Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna
Abstrak :
Dalam penelitian ini, zeolit KNaX (rasio molar Si/Al = 1,24) disintesis dari kaolin yang berasal dari Pulau Belitung di Indonesia. Zeolit KNaX tersebut digunakan sebagai katalis pada reaksi antara minyak kulit biji mete yang mengandung gugus ?OH fenolik dan karboksil ?COOH dengan metanol menggunakan pelarut DMSO untuk diaplikasikan sebagai biopelumas. Produk katalitik diekstrak menggunakan campuran pelarut etil asetat dan n-heksan dengan perbandingan volume 1:1. Fasa organik dipisahkan dan diuapkan untuk menghilangkan pelarut dan dianalisis menggunakan FTIR & GC-MS. Hasil analisis dengan FT-IR menunjukkan telah terjadi reaksi O-metilasi dan esterifikasi dengan terbentuknya gugus ?OCH3 pada bilangan gelombang 2876,61 cm-1 dan gugus karbonil dari ester pada bilangan gelombang 1732,80 cm-1. Hal ini juga diperkuat dari data GC-MS menunjukkan adanya kenaikan berat molekul dari m/z 300 menjadi m/z 328, mengindikasikan adanya penambahan 2 gugus CH3. Produk reaksi katalitik dikarakterisasi terhadap beberapa parameter pelumas dan diperoleh hasil sebagai berikut: viskositas suhu 40°C = 35,2 cSt dan viskositas suhu 100°C = 4,1 cSt, TAN = 0,88 mg KOH/g sampel, TBN = 2,09 mg KOH/g sampel, densitas = 0,9902, flash point = 120°C dan pour point = -27°C. Selanjutnya dilakukan variasi jumlah pelarut DMSO dan persen berat katalis zeolit KNaX untuk mendapatkan nilai TAN lebih rendah sesuai spesifikasi biopelumas.
In this research, KNaX zeolite (molar ratio Si/Al = 1,24) was synthesized from kaolin, originating from Belitung Island in Indonesia. KNaX zeolite was used as catalyst in the reaction between cashew nut shell liquid containing phenolic ?OH group and carboxylic ?COOH with methanol using the solvent DMSO for the application as biolubricant. The reaction product was extracted using mixed solvents of ethyl acetate and n-hexane 1:1. The organic phase was separated and evaporated to remove the solvents and was analyzed using FTIR and GC-MS. The FT-IR spectra showed the result of O-methylation and esterification reactions by the formation of ?OCH3 group at 2876,61 cm-1 and carbonyl group from ester at 1732.80 cm-1. These results were also confirmed by the GC-MS analysis result, which showed an increase in molecular weight of m/z 300 to m/z 328, indicating the addition of 2 CH3 groups. The catalysis reaction products were characterized toward several parameters of lubricant which showed the following results: Viscosity 40°C = 35,2 cSt and viscosity temperature of 100°C = 4,1 cSt, TAN = 0,88 mg KOH/g sample, TBN = 2,09 mg KOH/g sample, density = 0,9902, flash point = 120°C and pour point = -27°C. Furthermore, the amount of used DMSO solvent and the percentage of weight catalyst were varied to obtain the reduced TAN values as required for biolubricant.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T28802
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Fajar Riyanto
Abstrak :
Anisol dapat disintesis melalui reaksi katalitik O-metilasi fenol dengan metanol. Anisol sering dikenal dengan metoksibenzena atau metil fenil eter, merupakan senyawa aromatik sederhana yang termasuk dalam golongan eter. Anisol dan derivatnya digunakan dalam reaksi kima sebagai intermediet untuk sintesis suatu material seperti dyes, farmasi, minyak wangi, fotoinisiator dan agrokimia. Uji katalitik reaksi katalitik O-metilasi fenol dengan metanol menjadi anisol menggunakan katalis zeolit X dalam fasa cairtelah dipelajari. Reaksi tersebut dilakukan dengan menggunakan katalis zeolit X sebesar 10% berat reaktan (fenol dan metanol) dan perbandingan