Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Etika Widiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Sampai saat ini, minyak lumas sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Namun, minyak lumas yang dikatagorikan pengerjaan logam (metal-working) belum dibuat di Indonesia produk tersebut masih diimpor. Penelitian formulasi minyak lumas pengerjaan logam (metal-working) yang akan dilakukan dititik beratkan pada peningkatan sifat ? sifat fisika dan kimia minyak jarak sebagai bahan dasar fluida pembentuk (forming fluid) yang akan digunakan sebagai rolling oil. Kebutuhan akan rolling oil di Indonesia cukup besar, terutama untuk dipakai di pabrik ? pabrik baja dan industri mobil. Dalam penelitian ini minyak jarak dipilih sebagai bahan studi karena jenis minyak ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak mineral atau minyak nabati lainnya. Minyak jarak terdiri dari sebagian besar asam risinoleat yang merupakan asam lemak tidak jenuh yang mengandung gugus hidroksil. Minyak jarak sebagai bahan dasar minyak lumas rolling oil, diharapkan indeks viskositasnya sama atau mendekati sifat ? sifat bahan dasar dari minyak mineral. Namun, nilai indeks viskositas minyak jarak ini tergolong masih rendah dan harus ditingkatkan agar dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk rolling oil. Peningkatan nilai indeks viskositas ini salah satunya dapat dilakukan melalui proses dehidrasi parsial dengan adanya katalis yang sesuai.

Uji yang dilakukan pada dehidrasi minyak jarak ini adalah penentuan bilangan iod, penentuan indeks viskositas, dan uji spektoskopi UV. Nilai optimum indeks viskositas dari produk dehidrasi minyak jarak ini adalah 133. Proses tersebut terjadi selama pemanasan 2 jam, dengan menambahkan katalis atapulgit dengan natrium hidroksida sulfat anhidrat sebesar 2 [% b/b] dan 0,5 [% b/b]. Nilai bilangan iod yang diperoleh dari produk dehidrasi ini sebesar 22,79 g I2/ g minyak. Ikatan rangkap terkonjugasi yang terbentuk dari proses ini muncul puncak pada panjang gelombang maksimum 233,25 nm. Dengan demikian indeks viskositas minyak jarak ini memenuhi kriteria sebagai bahan dasar minyak lumas untuk minyak lumas Rolling Oil sebagai pengepresan pada industri baja.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Castor Oil memiliki potensi untuk digunakan sebagai minyak Iumas menggantikan minyak lumas mineral yang tidak rumah Iingkungan dan sumbernya tidak terbaharukan. Potensi Castor Oil sebagai alternatif minyak lumas ini adalah selain ramah lingkungan dan sumbernya terbaharukan, juga memiliki gugus fungsi yang dapat menempel pada permukaan logam sehingga dapat melindungi pemiukaan logam yang saling bergeralc dari friksi (gesekan) yang pada akhimya mengurangi tingkat keausan. Namun demikian Castor Oil mempunyai kelemahan rentan terhadap oksidasi yang dialdbatkan adanya ikatan rangkap distruktumya.

Pada penelitian ini, Castor Oil akan dimodifikasi melalui tahapan proses kimia yang nantinya selain menghilangkan kelemahan tersebut, akan juga didapatkan produk turunan Castor Oil yang memiliki multi gugus iimgsi (ester,eter dan hidfoksi) sehingga terjadi kenaikan kemampuan Castor Oil dalam hal ketahanan anti ausnya. Tahapan-tahapan rnodifikasi tersebut adalah : 1. Transesteriiikasi, menggunakan methanol dengan katalis KOH yang akan menghasilkan Castor Oil Methyl Ester (COME). 2. Epoksidasi, menggunakan H201 dengan katalis asam formiat yang akan menghilangkan ikatan rangkap COME membentuk gugus oksirana. Produk ini bemama Epoxidizea' Castor Oil Methyl Ester (ECOME). 3. Reaksi pembukaan cincin tnenggunakan glisei ol dengan katalis Para Toluena Sul/'ontc Acid (PTSA) yang akan membuka gugus oksirana menjadi Castor Oil Methyl Ester Gliserol (COME Gliserol).

Dengan menggunakan uji Four Ball Wear Test didapatkan kenaikan ketahanan anti aus pada produk tahapan modifikasi epoksida dan reaksi pembukaan cincin. Sedangkan untuk produk transesterifikasi terjadi penurunan ketahanan anti aus.

