Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Said Zul Amraini
Abstrak :
ABSTRAK
Enzim selulase digunakan secara luas dalam industri bioetanol, pulp dan kertas, tekstil, pakan dan deterjen, namun hampir 99 kebutuhan enzim domestik dipenuhi oleh impor. Salah satu biomassa lignoselulosa yang memiliki potensi tinggi produksi selulase adalah Tandan Kosong Sawit TKS karena kandungan selulosanya cukup tinggi, yaitu mencapai 41,3 ndash;46,5 w/w . Metode konvensional untuk produksi enzim selulase adalah menggunakan jamur, namun diketahui bahwa bakteri juga dapat memproduksi enzim selulase dengan laju yang lebih cepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimal proses produksi selulase dari bakteri rekombinan E. coli EgRK2 berbasis Tandan Kosong Sawit serta melakukan analisis keekonomian berdasarkan simulasi SuperPro Designer. Penelitian ini juga mempelajari bagaimana produksi enzim selulase oleh isolat Bacillus sp. RK2 dan rekombinan E. coli EgRK2 dengan melakukan penentuan waktu inkubasi, suhu operasi, pH optimum dan kinetika reaksi enzimatik. Didapat bahwa waktu optimum produksi selulase untuk kedua jenis isolat adalah 24 jam, dengan pH dan suhu optimum untuk rekombinan EgRK2 adalah 7 dan 40 C. Setelah ekstraksi enzim, diperoleh nilai pH dan suhu optimum untuk selulase dari Bacillus sp. RK2 sebesar 6,5 dan 50 C, sementara selulase dari E. coli EgRK2 adalah sebesar 6,5 dan 60 C. Nilai Km dan Vmax selulase dari Bacillus sp. RK2 untuk degradasi CMC adalah sebesar 0,021 ?mol/ml dan 1,631 mol/ml/min dan dari rekombinan E. coli EgRK2 adalah sebesar 0,097 ?mol/ml dan 2,739 mol/ml/min. Sementara, nilai Km dan Vmax selulase pada degradasi TKS adalah sebesar 0,704 ?mol/ml dan 0,943 mol/ml/min untuk Bacillus sp. RK2 dan 0,26 ?mol/ml dan 1,934 mol/ml/min untuk rekombinan E. coli EgRK2. Penelitian ini juga melakukan simulasi perancangan pabrik serta perhitungan ekonomi produksi enzim selulase di Indonesia berbasis Tandan Kosong Sawit dengan simulasi menggunakan software SuperPro v9.0. Simulasi dilakukan sebagai estimator nilai kelayakan proses dan kelayakan pabrik. Data diambil dari literatur maupun hasil penelitian laboratorium. Berdasarkan simulasi dan analisis dari softwarre SuperPro Designer 9.0, diperoleh, kapasitas produksi sebesar 1191 kg/batch akan menghasilkan nilai ROI, Payback Period, IRR dan NPV berturut-turut sebesar 32,70 , 3,06 tahun, 38,98 dan 21.345.000 USD.
ABSTRACT
Cellulase enzymes were widely used in the bioethanol industry, pulp and paper, textiles, feed and detergents. Unfortunely, they are still imported as much as 99 for industrial need in Indonesia. Base on the previous research, lignocellulosic biomass of OPEFB was known as a potential cellulose. The content of cellulose in OPEFB achieves 41.3 ndash 46.5 w w . Fungi was used also for production of cellulose. However, E. coli bacteria has known faster production rate of of cellulose than fungi. So, this research focuse on optimally cellulose production base on OPEFB using recombinant of E. coli EgRK2 and Bacillus sp. RK2 by determine of incubation time, temperature, optimally pH and kinetics of enzymatic reaction. Design base on simulation was conducted also by SuperPro Designer. The result showed that optimally cellulose production for E. coli EgRK2 and Bacillus sp. RK2 were 24 hours, with the optimum pH and temperature for recombinant E. coli EgRK2 were 7 and 40 C. After enzyme extraction, the optimum pH and temperature of Bacillus sp. RK2 and also E. coli EgRK2 were 6.5 at 50 C and 6.5 at 60 C, respectively. but it is known that bacteria can also produce cellulase enzymes at a faster rate. The Km and Vmax cellulase values of Bacillus sp. RK2 and E. coli EgRK2 for degradation of CMC were 0.021 mole.ml 1 and 1.631 mole.ml 1.min 1 0.097 mole.ml 1 and 2.739 mole.ml 1.min 1 respectively. Km and Vmax cellulase values of Bacillus sp. RK2 and E. coli EgRK2 for degradation of OPEFB were 0.704 mole.ml 1 and 0.943 mole.ml 1.min 1 0.26 mole.ml 1 and 1.934 mole.ml 1.min 1, respectively. The result of simulation design by SuperPro Designer including on economic evaluation of celluase enzyme production in Indonesia were acvieved. Result showed that capacity of cellulase production was 1191 kg.batch 1, while values of ROI, payback period, IRR and NPV were 32.70 3.06 years 38.98 and 21,345,000 USD, respectively.