volume pelarut dimetilsulfoksida (DMSO) dengan reaktan (fenol dan metanol) adalah 10:1. Pelarut DMSO digunakan untuk menjaga suhu reaksi pada 135-155°C. Zeolit X yang digunakan sebagai katalis, berasal dari bahan alam yaitu kaolin yang sebelumnya diaktivasi menjadi metakaolin melalui proses kalsinasi pada suhu 750-850°C. Perubahan bentuk struktur metakaolin dari kaolin dikarakterisasi menggunakan XRD dan untuk mengetahui komposisi kimianya digunakan XRF. Sintesis zeolit X dilakukan dengan proses hidrotermal pada suhu 900C selama 72 jam menggunakan botol polipropilen dengan komposisi gel yaitu 3.83 Na2O: 1.17K2O : AIQO3: 2.97SiO2 : 118 HQO. Hasil sintesis zeolit X dianalisis dengan menggunakan XRD dan XRF. Zeolit X hasil sintesis mempunyai komposisi kimia yaitu Na2O 12.50%, Al2O3 32.40%, SiO; 42.50%, KQO 11.10%, TiO2 0.31%, dan Fe2O3 1.18% (% berat) dan rasio Si/Al sebesar 1.33. Uji katalitik dilakukan dengan memvariasikan suhu reaksi pada 135°C, 140°C, 145°C, 150°C, dan 155°C dan molar rasio reaktan (fenol : metanol) pada 1:10, 1:20, 1:30, 1:40, dan 1:50. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu reaksi dan molar rasio reaktan terhadap produk anisol yang terbentuk. Selain itu, uji katalitikjuga dilakukan dengan tanpa menggunakan katalis zeolit X untuk mengetahui pengaruh katalis tersebut. Hasil reaksi uji katalitik dianalisis menggunakan kromatogratl gas (GC) dan GCIVIS. Berdasarkan percobaan, yield anisol yang terbentuk dari hasil reaksi uji katalitik tanpa menggunakan zeolit X hanya sebesar 40.48% sedangkan yield anisol yang terbentuk dari hasil reaksi uji katalitik pada kondisi yang sama dengan menggunakan katalis zeolit X didapatkan sebesar 74.02%. Hasil reaksi uji katalitik optimum didapat pada suhu reaksi 155°C dan molar rasio reaktan 1:20 dengan persentase fenol yang terkonversi 82.70%, yield anisol yang terbentuk 81 .49%, dan selektifitas fenol yang terkonversi menjadi anisol 98.54%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Jupesta
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S50837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Enzim gas CO2 di atmosfer diidentifikasl dapat menimbulkan terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) sehingga perlu direduksi keberadaannya. Salah satu cara yang prospektif adalah dengan teknologi fotokatalitik. Perancangan dan modifikasi fotoreaktormcnnpakan salah sam parameter dalam menaikkan quantum yield dan selektivitas produk fotoreduksi CO2 yang selama ini masih rendah. Rcaktor Silinder Berputar (RSB) dirancang untuk memperbaiki efisiensi kinerja dari fotoreaktor yang telah ada karena mempunyai kelebihan dalam had efektivitas kontak antara reaktan, katalis dan sinar ultra violet. Pada uji kinerja reaktor RSB dilakukan berbagai variasi yang meliputi kecepatan putaran reaktor, pH larutan, bentukfjenis fotokatalis sorta penambahan dopan Cu (Cu2O dan Cu) pada katalis TiO2. Preparasi katalis Cu2-TiO2 dan Cu/TiO2 dilakukan dcngan metoda pencampuran fisik (physical mixing) dan metoda impregnasi yang merupakan pencampuran kimia (chemical mixing). Analisis produk reaksi dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatography. Dari uji kinerja reaktornya, RSB menunjukkan efisiensi paling baik dibanding Reaktor Tangki Berpengaduk dan Reaktor Sirkulasi dengan quantum efficiency 2,46% dan 3,74% untuk katalis serbuk dan film. Reaktor Sirkulasi menghasilkan quantum eficiency untuk fotokatalis serbuk dan film sebesar 0,51% dan 2,61%, Sedangkan Reaktor Tangki Berpengaduk hanya menghasilkan 2,54% untuk fotokatalis film. RSE dengan kecepatan putaran 150 RPM dan pH larutan 4 menunjukkan kondisi