Mengacu kepada harga Load wear index, didapatkan lcenaikan ketahanan anti aus COME Gliseroi sebagai produk akhir sebsar 25,75% terhadap Castor Oi/ murni dan 64,64% lebih baik performa ketahanan anti ausnya lerhadap minyak lumas mineral HVI 160s. Harga welding point juga bertambah dari pembebanan 160 kg untuk Castor Oil mumi menjadi pembebanan 200 kg untuk COME Gliserol. Harga ini sangat jauh dibandingkan dengan welding point minyak lumas mineral HVI l60s yang hanya sebesar pembebanan 126 kg.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fazahra Salsabila
Abstrak :
Biji tanaman jarak kepyar memiliki minyak yang kandungan terbesarnya adalah asam risinoleat dengan kandungan yang mencapai hingga 90%. Asam risinoleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal dengan 18 atom karbon dan gugus hidroksi pada atom C12. Terdapat tiga gugus fungsi penting pada asam risinoleat, yaitu asam karboksilat, alkena, dan hidroksi. Gugus-gugus tersebut dapat mengalami reaksi lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan fungsionalitasnya. Pada penelitian ini, dilakukan esterifikasi asam lemak hidrolisat minyak jarak dengan asam askorbat yang bertujuan untuk menghasilkan senyawa ester asam lemak-askorbil yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, yang kedepannya berpotensi untuk diaplikasikan pada produk lipofilik. Setelah dilakukan hidrolisis minyak jarak dengan katalis basa KOH, diperoleh asam lemak hidrolisat dengan rendemen sebesar 98,9%. Kemudian, dilakukan esterifikasi secara enzimatis dengan asam askorbat menggunakan katalis Lipase Eversa Transform 2.0 dan pelarut aseton. Produk yang terbentuk adalah ester asam lemak-askorbil dengan persen konversi sebesar 79%. Identifikasi produk dilakukan dengan KLT dan hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya serapan C=O ester pada 1733 cm-1. Pengujian aktivitas antioksidan ester asam lemak-askorbil menghasilkan nilai IC50 sebesar 106,29 ppm yang termasuk dalam kategori antioksidan sedang. Uji aktivitas antimikroba pada konsentrasi produk ester 5% sudah menunjukkan adanya zona inhibisi pada bakteri S. aureus dan E. coli yang termasuk dalam kategori tidak efektif. ......The seeds of the kepyar castor plant have oil whose largest content is ricinoleic acid with a content reaching up to 90%. Ricinoleic acid is a monounsaturated fatty acid with 18 carbon atoms and a hydroxy group at the C12 atom. There are three important functional groups in ricinoleic acid, namely carboxylic acid, alkene, and hydroxy. These groups can undergo further reactions so as to increase their functionality. In this research, esterification of castor oil hydrolyzate fatty acids with ascorbic acid was carried out with the aim of producing fatty acid-ascorbyl ester compounds which have antioxidant and antimicrobial activity, which in the future has the potential to be applied to lipophilic products. After hydrolysis of castor oil with a KOH base catalyst, fatty acid hydrolyzate was obtained with a yield of 98.9%. Then, enzymatic esterification was carried out with ascorbic acid using the Lipase Eversa Transform 2.0 catalyst and acetone solvent. The product formed is a fatty acid-ascorbyl ester with a conversion percentage of 79%. Product identification was carried out using TLC and characterization results using FTIR showed the absorption of C=O ester at 1733 cm-1. Testing the antioxidant activity of fatty acid-ascorbyl esters resulted in an IC50 value of 106.29 ppm which is included in the moderate antioxidant category. The antimicrobial activity test at 5% ester product concentration has shown the existence of an inhibition zone for S. aureus and E. coli bacteria which are included in the ineffective category.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fazahra Salsabila
Abstrak :
