Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeane Chrysanthea
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap manusia mempunyai karakter, yaitu suatu set ciri-ciri psikologis individu, berisi nilai-nilai moral, sosial, dan agama, untuk mengarahkan individu berperilalm yang benar. Program pendidikan karakter ini disusun sebagai usaha menyediakan pengalaman yang dapat membentuk seseorang mcnjadi pribadi yang berkarakler balk dan dapat berperilaku sesuai dengan tumutan sosial. Program ini diperuntukkan bagi peserla diclik taman kanak-kanak tingkat A karena mereka berada pada rentang usia paling baik lmtuk diajarkan mengenai berbagai macam hal. Program berisi pengajaran nllai-nilai moral yang berakarkan pada dua nilai utama dan universal, yaitu rasa hormat dan tanggung jawab. Pcnyusunan program diawali dengan analisa kebutuhan melalui Focus Group Discussion agar program sesuai dengan visi_ misi, dan kebutuhan sekolah, dalam hal ini TK. Karya Mulya Dari analisa kebutuhan diperoleh tiga nilai utama yang perlu dikembangkan, yaitu pengendalian diri, kemandirian, dan keadilan. Tujuan utama program pendidikan karakter ini adalah membentuk para pesena didik TK Karya Mulya menjadi pribadi yang berkaralner balk, yang tampak dalam perilaku schari-hari. Kegiatan program mencakup tiga komponen moral, yaitu pengetahuan, rasa, dan lindakan moral. Kegiatan diadakan satu kali dalam seminggu, dengan durasi 20 menit untuk setiap sesinya Metode yang digunakan meliputi pemasangan spanduk atau hasil karya, penceritaan, diskusi/tanya jawab, pelabelan perilaku, bermain peran, bermain, prakarya, kegiatan sosial sederhana, dan sliker reward. Modul program lerdiri dari ll sesi dengan kescluruhan kegialan berjumlah 33 kegiatan.
ABSTRACT
Every person has their own character. It is a set of psychological dispositions of an individual, consists of moral, social, or religious values, to direct a person in order to behave properly. This character education program was designed as an effort for providing experiences to develop good characters in a person, and therefore enable the person to behave accordingly to the social demands. 'lhis program was targeted for students in Kindergarten A, since they are in the golden age, the best time to teach them about many things. This program will teach moral values, rooted in two great universal values, which are respect and responsibility. Designing this program was started by gathering data through Focus Group Discussion for need analysis. This step is important so that the program will fit the vision, mission and school?s needs, in this case, TK Karya Mulya The result of need analysis informed that there are three main values needed to develop. 'they are self control, independency, and fairness. The main goal of this character eduaition program is to shape the students in Karya Mulya Kjndergarteii A to be a person with good characters, reflected in daily behavior. This program includes three moral components: moral knowing, moral feeling, and moral action. The activites will be held once a week, with 20 minutes duration for each sxsion. Teaching method used are setting up banner or display for students? art and crafts, story-telling, discussion, behavior labeling, simple social activities, and reward stickers. The modul ofthe program has ll sessions, with 33 activities in total.eywords: character education, moral values, moral components.
2007
T34177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheppy Haricahyono
Semarang: IKIP Semarang Press, 1995
370.114 CHE d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
TEKNODIK 15:1 (2011)(1-2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Atma Jaya Catholic University of Indonesia (UAJ) perceives the whole process of education as a systematic process to form excellent character, whether through curricular, cocurricular and extracurricular activities. Instead of designing a specific course that teaches the formation of character, UAJ maximizes the three activities (curricular, cocurricular and extracurricular) through an integrative approach to forming the excellent character. Integrative character of education presupposes the operation of a model or particular "software" in any phase of learning called dialogue-affirmation-action. The question of whether the approach to learning and character models is quite successful in UAJ is still to be proven. Neverthless, what has been done so far placed UAJ on the right track. Careful planning and quick decision at university level regarding the existence of character building center will ensure the success of character education in UAJ.
JPUKIA 4:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Moh Hanif
Abstrak :
Pembinaan karakter dalam lingkup tni-polri merupakan hal yang penting untuk dilakukan demi terciptanya bangsa dengan karakter yang baik. Maka dari itu, pendidikan karakter menjadi kunci dasar untuk menghasilkan insan Indonesia yang cakap
Jakarta: Seskoal Press, 2019
023.1 JMI 7:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Lestari
Abstrak :
Berbicara mengenai lingkungan dalam perkembangan kepribadian seorang anak, tentunya yang pertama kali kita ingat adalah lingkungan keluarga di mana anak itu hidup dan tinggal sejak ia dilahirkan ke dunia ini. Terkait dengan pembentukan karakter anak, keteladanan dan kasih sayang orang tua merupakan dua unsur yang diperlukan dalam membimbing dan mengarahkan anak agar mereka dapat bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianut agama dan masyarakatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan keteladanan dan kasih sayang orang tua dalam pembentukan karakter anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada empat orang murid di SDIT Insan Mandiri Jakarta. Keteladanan merupakan metode efektif dalam mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak, karena sifat anak yang peniru. Teori social learning (belajar sosial) Bandura menyebutkan bahwa sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Menurut Bandura, usia mempengaruhi dalam proses belajar seorang anak. Apabila fisik dan mental sudah matang, panca indera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari lingkungan. Oleh karena itu, dalam hal pemberian stimulus kepada anak berupa keteladanan, maka harus diperhatikan perkembangan ranah kognitif anak. Sebab ranah kognitif adalah ranah kejiwaan yang berkedudukan di otak, yang dalam perspektif psikologis merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Sedangkan kasih sayang orang tua, rnerupakan sumber bagi sehatnya lahir dan batin seorang anak, karena anak yang dididik dengan penuh kasih sayang akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang sehat lahir dan batin. Fromm mengiklasifikasikan cinta dalam lima tipe, yaitu cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta kepada Tuhan. Cinta keibuan, menurut Erich Fromm adalah penguatan cinta tanpa syarat terhadap hidup dan kebutuhan anak-anaknya. Sedangkan Mubarok, memasukkan cinta orang tua kepada anak termasuk dalam cinta rahmah dan cinta kulah, di mana dalam kedua cinta ini terdapat kasih sayang yang tulus dan kesadaran untuk mendidik anaknya. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa orang tua yang dapat memberikan keteladanan dan kasih sayang yang tulus dengan disertai kesadaran untuk mendidik anaknya terbukti dapat membentuk 9 karakter anak.