operasi yang optimum dengan quamum efficiency sebesar 3,74%. Keasaman larutan dan katalis TiO2 yang dipreparasi dalam beutuk film dapat memperbaiki aktivitas fotokatalitik Penamhahau dopan Cu pada TiO2 juga dapat menaikkan selektivitas produk metanol dengan quantum eficiency 4,15% untuk Cu2O-TiO2 dan 4,30% untuk katalis Cu/TiO2. Dengan demikian, kondisi operasi optimum yang dicapai pada penelitian ini meliputi: kecepatan putaran reaktor 150 RPM, pH larutan 4, dan penggunaan katalis TiO2 bentuk film. Penambahan dopan Cu pada katalis TiO2 lebih disaraukan untuk menaikkan yield produk metanol. Waktu reaksi optimum dicapai antara jam ke-4 sampai jam ke-5 dan Iaju fotoreduksi CO2 menurun setelah jam ke-5.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Moerdhini Marlim
Abstrak :
Industri oleokimia di Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Industri oleokimia terbesar di Indonesia berupa pabrik furry alcohol di Batam. Fatty alcohol dihasilkan oleh industri ini melalui rute metil ester dimana katalis yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi untuk menghasilkan metil ester adalah katalis basa NaOCH3. Katalis ini memberikan yield metil ester sangat tinggi namun merniliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan katalis basa lainnya. Katalis basa NaOH merupakan alternatif yang baik untuk menggantikan katalis basa NaOCH3. Selain rnemiliki harga yang lebih murah, katalis ini juga dapat memberikan yield metil ester yang sama dengan penambahan 1-2% mol. Peluang untuk menggantikan katalis basa NaOCH3 dengan katalis basa NaOH dipelajari pada studi ini untuk mendapatkan titik terbaik penggunaan katalis NaOH dan untuk mengetahui kualitas dari metil ester dan gliserin yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi dengan katalis NaOH. Pada penelitian ini dilakukan reaksi transesterifikasi minyak inti kelapa sawit menggunakan katalis basa NaOH. Produk metil ester kemudian difraksionasi lebih lanjut untuk melihat kemumian metil ester yang diperoleh. Produk gliserin dimurnikan lebih lanjut sampai mencapai konsentrasi sekitar 97% untuk melihat kualitas yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik terbaik penggunaan katalis NaOH adalah 0.5% berat dari jumlah urnpan minyak nabati dengan yiefd metil ester 94.06% sedangkan titik terbaik penggunaan katalis NaOCH3 adalah 0.4% berat dengan yield metil ester 98%. Kualitas metil ester yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh industri oleokimia di Batam untuk parameter Mono Glyceride, Total Glycerol, Free Giycerol, %H2O, Wama, dan Hydroxyl Value. Namun acid value dari produk metil ester dengan katalis NaOH tidak memenuhi spesifikasi. Sedangkan produk gliserin yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dengan kandungan soap dan sulfat yang Iebih tinggi dibandingkan dengan gliserin hasil penggunaan katalis NaOCH3.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Rahmat Kurniansyah
Abstrak :
Limbah yang dihasilkan oleh industri, dewasa ini telah menjadi permasalahan serius untuk menciptakan suatu lingkungan yang bersih dan bebas pencemaran limbah. Teknologi fotokatalitik dengan katalis semikonduktor TiO2 merupakan salah satu metode alternatif yang sangat prospektif untuk dikaji dalam mengatasi limbah logam berat dan organik. Untuk mendapatkan suatu katalis yang aktif dan memiliki kemampuan untuk menyerap energi sinar tampak, salah satu caranya adalah dengan menggabungkan dua jenis semikonduktor yang mempunyai tingkat energi band gap yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan fotokatalis TiO2 yang ditambahkan CdS membentuk katalis komposit TiO2-CdS.