Biji tanaman jarak kepyar memiliki minyak yang kandungan terbesarnya adalah asam risinoleat dengan kandungan yang mencapai hingga 90%. Asam risinoleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal dengan 18 atom karbon dan gugus hidroksi pada atom C12. Terdapat tiga gugus fungsi penting pada asam risinoleat, yaitu asam karboksilat, alkena, dan hidroksi. Gugus-gugus tersebut dapat mengalami reaksi lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan fungsionalitasnya. Pada penelitian ini, dilakukan esterifikasi asam lemak hidrolisat minyak jarak dengan asam askorbat yang bertujuan untuk menghasilkan senyawa ester asam lemak-askorbil yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, yang kedepannya berpotensi untuk diaplikasikan pada produk lipofilik. Setelah dilakukan hidrolisis minyak jarak dengan katalis basa KOH, diperoleh asam lemak hidrolisat dengan rendemen sebesar 98,9%. Kemudian, dilakukan esterifikasi secara enzimatis dengan asam askorbat menggunakan katalis Lipase Eversa Transform 2.0 dan pelarut aseton. Produk yang terbentuk adalah ester asam lemak-askorbil dengan persen konversi sebesar 79%. Identifikasi produk dilakukan dengan KLT dan hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya serapan C=O ester pada 1733 cm-1. Pengujian aktivitas antioksidan ester asam lemak-askorbil menghasilkan nilai IC50 sebesar 106,29 ppm yang termasuk dalam kategori antioksidan sedang. Uji aktivitas antimikroba pada konsentrasi produk ester 5% sudah menunjukkan adanya zona inhibisi pada bakteri S. aureus dan E. coli yang termasuk dalam kategori tidak efektif. ......The seeds of the kepyar castor plant have oil whose largest content is ricinoleic acid with a content reaching up to 90%. Ricinoleic acid is a monounsaturated fatty acid with 18 carbon atoms and a hydroxy group at the C12 atom. There are three important functional groups in ricinoleic acid, namely carboxylic acid, alkene, and hydroxy. These groups can undergo further reactions so as to increase their functionality. In this research, esterification of castor oil hydrolyzate fatty acids with ascorbic acid was carried out with the aim of producing fatty acid-ascorbyl ester compounds which have antioxidant and antimicrobial activity, which in the future has the potential to be applied to lipophilic products. After hydrolysis of castor oil with a KOH base catalyst, fatty acid hydrolyzate was obtained with a yield of 98.9%. Then, enzymatic esterification was carried out with ascorbic acid using the Lipase Eversa Transform 2.0 catalyst and acetone solvent. The product formed is a fatty acid-ascorbyl ester with a conversion percentage of 79%. Product identification was carried out using TLC and characterization results using FTIR showed the absorption of C=O ester at 1733 cm-1. Testing the antioxidant activity of fatty acid-ascorbyl esters resulted in an IC50 value of 106.29 ppm which is included in the moderate antioxidant category. The antimicrobial activity test at 5% ester product concentration has shown the existence of an inhibition zone for S. aureus and E. coli bacteria which are included in the ineffective category.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Khairani
Abstrak :
Pada penelitian ini, dilakukan sintesis senyawa etil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan etil ester dan produk oksidasinya secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa EC. 3.1.1.3 dalam pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan membuat variasi perbandingan mol antara asam lemak dengan etanol, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Untuk etil ester asam lemak hasil hidrolisis didapatkan konversi paling tinggi pada perbandingan 1:3 sebesar 76,31 dan untuk produk oksidasinya pada perbandingan 1:2 sebesar 72. Hasil karakterisasi menggunakan FTIR, etil ester asam lemak hasil hidrolisis memberikan pita serapan C=O ester pada bilangan gelombang 1731,27 cm-1 dan 1732,15 cm-1 untuk ester asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi. Kedua jenis ester ini diuji kemampuan emulsifier dan keduanya mampu mempertahankan bentuk teremulsi kurang lebih 24 jam dengan tipe emulsi air dalam minyak w/o. Uji aktivitas antimikroba kedua ester ini memberikan hasil positif berupa adanya zona hambat pada hasil ester, asam lemak hasil hidrolisis dan asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes. Zona hambat terbesar dihasilkan oleh ester asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi sebesar 1,7cm terhadap kedua bakteri.