2017
D2408
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan
Abstrak :
ABSTRAK Trichoderma viride merupakan suatu jamur penghasil selulase yang dapat mendegradasi selulosa. Selulosa merupakan suatu polimer rantai panjang yang tersusun dari unit-unit berulang glukosa yang saling berikatan dengan ikatan glikosidik ?-1,4. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi selulase dengan menggunakan kulit kedelai sebagai substrat. Aktivitas enzim ditentukan dengan menghitung kadar glukosa yang dibebaskan dan ditentukan dengan menggunakan metode Somogyi-Nelson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum pertumbuhan Trichoderma viride adalah pada kadar substrat 12%, pH 4,5, dan waktu inkubasi pada hari kedua dengan aktivitas enzim sebesar 0,0220 IU. Pemurnian selulase dilakukan dengan pengendapan oleh ammoniumsulfat jenuh 0-95%. Didapatkan hasil fraksionasi yang mempunyai aktivitas spesifik tertinggi pada fraksi III dengan aktivitas spesifik sebesar 0,0108 IU/mg protein. Hasil dialisis dari Fraksi III menjadi lebih murni dengan kenaikan aktivitas spesifik menjadi 1,34 kali atau naik menjadi 0,0145 IU/mg protein. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa selulase dapat diproduksi dengan menggunakan media kulit kedelai. Kata kunci: Selulase, selulosa, Trichoderma viride. X + 44 hlm.; gambar, lampiran, tabel. Bibliografi: 18 (1976-2003)
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edvan Arifsaputra Suherman
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk memperoleh, mengidentifikasi, dan menguji kemampuan kapang-kapang selulolitik dari empat manuskrip kuno kertas daluang asal Keraton Kasepuhan di Cirebon. Sebanyak 12 isolat kapang diperoleh dan dapat tumbuh pada potongan kertas daluang. Enam isolat kapang memiliki kemampuan selulolitik karena menghasilkan zona bening pada medium Czapek's Dox Agar (CDA) dengan penambahan Carboxymethyl Cellulose (CMC). Identifikasi secara konvensional menghasilkan genus Aspergillus (4 isolat), genus Eurotium (1 isolat), dan genus Penicillium (7 isolat). Jumlah isolat paling banyak diperoleh dari manuskrip kuno dengan kondisi paling buruk. ......This research was to obtain, identify, and investigate cellulolytic fungi from four old manuscripts of daluang papers from Keraton Kasepuhan Cirebon. Twelve mould isolates were obtained and were able to grow on daluang paper. Six mould isolates were able to use Carboxymethyl Cellulose (CMC) as substrate which was indicated by clear zone formed on Czapek's Dox Agar (CDA) medium added with CMC. Conventional identification resulted in the genus Aspergillus (4 isolates), Eurotium (1 isolate), and Penicillium (7 isolates). Highest number of isolates was obtained from the old manuscript with the worst condition.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43551
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan menguji kemampuan kapang selulolitik dari lima manuskrip daluang asal Perpustakaan FIB UI. Hasil isolasi pada medium PCA menghasilkan 19 isolat kapang, sedangkan isolasi pada medium DG18 menghasilkan 15 isolat kapang xerofilik. Sebanyak 15 isolat kapang memiliki kemampuan tumbuh pada kertas daluang, sedangkan 14 isolat dapat menggunakan CarboxyMethyl Cellulose (CMC) dan Congo red yang mengindikasikan dapat menghasilkan endoglukanase. Hasil identifikasi konvensional berdasarkan karakter morfologi menunjukkan 4 isolat merupakan genus Aspergillus, 8 isolat merupakan genus Penicillium, 1 isolat merupakan genus Fraseriella, dan 2 isolat merupakan mycelia sterilia. ......This research was to isolate fungi from old daluang manuscripts from Library of Faculty of Humanities University of Indonesia, to investigate cellulolytic isolates and to identify the isolates. Nineteen mould isolates were obtained on medium PCA, whilst fifteen xerophilic mould isolates were obtained on medium DG18 agar. Fifteen isolates were able to grow on daluang paper. Fourteen isolates were able to grow on Carboxymethyl Cellulose (CMC) and Congo red indicating they have endoglucanase. Identification by conventional method showed that 4 isolates were Aspergillus, 8 isolates were Penicillium, 1 isolate were Fraseriella, and 2 isolates were mycelia sterilia.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43553
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Nurul Haq