Fotokatalis yang digunakan adalah TiO2 yang berasal dari TTIP (Titanium Tetra Isoprop0ksida) dengan variasi loading CdS terhadap TiO2 sebesar 1%, 5%, 15%, dan 30%. Preparasi fotokatalis TiO2-CdS dilakukan dengan metode sol-gel, yang dilanjutkan dengan pengeringan di vacuum furnance pada suhu 300 ºC selama 2 jam, setelah itu dikalsinasi pada suhu 500 °C selama 30 menit. Fotokatalis komposit yang telah dipreparasi kemudian dikarakterisasi menggunakan DRS dan XRD. Setelah ilu katalis T102-CdS diuji aktivitasnya daiam mereduksi limbah Cr(VI) dan mendegradasi fenol dalam fotoreaktor batch.

Hasil karakterisasi DRS menunjukkan bahwa makin tinggi loading CdS pada TiO2 dapat menggeser pita serapan ke arah sinar tampak dan menurunkan energi bandgap katalis. Katalis serbuk TiO2-CdS memiliki struktur Kristal TiO2 anatase mumi. Hasil pengujian pada limbah tunggal menunjukkan bahwa semakin besar loading CdS pada katalis TiO2-CdS maka semakin baik daya reduksinya, penambahan loading CdS dari 1% menjadi 30% menyebabkan konversi Cr(VI) 40 ppm dari 42% menjadi 62%. Sebaliknya dengan loading CdS yang semakin kecil maka daya oksidasinya semakin meningkat, penurunan loading CdS dari 30% menjadi 1% akan meningkatkan konversi fenol 40 ppm dari 60% menjadi 93%. Katalis TiO2-CdS 1% adalah katalis optimal untuk reduksi Cr(VI) dan degradasi fenol Secara simultan, karena dapat meningkatkan reduksi Cr(VI) menjadi 100% pada jam ke-8 dan degradasi fenol meningkat menjadi 100% hanya pada jam ke-6.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Chitra
Abstrak :
Indonesia sedang dihadapkan pada permasalahan menipisnya cadangan minyak bumi yang merupakan sumber bahan bakar utama dan building blocks petrokimia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat dilakukan pengembangan pada sumberdaya yang dapat diperbaharui, salah satunya dengan diversifikasi nilai tambah dan minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit memiliki struktur molekul yang mirip dengan minyak bumi, yaitu rantai karhon panjang. Sehingga sangatlah memungkinkan bagi minyak kelapa sawit untuk diolah menggunakan katalis asam dimana dapat terjadi restrukturisasi trigliserida melalui mekanisme reaksi katalis asam seperti halnya pengolahan minyak bumi untuk menghasilkan produk petroleum. Untuk itu diperlukan suatu studi agar dapat diketahui kekuatan asam suatu katalis yang diperlukan untuk dapat merubah struktur molekul minyak kelapa sawit ke dalam bentuk lain. Penelitian dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit dengan berbagai jenis asam, yaitu asam asetat, asam mitral, asam sulfat, zeolit, dan alumina pada sebuah reaktor batch sederhana. Pada produk sampel dilakukan analisa terhadap densitas, viskositas, berat molekul dan FTIR. Berat molekul ditentukan menggunakan grafik penenluan berat molekul dengan dua data masukan awal yaitu titik didih dan API gravity. