Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Patrick Yudhistira Budiono
Abstrak :
Pendidikan merupakan salah satu sektor yang terus bertransformasi dengan cepat seiring dengan perkembangan teknologi. Salah satu teknologi yang menjanjikan dan telah mengubah landscape pendidikan adalah kecerdasan buatan (AI). Kecerdasan buatan telah terbukti berhasil dalam menyelesaikan masalah kompleks di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Dalam konteks adopsi AI di institusi pendidikan, ChatGPT muncul sebagai salah satu kecerdasan buatan yang menawarkan banyak manfaat untuk pendidikan. Namun terdapat beberapa kelemahan yang dimiliki oleh ChatGPT yang berpotensi bisa menimbulkan dampak negatif bagi penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi mahasiswa di Indonesia dalam mengadopsi/menggunakan teknologi ChatGPT dan merancang rekomendasi strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan adopsi dan penerimaan penggunaan ChatGPT secara efektif dalam dunia pendidikan. Penelitian ini menggunakan kerangka Unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT) dan metode Structural Equation Modelling (SEM). Sebanyak 270 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Mayoritas responden memiliki kecenderungan positif dalam menerima dan menggunakan ChatGPT dalam konteks pendidikan. Berdasarkan hasil pengolahan data, penggunaan ChatGPT dipengaruhi secara signifikan oleh faktor behavioural intention (niat perilaku), social influence (pengaruh sosial) dan habit (kebiasaan). Sedangkan faktor performance expectancy (harapan kinerja), effort expectancy (harapan usaha), facilitating conditions (kondisi fasilitas), dan hedonic motivation (motivasi hedonik) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap mahasiswa untuk menggunakan ChatGPT. Melalui analisis data, dilakukan perancangan rekomendasi strategi. Setelah itu, dilakukan validasi strategi yang telah dirancang dengan matriks dampak-usaha. Terdapat 4 strategi yang diprioritaskan dari 7 strategi yang diusulkan karena berada dalam kuadran kiri atas diagram. ...... Education is one of the sectors that is rapidly transforming alongside technological advancements. One promising technology that has revolutionized the education landscape is artificial intelligence (AI). AI has proven to be successful in solving complex problems in various fields, including education. In the context of AI adoption in educational institutions, ChatGPT emerges as one of the artificial intelligence technologies that offers numerous benefits for education. However, ChatGPT also has certain limitations that can potentially have negative impacts on its users. This research aims to analyze the factors influencing Indonesian students' adoption and usage of ChatGPT technology and design recommended strategies that can be implemented to enhance the adoption and effective usage of ChatGPT in the field of education. This study adopts the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) framework and employs Structural Equation Modeling (SEM) as the research method. A total of 270 respondents participated in this study. Most respondents have a positive inclination towards accepting and using ChatGPT in the context of education. Based on the data analysis, the usage of ChatGPT is significantly influenced by behavioral intention, social influence, and habit. However, performance expectancy, effort expectancy, facilitating conditions, and hedonic motivation do not have a significant impact on students' intention to use ChatGPT. Through data analysis, recommended strategies are designed. These strategies are then validated using an impact-effort diagram. Among the proposed strategies, four prioritized strategies are identified as they fall into the upper-left quadrant of the diagram.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farizal Wustho
Abstrak :
Aspek orisinalitas karya tulis oleh sistem Artificial Intelligence (AI) seperti ChatGPT menjadi penting dalam konteks hak cipta. Pentingnya penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana peraturan hak cipta melindungi karya-karya AI dengan menentukan orisinalitasnya. Penelitian ini menerapkan metode penelitian yuridis normatif, menelaah konsep, prinsip, norma, hak, dan kewajiban dalam sistem hukum. Penelitian ini akan mengumpulkan dan menganalisis data primer, sekunder, dan tersier melalui studi kepustakaan dan pendekatan statute approach, dengan fokus pada norma-norma hukum dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Doktrin-Doktrin Orisinalitas. Untuk memenuhi kriteria orisinalitas, suatu ciptaan harus memenuhi syarat tertentu yang dapat