan napas. Salah satu intervensi keperawatan yang umum untuk pasien dengan retensi sputum yaitu kolaborasi pemberian mukolitik dan prosedur suction. Namun prosedur suction ini dapat menimbulkan nyeri dan risiko cedera jalan napas jika sputum terlalu kental, sehingga perlu dipertimbangkan antara manfaat dan efek sampingnya. Intervensi non invasive lain yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan dahak adalah fisioterapi dada dan batuk efektif. Pada studi kasus ini mempresentasikan kasus seorang perempuan (45 tahun) dengan demam 4 hari sebelum masuk rumah sakit, lemas, sesak, pusing, mual, anosmia dan tidak bisa tidur, batuk produktif namun kesulitan mengeluarkan sputum, terkonfirmasi positif Covid-19 melalui swab antigen dan PCR. Saat berada di IGD pasien mendapatkan terapi oksigenasi nasal kanul, medikasi dan fisioterapi dada. Setelah dilakukan dua kali fisioterapi dada, pasien dapat mengeluarkan dahak dan saturasi meningkat. Studi kasus ini menunjukkan seberapa kegunaan fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai salah satu intervensi untuk membantu mengatasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien Covid-19. ......Covid-19 is a disease that causes respiratory problems. Covid-19 has several symptoms that usually appear after the incubation period. Some of the common symptoms of Covid-19 are fever, cough, fatigue, other symptoms such as sputum production, headache, diarrhea, dyspnea, and lymphopenia can also occur. Some patients who have a cough with sputum production have limited ability to maintain a clean airway independently because of excessively thick sputum and an inability to cough effectively. The inability to excrete sputum can lead to a buildup of sputum in the airways which obstructs so that ventilation is reduced. One of the nurse's roles in the ER is to stabilize the patient from the Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE) side. Patients with sputum retention may experience airway obstruction. One of the common nursing interventions for patients with sputum retention is the collaboration of mucolytic administration and suction procedures. However, this suction procedure can cause pain and the risk of airway injury if the sputum is too thick, so it is necessary to consider the benefits and side effects. Another non-invasive intervention that can be done to remove sputum is chest physiotherapy and effective coughing. In this case study, we present the case of a woman (45 years old) with fever 4 days before hospital admission, weakness, shortness of breath, dizziness, nausea, anosmia and unable to sleep, productive cough but difficulty expel sputum, confirmed positive for Covid-19. While in the ED the patient received nasal cannula oxygenation therapy, medication, and chest physiotherapy. After two chest physiotherapy, the patient was able to expel sputum and increased saturation. This case study shows how effective chest and cough physiotherapy is as an intervention to help overcome the diagnosis of ineffective airway clearance in Covid-19 patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Eni Lestari
Abstrak :
Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada bayi dan balita. Pneumonia berdampak terhadap status pernapasan karena terjadi obstruksi jalan napas akibat peningkatan produksi sekret. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas nebulisasi dan fisioterapi dada terhadap status pernapasan pada balita dengan pneumonia. Rancangan penelitian ini menggunakan quasi eksperiment pre and post test non equivalent control group design dengan 34 responden yang diambil secara consecutive sampling. Analisis data menggunakan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan selisih rata-rata HR, RR, dan SpO2 antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p=0.000). Karakteristik responden (status gizi, status ASI eksklusif, status imunisasi, lama sakit, dan jenis obat nebulisasi) tidak berpengaruh terhadap HR, RR, dan SpO2 namun usia memberikan pengaruh terhadap HR. Tindakan nebulisasi yang dilanjutkan fisioterapi dada lebih efektif dibandingkan dengan tindakan nebulisasi saja. Tindakan ini juga dapat dijadikan kebijakan yang perlu dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak pneumonia. ......Pneumonia is the second leading cause of death in children under age five in Indonesia. It affects respiratory status due to airway obstruction caused by increased secretions. This study aimed to determine effectiveness of nebulization and chest physiotherapy on respiratory status of children under age five with pneumonia. This study was quasi-experimental with pre and post test nonequivalent control group design with 34 respondents choosen by consecutive sampling. Analysis result using independent t test showed differences in the average gaps in HR, RR and SpO2 of control group and intervention group (p=0.000). The characteristics of respondents (nutritional status, breastfeeding, vaccination history, length of illness and type of nebulization medication) had no effect on HR, RR and SpO2. However, age affects the HR. Nebulization followed by chest physiotherapy is more effective than nebulization. It can be used as a policy in providing nursing care for children with pneumonia.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tama Benita
Abstrak :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas menjadi salah satu masalah respirasi paling umum terjadi pada anak dengan pneumonia akibat terjadinya inflamasi pada alveolus. Pada anak-anak, peningkatan produksi sekret dan ketidakefektifan batuk semakin memperparah kepatenan jalan napas sehingga memerlukan bantuan dalam sekresi sputum. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas fisioterapi dada pada pasien anak dengan pneumonia yang mengalami masalah bersihan jalan napas. Pasien An. D (11 tahun) dengan pneumonia mengalami takipnea dengan frekuensi napas 31x/menit, saturasi oksigen 95-97% dengan nasal kanul 2 liter per menit, frekuensi nadi 128x/menit, ronkhi pada kedua lapang paru, dan tingkat kesadaran stupor GCS E1M2V1. Setelah diberikan fisioterapi dada selama 4 hari, terdapat perbaikan pada frekuensi napas pasien, frekuensi nadi, saturasi oksigen, suara ronkhi yang berkurang, dan sekresi sputum mencapai 60 cc pada hari terakhir intervensi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi tambahan bagi ners untuk memberikan fisioterapi dada sebagai intervensi keperawatan mandiri pada pasien dengan masalah bersihan jalan napas. ......Ineffective airway clearance is one of the most common respiratory problems in children with pneumonia due to inflammation of the alveoli. In children, increased production of secretions and ineffective coughing further exacerbate airway patency, hence sputum secretion assistance is required. This study aims to analyze the effectiveness of chest physiotherapy in children with pneumonia with airway clearance problems. Patient D (11 years old) with pneumonia had tachypnea with a respiratory rate of 31x/minute, oxygen saturation 95-97% with nasal cannula 2 liters per minute, pulse rate 128x/minute, rhonchi, and LOC stupor GCS E1M2V1. The patient's respiratory rate, pulse rate, oxygen saturation, ronchi, and sputum secretion is improved during 4 days of administered chest physiotherapy. The results of this study are expected to be an additional reference for nurses to provide chest physiotherapy as an independent nursing intervention for patients with airway clearance problems.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library