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa penggunaan beberapa katalis asam memberikan produk dngan berat molekul yang berbeda. Penggunaan katalis asam dengan kekuatan -3 (zeolit) sampai -8.2 (alumina) dan 4,745 ( asam aselal ) s.d -1.163 (asam nitrat) mampu menurunkan berat molekul trigliserida dari nilai awal yaitu 849 gr/mol sampai nilai terkecil 726 gr/mol. Hal ini berarti terjadi perengkahan pada minyak kelapa sawit. Penggunaan asam sulfat sebagai katalis meningkatkan berat molekul produk sampai 1019 gr/mol. Kenaikan berat molekul tersebut juga diikuti dengan kenaikan viskositas produk, yang berarti telah terjadi reaksi polimerisasi hasil FTIR yang diperoleh menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan absorbansi pada ikatan karbon (CH2)n.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Priyanggoro
Abstrak :
Elektrokatalis Pt-Ru-Cr/C yang dibuat berdasarkan metode Seol Ah Lee et.a1 yang telah dimodifikasi ingin diteliti lebih lanjut dalam peranannya sebagai anoda Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). Diharapkan penggunaan logam kedua. Ru, dan logam ketiga, Cr, dapat mengurangi peracunan oleh senyawa intermediate (-COads) pada permukaan logam paduan berbasis Pt. Oleh karena itu dilakukan dua variasi komposisi atomik elektrokatalis terner, yaitu loading Pt 1 mg/cm2 dan 0.8 mg/cm2, agar dapat dilihat efek pengurangan loading Pt pada Katalis PtRuCr. Karakterisasi elektrokatalis Pt-Ru-Cr/C dilakukan dengan, XRF dan XRD untuk mengetahui komposisi bulk dan senyawa-senyawa yang ada pada katalis. Pengujian cyclic voltammetry dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif keaktifan elektrokatalis-elektrokatalis yang telah dibuat. Selain itu juga dibandingkan voltammogram-nya dengan elektrokatalis anoda komersil (E-TEK). Dari hasil voltamogram diketahui bahwa katalis PtRuCr 1 mg/cm2 lebih aktif dibanding katalis PtRuCr 0.8 mg/cm2. Ini dapat dilihat dari onset oxidation dan arus puncak yang dihasilkan. Bila dibandingkan dengan katalis ETEK performanya tidak jauh berbeda hanya saja katalis katalis ETEK menpunyai puncak arus lebih tinggi yaitu 0.1675 mA dan katalis PtRuCr 1 mg/cm2 0.1648 mA maka dapat disimpulkan bahwa keurutan keaktitan katalis adalah Katalis ETEK > PtRuCr 1 mg/cmz > PtRuCr 0.8 mg/cm2.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriana Susanti
Abstrak :
Salah satu karakteristik pelumas jbodgrade adalah bebas toksin. Alternatif yang dapat digunakan untuk menghilangkan atau meminimalkan sifat tersebut adalah penggunaan bahan-bahan yan bebas toksin untuk pembuatanya. Bahan yang dapal dimodifikasi untuk memperoleh sifat pelumas tersebut adalah bahan alami, seperti penggunaan minyak kelapa sawit untuk bahan dasarnya serta reaktan mupun bahan pendukung lainnya yang tidak berbahaya. Modifikasi minyak sawit perlu dilakukan mengingat tingkat ketahanan oksidasinya masih rendah. Reaksi Epoksidasi dapat digunakan untuk memodifikasi sifat lemah dari minyak sawit. POME (Palm Oil Metil Ester) yang diperoleh dari Minyak sawit RBDPO (Refinered Bfeached Deodorised Palm Oil) dapat diepoksidasi menjadi EPOME ( Epoxide Palm Oil Metil Ester) dengan bantuan katalis untuk meningkatkan reaktifitasnya. Pengguanaan kalalis asam resin efektif untuk mempercepat jalannya reaksi epoksidasi. Dengan kondisi optimum pada 3 jam reaksi dengan bilangan epoksida sbesar 0278. Kehadiran asam asetat untuk membantu peroksida bereaksi sangatlah penting, dimana diperoleh kondisi optimum pada penambahan 1/3 mol POME. Selain