Abstrak :
Glukosa sebelumnya diproduksi dengan hidrolisis pati karena ada dalam bentuk yang berbeda relatif murni pada tanaman dan salah satu produk pertanian terbesar. Kaleng pati digunakan sebagai sumber makanan, etanol, dan pakan ternak. Namun, karena nilainya kompetitif dan pemanfaatan pati menjadi mahal. Oleh karena itu, saat ini sedang diteliti pemanfaatan selulosa. Selulosa bisa digunakan untuk membuat sirup glukosa, asam jawa organik, dan bioetanol. Serat tumbuhan alami seperti serat kapuk (Ceiba pentandran Gaertn) berpotensi tinggi sebagai sumber selulosa untuk pembuatan glukosa. Studi ini menunjukkan kondisi optimal untuk parameter hidrolisis meningkatkan hasil hidrolisis enzimatis dari enzim kasar kapang terpilih. Penelitian ini diawali dengan peremajaan garis kapang selulolitik yang diperoleh dari Koleksi Kebudayaan Universitas Indonesia (UICC), Departemen Biologi, FMIPA UI, isolasi serat kapas α-selulosa, preparasi enzim selulase kasar, dan dilanjutkan dengan mengevaluasi aktivitas selulase enzim kasar menggunakan 2 metode: metode zona bening sedang untuk CMC 1% dan metode spektrofotometri gula reduksi, dan optimalisasi kondisi hidrolisis. Persiapan enzim dan uji aktivitas Selulase kasar dilakukan pada enzim dari 3 jenis kapang, yaitu Trichoderma reesei, Fusarium oxysporum, dan Penicillium vermiculatum. Aktivitas selulolitik tertinggi di CMC 1% terhidrolisis ditunjukkan pada jamur Penicillium vermiculatum dengan akuisisi glukosa 3,8045%. α-selulosa dihasilkan dari serat kapuk dibandingkan dengan serat kapas kasar dan penggunaan Avicel PH 101 Fourier Transform Infrared Spectrophotoscopy (FTIR). Tingkat sakarifikasi maksimum Pada konsentrasi 5% substrat α-selulosa ditemukan serat kapuk pada penambahan serat kapuk 2% konsentrasi enzim selulase kasar. PH dan suhu optimal untuk hidrolisis yang optimal berada dalam kondisi hidrolisis pH 5 dan suhu 50 ° C, selama 48 jam inkubasi, dengan peningkatan glukosa 0,4022%. Glukosa yang dihasilkan diidentifikasi menggunakan FTIR dan sifat gula pereduksi dideteksi dengan menggunakan uji rasio Fehling. ......Glucose was previously produced by hydrolysis of starch because it exists in different forms relatively pure in plants and is one of the largest agricultural products. Starch cans are used as a source of food, ethanol and animal feed. However, due to its competitive value and use of starch it is expensive. Therefore, the use of cellulose is currently being investigated. Cellulose can be used to make glucose syrup, organic tamarind, and bioethanol. Natural plant fibers such as kapok fiber (Ceiba pentandra Gaertn) has high potential as a source of cellulose for the manufacture of glucose. This study shows that the optimal conditions for the hydrolysis parameters increase the enzymatic hydrolysis yield of selected mold crude enzymes. This research began with the rejuvenation of cellulolytic mold lines obtained from the Cultural Collection of the University of Indonesia (UICC), the Department of Biology, FMIPA UI, isolation of α-cellulose cotton fibers, preparation of crude cellulase enzymes, and continued by evaluating the activity of crude cellulase enzymes using 2 methods: methods. medium clear zone for CMC 1% and reduction sugar spectrophotometric method, and optimization of hydrolysis conditions. Enzyme preparation and crude cellulase activity tests were carried out on the enzymes of 3 types of fungi, namely Trichoderma reesei, Fusarium oxysporum, and Penicillium vermiculatum. The highest cellulolytic activity in hydrolyzed 1% CMC was shown in the fungus Penicillium vermiculatum with glucose acquisition of 3.8045%. α-cellulose is produced from cotton fibers compared to coarse cotton fibers and the use of Avicel PH 101 Fourier Transform Infrared Spectrophotoscopy (FTIR). Maximum saccharification rate At a concentration of 5% of the α-cellulose substrate, kapok fibers were found in the addition of kapok fibers 2% concentration of crude cellulase enzymes. The optimal pH and temperature for optimal hydrolysis are in the hydrolysis conditions of pH 5 and a temperature of 50 ° C, for 48 hours of incubation, with an increase of 0.4022% glucose. The resulting glucose was identified using FTIR and the properties of reducing sugars were detected using the Fehling ratio test.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library