The aim of this study was to synthesis of fatty acid ethyl ester compound of hydrolyzed castor oil and its oxidation product using Candida rugosa lipase in n hexane solvent. Reaction optimization was performed by varying the mole ratio between fatty acids to ethanol, ie 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4. For the fatty acid ethyl ester, the highest conversion percentage in the ratio of 1 3 was 76.31 and for Its oxidized produk at the ratio of 1 2 was 72. The results of characterization using FTIR, fatty acid ethyl ester give absorption band C O ester at wave number 1731,27 cm 1 and 1732,15 cm 1 for its oxidized product. Both types of these esters tested the emulsifier 39 s ability and both were able to maintain an emulsion form approximately 24 hours with a water in oil emulsion type w o. The antimicrobial activity test of these two esters gave positive results in the presence of inhibition zone on esters, fatty acids from hydrolysis and fatty acids from oxidized hydrolysis to growth of Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes. The largest inhibitory zone is produced by a fatty acid ester of oxidized hydrolysis of 1.7cm against both bacteria.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachri Munadi
Abstrak :
Kilang minyak di Indonesia menghasilkan vacuum residue dari unit distilasi vakum, dimana pemanfaatannya masih sangat rendah. Sebagai residu minyak berat, vacuum residue mengandung hidrokkarbon aromatik tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan karbon aktif dengan luas permukaan tinggi. Karbon aktif saat ini banyak digunakan sebagai gas storage dan electric double layer capacitor (EDLC). Electric double layer capacitor (EDLC) dengan elektroda karbon aktif diketahui memiliki kapasitas tinggi untuk penyimpanan energi. Vacuum residue bersifat isotropik, dapat dipirolisis membentuk karbon anisotopik yang memiliki struktur kristal yang tinggi sehingga meningkatkan kekuatan mekanik karbon aktif. Dalam penelitian ini, vacuum residue dicampur dengan dehydrated castor oil yang mengandung conjugated double bonds, kemudian dilakukan pirolisis dengan heating rate 5oC/menit sampai suhu maksimum 450oC dengan holding time pada suhu maksimum selama 90 menit. Penambahan dehydrated castor oil pada vacuum residue dilakukan dengan variasi 0%, 5%, 10%, dan 15%. Minyak jarak dapat diperoleh dari tanaman minyak jarak, yang banyak ditanam di Indonesia, melalui proses ekstraksi biji jarak. Dehidrasi minyak jarak dilakukan menggunakan katalis natrium bisulfat dan melalui heat treatment pada suhu 230oC. Pirolisis vacuum residue dan penambahan dehydrated castor oil dari 0%wt, 5%wt, 10%wt, dan 15%wt mengurangi rasio atom C/H dari prekursor, berturut-turut dari 1,82 menjadi 1,50; 1,48; dan 1,45. Produk pirolisis vacuum residue dan dehydrated castor oil digunakan sebagai prekursor untuk proses aktivasi dan karbonisasi pembuatan karbon aktif. Aktivasi dilakukan dengan menggunakan larutan KOH yang diimpregnasi pada prekursor dan dilanjutkan dengan karbonisasi dengan heating rate 5oC/menit hingga 700oC dan holding time selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak jarak pada vacuum residue berturut-turut dari 0%wt, 5%wt, 10%wt, dan 15%wt dapat meningkatkan luas permukaan karbon aktif dari 150,32 m2/g menjadi, 236,97; 290,99; dan 357,78 m2/g. ......Crude oil refineries in Indonesia produce much waste in the vacuum distillation as vacuum residue, but its utilization is still low. As heavy oil residue, vacuum residue contains high aromatics and therefore high carbon which can be utilized as raw material to produce high surface area activated carbon (AC). Such a AC is widely used in the field of gas storage and electric double-layer capacitors (EDLCs). Electric double-layer capacitors (EDLCs) with activated carbon electrodes are known to have higher capacity for energy storage. Vacuum residue containing isotropic aromatics can be pyrolysed to form anisotopic aromatics which has high crystalline content thus increasing mechanical strength of AC. In the present work, vacuum residue was mixed with dehydrated castor oil as conjugated double bond source, then followed by pyrolysis at heating rate of 5oC/min until 450oC and holding time at 450oC for 90 minutes. The amount of dehydrated castor oil added to vacuum residue was varied at 0%, 5%, 10%, and 15% weight of vacuum residue. Castor oil can be obtained from castor oil plants, which are widely grown in Indonesia, by extraction process of castor bean. Dehydration of castor oil used a catalyst of sodium bisulfate to obtain conjugated double bonds. Co-pyrolysis of vacuum residue and addition of conjugated double bonds reduce C/H atomic ratio precursors, from 1.82 to 1.50, 1.48, and 1.45. Product of co-pyrolysis of vacuum residue and dehydrated castor oil was used as a precursor to prepare for activation and carbonization. The activation was conducted by activating the precursor with KOH solution and followed by carbonization at heating rate of 5oC/min until 700oC and holding time at 700oC for 30 minutes. The results show that the addition of castor oil by 0%wt, 5%wt, 10%wt, and 15%wt improved pore surface area from 150.32 m2/g, 236.97, 290.99, and 357.78 m2/g.