mudah dipisahkan karena termasuk katalis heterogen, katalis asam resin juga bisa digunakan secara berulang-ulang. Penggunaan katalis ini senanyak 3 kali, masih memberikan konversi yang cukup baik bila dibandingkan dengan penggunaan katalis sebelumnya. Reaksi pembukaan cincin epoksida dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari reaksi epoksidasi yang dilakukan sebelumnya. Dimana gugus epoksida tersebut akan diadisi oleh gliserol dan akan membentuk EPOME Gliserol ( Epoxide Palm OH Metil Ester Gliserol).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaina Sari Rahmawaty
Abstrak :
Fotokatalisis adalah salah satu metode yang dipakai untuk mengolah limbah organik dalam air, contohnya limbah fenol. Semikonduktor yang banyak dipakai sebagai katalis dalam fotokatalisis adalah TiO2 Degussa P25. Proses fotokatalisis dengan sistem katalis slurry memiliki kendala teknis dalam hal memisahkan suspensi Ti02 dari air yang telah diolah. Selain itu suspensi partikulat tidak mudah diterapkan dalam sistem aliran kontinu, sehingga dipakailah sistem Ti02 yang diimmobilisasi pada material lain yang berfungsi sebagai penyangga. Karbon aktif (AC) adalah salah satu penyangga dengan daya adsorpsi cukup baik dan sering dipakai sebagai material pengolahan limbah organik. Tahap awal irnmobilisasi adalah preparasi kataiis yang dilakukan dengan mencampurkan Tit), dalam air bebas mineral sampai terbentuk slurry Si02 dari larutan TEOS 98 % ditambahkan dalam slurry katalis sebagai kekuatan mekaniknya untuk mengurangi perontokan Ti02 pada perrnukaan adsorben. Setelah slurry disonikasi dan dicampurkan dengan karbon aktif, pelapisan dilakukan dengan menguapkan seluruh cairan slurry sampai habis pada suhu 100 °C, kemudian dikeringkan di dalam furnace pada suhu 100 °C dan dikalsinasi pada suhu 400 °C masing-masing selama 1 dan 2 jam. Kemudian untuk mengetahui luas permukaan dan ukuran pori katalis sebehun dan sesudah dipreparasi perlu dilakukan karakterisasi BET pada karbon aktif mumi dan katalis TiO2/SiO2/AC. Uji kinerja dilakukan di dalam reaktor silinder pyrex yang disekelilingnya dipasang 8 buah Iampu UV pada selubung reaktor dengan intensitas cahaya illuminasi UV 144 μW/m2. Parameter yang ditetapkan dalam pengujian ini adalah konsentrasi awal fenol 30 ppm, laju alir keluaran 35 ml/menit, dan lama pengujian 8 jam. Untuk mengetahui hasil pengujian, sampel dianalisis dengan metodeforometri langsung. Hasil karakterisasi BET menunjukkan telah terjadinya peningkatan luas permukaan dan volume pori pada katalis setelah dipreparasi walaupun peningkatannya tidak terlalu signifikan dan terbukti bahwa karbon aktif merupakan microporous adsorbenr. Dari hasil uji kinerja katalis diperoleh kondisi optimum proses pengolahan limbah fenol ini, yaitu dengan menggunakan 25 g katalis TiO2/SiO2/AC dngan komposisi 2,4 : 0,047 : 97,5 % berat yang berhasil menyisihkan fenol sebesar 100% untuk lama pengujian 8 jam. Air hasil pengolahan limbah fenol ini sudah memenuhi standar baku mutu air untuk air mimun dan kehidupan ekosistm aquatik yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu masing-masing 0,002 mg/L, dan 0,5 - 1,0 mg/L.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>