ditelaah lebih lanjut melalui doktrin-doktrin yang berlaku. Dalam evaluasi orisinalitas karya ChatGPT, berbagai doktrin dan teori dapat digunakan. Ditemukan bahwa dengan doktrin "Sweat of the Brow" karya ChatGPT tidak memenuhi kriteria orisinalitas. Sementara itu, doktrin "Modicum of Creativity", "Skill, Judgement, and Labour", "Idea-Expression Dichotomy", dan "author's intellectual creation" memandang karya ChatGPT memenuhi kriteria orisinalitas, terutama jika input pengguna mencerminkan orisinalitas dan kepribadian. Namun, ada tantangan dalam membuktikan orisinalitas berdasarkan doktrin "Independent Creation" karena sifat 'black box' dari ChatGPT. Selain itu, penerapan Teori "Circumstantial Evidence" menunjukkan bahwa tanpa bukti akses yang jelas, klaim pelanggaran hak cipta terhadap respons ChatGPT mungkin sulit dibuktikan.  ......The aspect of originality in written works by Artificial Intelligence (AI) systems such as ChatGPT becomes critical in the context of copyright. The importance of this research is to understand how copyright rules protect AI works by determining their originality. This study applies the normative juridical research method, examining concepts, principles, norms, rights, and obligations within the legal system. The research will collect and analyze primary, secondary, and tertiary data through literature study and the statute approach, focusing on the legal norms in Law No. 28 of 2014 on Copyright and Originality Doctrines. A creation produced by AI (ChatGPT) must be original and provable as an independent result of AI, not a copy of existing work. In evaluating the originality of ChatGPT's works, various doctrines and theories can be used. It was found that under the "Sweat of the Brow" doctrine, ChatGPT's work does not meet the criteria for originality. Meanwhile, the doctrines of "Modicum of Creativity", "Skill, Judgement, and Labour", "Idea-Expression Dichotomy", and "author's intellectual creation" view ChatGPT's work as meeting the originality criteria, especially if the user's input reflects originality and personality. However, there are challenges in proving originality based on the "Independent Creation" doctrine due to the 'black box' nature of ChatGPT. Additionally, the application of the "Circumstantial Evidence" theory suggests that without clear access evidence, copyright infringement claims against ChatGPT's responses might be difficult to prove.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simangusnsong, Daniel Fernando P.
Abstrak :
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi semakin berkembang dan inovasi baru terus bermunculan. ChatGPT merupakan salah satunya; dan menjadi buah bibir di awal tahun 2023. Teknologi ini dapat melayani aktivitas tanya-jawab yang membuat pengguna dapat merasa telah melakukan percakapan dengan manusia lainnya, alih-alih dengan mesin. Kemampuan ChatGPT bersumber dari model GPT yang digunakannya. Selaku large language model, GPT dapat memproses banyak teks untuk memproduksi teks lainnya. Walaupun secara umum dapat memberikan jawaban yang memadai, saat berurusan dengan domain yang spesifik, misalnya legal, ChatGPT memberikan jawaban yang kurang memuaskan. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan menyisipkan konteks atau kepingan informasi yang spesifik kepada model melalui suatu prompt (in-context learning). Karena domain legal menjadi fokus penelitian ini, maka teks yang akan diproses berasal dari dokumen peraturan perundang-undangan. Penelitian ini diawali dengan preliminary research, sehingga diidentifikasi permasalahan yang telah dijabarkan. Kemudian, dilanjutkan dengan perancangan serta pengembangan dua sistem tanya-jawab yang menggunakan dua framework LlamaIndex dan LangChain. Sebelum mengembangkan sistem, peneliti mempersiapkan terlebih dahulu data/teks yang perlu diekstrak dari dokumen peraturan perundang-undangan. Pengembangan sistem dilakukan secara iteratif dan evaluasi diadakan pada setiap iterasi. Evaluasi dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan human judgement serta secara kualitatif dengan menggunakan metrik ROUGE dan SAS. Hasil akhir evaluasi menunjukkan bahwa kedua sistem tersebut baik dalam menjawab pertanyaan terkait definisi dan substansi pada domain legal. Selain itu, dilakukan juga perbandingan hasil evaluasi terhadap ChatGPT dan ditemukan bahwa kedua sistem unggul. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa teknologi GPT dapat dimanfaatkan pada domain spesifik, yaitu legal, melalui kedua sistem yang dibuat. ......It cannot be denied that technology is constantly advancing and new innovations continue to emerge. ChatGPT is one of them and has become the talk of the town in early 2023. This technology can facilitate question-and-answer interactions that make users feel like they are having a conversation with another human rather than a machine. This capability of ChatGPT is derived from the GPT model it uses. As a large language model, GPT can process a large amount of text to generate new text. Although it generally provides adequate answers, when dealing with specific domains such as legal matters, ChatGPT may give unsatisfactory responses. This research was conducted to overcome this issue by incorporating specific context or pieces of information into the model through a prompt (in-context learning). As the legal domain is the focus of this research, the text to be processed are Indonesian legal regulatory documents. The research begins with preliminary research. It is then followed by the design and development of two question-and-answer systems using two frameworks: LlamaIndex and LangChain. Before developing the systems, the researcher first prepares the data/text that needs to be extracted from the legal documents. The system development is carried out iteratively and evaluations are conducted at each iteration. The evaluations are performed qualitatively using human judgment and quantitatively using ROUGE and SAS metrics. The final evaluation results indicate that both systems perform well in answering questions related to definitions and substance in the legal domain. Additionally, a comparison of the evaluation results with ChatGPT shows that both systems outperform it. This research has demonstrated that GPT technology can be utilized in specific domains, namely legal, through the two developed systems.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lawinasarita
Abstrak :
Perkembangan ilmu pengetahuan menuntut mahasiswa untuk mencari proses pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan spesifik mereka. Dalam konteks ini, mahasiswa dituntut untuk memiliki pendekatan belajar yang lebih individual agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terbaru. Kehadiran ChatGPT berperan sebagai sarana alat pembelajaran personal yang memberikan dampak besar bagi kehidupan mahasiswa. Penelitian ini ingin melihat peran dari trait kepribadian terhadap fleksibilitas kognitif mahasiswa pengguna ChatGPT. Partisipan penelitian adalah 209 mahasiswa sarjana (S1) yang aktif menggunakan ChatGPT dengan rentang usia 17 hingga 24 tahun. Alat ukur dalam penelitian ini merupakan Cognitive Flexibility Inventory (CFI) dan Mini IPIP. Metode yang digunakan merupakan regresi linear berganda untuk melihat peran trait kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience) terhadap fleksibilitas kognitif. Hasil menunjukkan bahwa agreeableness dan openness to experience berperan secara positif dan neuroticism berperan secara negatif dalam memprediksi fleksibilitas kognitif. Ini membuktikan bahwa trait kepribadian tertentu memiliki peran dalam memprediksi fleksibilitas kognitif pengguna ChatGPT. Oleh karena itu, saran dari penelitian ini mendorong mahasiswa untuk memaksimalkan potensi diri dengan menggunakan ChatGPT, terutama untuk mengasah kemampuan berpikir secara fleksibel dan adaptif. ......The advancement of knowledge requires students to seek learning processes that can meet their specific needs. In this context, students are required to have a more individualized learning approach to keep up with the latest developments in knowledge. The presence of ChatGPT serves as a personal learning tool that has a significant impact on students' lives. This study aims to examine the role of personality traits on the cognitive flexibility of ChatGPT users among students. The participants in this study were 209 undergraduate students (S1) who actively use ChatGPT, ranging in age from 17 to 24 years old. The measurement tools used in this study were the Cognitive Flexibility Inventory (CFI) and Mini IPIP. The method used was multiple linear regression to examine the role of personality traits (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, and openness to experience) on cognitive flexibility. The results showed that agreeableness and openness to experience positively predicted cognitive flexibility, while neuroticism negatively predicted cognitive flexibility. This proves that certain personality traits play a role in predicting the cognitive flexibility of ChatGPT users. Therefore, this study suggests that students maximize their potential by using ChatGPT, especially to hone their flexible and adaptive thinking skills.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library