Talking about environment in the personal development of children, the first thing comes up to our mind is family circumference where children have lived and stayed since they were born in the world. With respect to children's character development, parents' modeling and affection are the two elements needed to guide and direct children so they can behave in accordance with the moral values in their religion and community. The objective of this research is to find out the role of parents' modeling and affection in developing children's character. This research makes use of qualitative method using case study approach to four students of SDIT (Integrated Islamic Elementary School) Insan Mandiri Jakarta. Good modeling is an effective method for teaching moral values to children for their characteristic as imitators. Bandura's social learning theory states that most of the things human beings learn occur through imitating and modeling. According to Bandura, age affects a child's learning process. When physic and mental are already mature, the five senses are ready to receive stimulus from the environment. Therefore, in giving a child stimulus in the form of good modeling, we must pay attention on the development of child's cognitive domain. This is true since cognitive domain is a spiritual domain located in the brain, which is in the perspective of psychology constitutes a source and at the same time controller of the other spiritual domains, namely affective domain (feeling) and psychomotor domain (intention). Meanwhile, parents' affection is the source physical and spiritual health of a child. Therefore, a child educated with full affection will grow to become an adult human being that is healthy physically and spiritually. Fromm classifies Love into five types, namely brotherhood love, motherhood Love, erotic love, love to one self and love to God. Motherhood love, according to Erich Fromm, is reinforcement to love without condition to the lives and needs of her children. While Mubarok includes love of parents to their children in rahmah love and kulfah love, in which there exist a sincere affection and consciousness to educate their children. The outcome of this research shows that parents that are able to provide good model and sincere affection accompanied with consciousness to educate their children prove to be able to form 9 characters of children.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsalitsa Haura Syarifah
Abstrak :
Banyaknya permasalahan perilaku pada siswa jenjang menengah memicu munculnya program pendidikan karakter di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui keterlibatan siswa di dalam kelas, sehingga persepsi siswa terhadap iklim kelasnya menjadi penting untuk dilihat pada penelitian ini. Sebagai upaya menjelaskan perilaku siswa jenjang menengah yang terkait dengan pendidikan karakter, penelitian ini hadir untuk melihat hubungan antara classroom climate sebagai faktor lingkungan dan performance goal orientation sebagai faktor diri pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Classroom climate diukur menggunakan Individualized Classroom Environment Questionnaire (ICEQ) short version (Fisher & Fraser, 1985), sedangkan performance goal orientation diukur menggunakan Goal Orientation And Learning Strategies Survey (GOALS-S) (Dowson & McInerney, 1997). Teknik analisis yang digunakan adalah multiple correlation dengan R menunjukkan besaran koefisien korelasi yang didapatkan. Hasil penelitian terhadap 149 siswa kelas XI yang berasal dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara classroom climate dan performance goal orientation (R = 0,332, p<0,01). Selanjutnya ditemukan pula hubungan yang signifikan antara classroom climate dan mastery goal orientation, namun tidak terbuktikan adanya hubungan antara classroom climate dan work avoidance goal orientation, serta social goal orientations. ......Many behavioral problems at secondary level students cause the character education program in many countries, including Indonesia. Character building can be done by involving students in the classroom. Therefore, students perception of classroom climate becomes essential to be analyzed in this study. As an attempt to explain secondary level students behavior which is related to character education, this study presents to investigate the correlation between classroom climate as environmental factor and performance goal orientation as person factor among senior high school students. Classroom climate variable is measured using the Individualized Classroom Environment Questionnaire (ICEQ) short version (Fisher & Fraser, 1985), while the performance goal orientation is measured using Goal Orientation And Learning Strategies Survey (GOALS-S) (Dowson & McInerney, 1997). Multiple correlation is used for the analysis technique with R shows the amount of correlation coefficient earned. The results from 149 students class of XI majoring in science and social science indicates that there is a significant correlation between classroom climate and performance goal orientation (R = 0.332, p<0.01). Furthermore, research also found a significant correlation between classroom climate and mastery goal orientation, but it does not prove the existence of the correlations between classroom climate and work avoidance goal orientation, as well as the social goal orientations.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>