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Study effect of various media on growth of castor (Jatropha curcas L) propagated by seeds was carried out at Germplasm Garden, Rc for Biotechnology LIPI Cibinong. The study was arranged in Randdomized Blokck Design with there replications. Various media used in this study were organic media, compost, soil and sand (control). Besides, the seeds were soaked in hot water for 10,20 and 30 minutes to overcome seeds dormancy. Parameters observed were growth percentage, plant height, number of leaves, leaf lenght, number of roots,and roots length. The results showed that the highest parameters observed were shown by the control (Without hot water treatment). Among the four types of media, latosal soil was was the lowest in all growth parameters observed. From this study it can be recomended that the dormancy overcoming was not needed in fertile media, while in unfertile media (like latosal soil) dormancy overcoming treatment with hot wafer 30 minutes was needed.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Rubber plasticizer is used to improve rubber processability so as to shorten time and reduce energy consumption during compounding. In general, rubber plasticizer is nonrenewable and environmentally harmful petroleum derivatives due to the carcinogenic property. Environmentally friendly plasticizer can be produced by transfer hydrogenation of vegetable oil. The research was aimed to synthesize new rubber plasticizer from transfer hydrogenation of castor oil using diimide compound which was generated in situ by oxidation of hydrazine hydrate and hydrogen peroxide as well as the application of the new rubber plasticizer obtained on natural and synthetic rubbers compounding. The result showed that the optimum condition of transfer hydrogenation was achieved at a capacity of 1000 ml oil/batch, 40oC for 5 hours, and ratio hydrazine hydrate to hydrogen peroxide at 1:2 due to the hydrogenated castor oil (HCO) had the highest degree of hydrogenation and neutral pH. The application of 10 phr HCO had significant effect on the compounding of EPDM 6250 which was shown by shortest time and lowest energy of compounding, and also by the highest minimum torque modulus. In addition, the crosslink density of rubber vulcanizate which was formed during accelerated sulfur vulcanization was affected both by the addition of HCO and the saturation of the rubber being used.

Bahan pelunak kompon karet berfungsi meningkatkan kemampuan proses karet sehingga dapat mempersingkat waktu dan menurunkan konsumsi energi selama pengomponan. Bahan pelunak karet yang umum digunakan berasal dari turunan minyak bumi yang tidak terbarukan dan tidak ramah lingkungan karena bersifat karsinogenik. Bahan pelunak kompon karet yang ramah lingkungan dapat diproduksi melalui reaksi transfer hidrogenasi minyak nabati. Penelitian ini bertujuan mempelajari sintesis bahan pelunak karet dari minyak jarak kastor secara transfer hidrogenasi menggunakan senyawa diimida yang dibangkitkan secara in situ oleh hidrasina hidrat dan hidrogen peroksida serta aplikasinya dalam pembuatan kompon karet alam (SIR 20) maupun sintetik (EPDM 6250, EPDM 6470, dan Butil 301). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi reaksi terbaik dicapai pada kapasitas reaksi sebesar 1000 ml minyak/batch, suhu 40oC selama 5 jam dan rasio penambahan hidrasina hidrat terhadap hidrogen peroksida sebesar 1:2 karena menghasilkan derajat hidrogenasi tertinggi dan memiliki pH netral. Aplikasinya sebagai bahan pelunak alami sebesar 10 bsk berpengaruh signifikan terhadap proses pengomponan karet sintetik tipe EPDM 6250 karena saling memiliki kompatibilitas yang tinggi sehingga mampu memberikan waktu dan energi pengomponan serta nilai torsi minimum terendah. Derajat ikatan silang pada vulkanisat karet yang terbentuk saat vulkanisasi sulfur selain dipengaruhi oleh bahan pelunak juga oleh tingkat kejenuhan karet tersebut.
Pusat Penelitian Karet ; Institut Pertanian Bogor. Departemen Kimia, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Syuja
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan sintesis ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan ester asam risinoleat secara kimiawi dengan menggunakan variasi alkohol yaitu metanol, etanol, 2-propanol, dan 1-butanol serta katalis ZnCl2. Perbandingan mol antara asam lemak dengan alkohol yang digunakan dalam reaksi esterifikasi adalah 1:2. Selain itu reaksi esterifikasi dilakukan variasi waktu pada 4, 6, 8, 10 dan 12 jam. Hidrolisis dari minyak jarak menghasilkan 87% kadar asam lemak. Waktu optimal untuk reaksi esterifikasi adalah 10 jam. Persen konversi paling tinggi diperoleh pada produk metil ester asam risinoleat yaitu sebesar 68%. Hasil karakterisasi menggunakan FTIR menunjukkan adanya serapan gugus C=O ester pada rentang 1750-1735 cm-1 dan C-O ester pada 1210-1163 cm-1. Hasil uji emulsifier produk esterifikasi menunjukkan bahwa setelah 24 jam emulsi yang terbentuk masih cukup stabil, dengan tipe emulsi air dalam minyak (w/o). Kemampuan sebagai emulsifier paling baik ditunjukkan oleh metil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak, Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis memberikan hasil positif untuk beberapa jenis ester. Zona hambat terbesar diperoleh dari butil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak untuk bakteri P. acnes sebesar 20 mm dan butil ester asam lemak risinoleat untuk bakteri S. epidermidis sebesar 18 mm.
In this research, synthesis of fatty acid esters from hydrolyzed castor oil and ricinoleic acid ester using various alcohol, namely methanol, ethanol, 2-propanol, and 1-butanol and ZnCl2 as catalyst was performed. The fatty acids to alcohols mole ratio used in the esterification reaction was 1 : 2. Esterification reaction was carried out with a time variation 4, 6, 8, 10 and 12 hours. Hydrolysis of castor oil produced 87% of fatty acid. The optimal time for the esterification reaction was 10 hours. The highest conversion percentage was obtained for ricinoleic acid methyl esters product, which was 68%. Characterization using FTIR showed the presence of group absorption of C = O esters at wavenumber 1750-1735 cm-1 and C-O esters at 1210-1163 cm-1. Emulsifier test result on esterification product showed that after 24 hours the emulsion formed was still quite stable, with the type of water-in-oil (w/o) emulsion. Methyl ester of castor oil fatty acid showed its ability as the best emulsifier among the other esters Antimicrobial activity assays against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis showed positive results for several types of esters. The largest inhibition zone was obtained from butyl ester of castor oil fatty acid against P. acnes (20 mm) and butyl ester of ricinoleic acid against S. epidermidis (18 mm).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Muhammad Adjie
Abstrak :
Reaksi dekarboksilasi minyak jarak kepyar dengan penambahan Ca(OH)2 berlebih untuk pembuatan hidrokarbon setara fraksi diesel telah dilakukan. Reaksi dilakukan di dalam reaktor batch yang beroperasi pada tekanan atmosferik dan temperatur antara 425 – 500 oC. Variasi yang dilakukan meliputi variasi rasio umpan, temperatur saponifikasi dan temperatur dekarboksilasi. Reaksi dengan umpan rasio umpan 1:6, temperatur saponifikasi 200 oC dan temperatur dekarboksilasi 475 oC memberikan konversi terbesar yaitu 67,46%. Analisa sifat fisik yang meliputi densitas dan viskositas menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 8220:2017. Produk cair dianalisa analisa GC–MS menunjukkan komposisi hidrokarbon setara fraksi diesel sebesar 36,87%. Analisa menggunakan FTIR, menunjukkan masih banyaknya gugus asam karboksilat dalam produk. Upgrading dengan penambahan asam borat mampu menghilangkan gugus karboksilat, tetapi komposisi senyawa yang didapat tidak sesuai dengan fraksi diesel. ......The decarboxylation reaction of Castor oil with the addition of excess Ca(OH)2 for the manufacture of hydrocarbons equivalent to the diesel fraction has been carried out. The reaction was carried out in a batch reactor operating at atmospheric pressure and temperature between 425 – 500 oC. Variations carried out include variations in feed ratio, saponification temperature and decarboxylation temperature. The reaction with feed ratio of 1:6, saponification temperature of 200 oC and decarboxylation temperature of 475 oC gave the largest conversion, namely 67.46%. Analysis of physical properties which include density and viscosity shows that the resulting product has met the standards set by SNI 8220:2017. The liquid product was analyzed by GC–MS analysis showing the hydrocarbon composition equivalent to the diesel fraction of 36.87%. Analysis using FTIR, shows that there are still many carboxylic acid groups in the product. Upgrading with the addition of boric acid was able to remove the carboxylic groups, but the composition of the compounds obtained did not match the diesel fraction.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>