Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pahmi Leni
"Penyakit gigi yang banyak diderita oleh masyarakat adalah karies dan penyakit periodontal. Pemeriksaan gigi yang dilakukan di SD Negeri 04 Jati Asih Kota Bekasi menunjukkan bahwa dari 405 siswa yang diperiksa ditemukan sebesar 352 (86,9 % ) menderita penyakit gigi dan mulut, dan karies gigi ditemukan sebanyak 164. Karies gigi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan menanamkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi sejak usia dini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencegahan karies dan faktorfaktor yang berhubungan pada siswa SD Negeri 04 Jati Asih Kota Bekasi tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan disain cross sectional dimana variabel dependen (Perilaku pencegahan karies) dan variabel independen (Jenis kelamin, pengetahuan, ketersediaan sarana, dukungan orang tua dan dukungan guru) diteliti pada waktu yang bersamaan. Pengambilan sampel dengan cara Purposive yaitu berdasarkan pertimbangan bahwa penilaian perilaku benar menyikat gigi dinilai pada penduduk usia 10 tahun keatas, target yang ditetapkan oleh Depkes RI untuk penilaian DMF-T pada anak yaitu usia 12 tahun, dan pada usia 10-12 tahun seorang anak sudah mempunyai minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, realistik, ingin tahu dan ingin belajar, dan setelah usia 11 tahun anak sudah dapat menyelesaikan tugasnya tanpa tergantung orang lain. Sampel yang diambil adalah seluruh siswa kelas IV,V dan VI berjumlah 175 orang. Pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden.
Hasil penelitian menemukan bahwa siswa yang berperilaku buruk dalam pencegahan karies gigi sebesar 57,1 %. Variabel yang secara statistik berhubungan dengan perilaku pencegahan karies yaitu variabel pengetahuan dan dukungan orang tua. Sedangkan variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap perilaku pencegahan karies adalah dukungan orang tua.

Dental disease which most suffered by community were caries and periodontal disease. Dental investigation which performed in public Primary School 04 Jati Asih Bekasi City found that as much as 352 students (86,9%) suffer from dental disease and mouth one, and 164 students for caries of overall 405 students who were investigated. Caries was a disease which could be prevented by maintaining good behavior of dental health caring since the early age.
This study aims to find out about behavior of caries prevention and related factors to students of State Primary School 04 Jati Asih Bekasi City year 2011. It is a descriptive study using cross sectional design, which of dependent variable (caries prevention behavior) and independent variables (sex, knowledge, availability of facility, parent and teacher support) were inspected at the same time. Samples were obtained by purposive way, that is, based on consideration that good behavior of brushing teeth evaluated at people at age above 10 years old, and a child at age 10-12 years has had interest to concrete daily practical life, realistic, curious and study interest, after they are 11 years old, they have been able to do their own tasks by themselves without depend on other people. Taken samples are all of students of fourth, fifth and sixth class amount 175 students. Data were collected by giving a questionnaire to be filled by students.
Result study find that students which have bad behavior in preventing of caries as much as 57.1%. Statistically variables related to caries prevention behavior are knowledge and parent support. While the most influenced dominant variable to caries prevention behavior is parent support.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica
"Latar belakang: Early Childhood Caries (ECC) terjadi apabila terdapat satu atau lebih gigi karies, gigi yang hilang akibat karies atau gigi yang telah ditambal pada anak usia dibawah 71 bulan. Dalam dua dekade terakhir berbagai studi menunjukkan Candida albicans (C. albicans) juga merupakan faktor utama penyebab karies. Tindakan pencegahan ECC dapat dilakukan dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi secara rutin. Salah satu bahan herbal yang telah terbukti memiliki efek antimikroba adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Kandungan asam lemak pada VCO menyebabkan VCO memiliki efek antifungal, antibakteri dan antivirus Metode Penelitian: Penelitian ini menguji VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 8% dan 80% terhadap viabilitas biofilm C. albicans pasien ECC. Biofilm dibentuk pada 96-microwell plate. Setelah inkubasi 24 jam, plat dimasukkan ke dalam microplate reader untuk mendapatkan nilai viabilitas biofilm diukur menggunakan perhitungan optical density (OD). Hasil: Analisis data menggunakan uji t-test tidak berpasangan menunjukkan nilai viabilitas biofilm C. albicans setelah pemberian VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 8% berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif (tanpa bahan uji). Sedangkan nilai viabilitas biofilm C. albicans setelah pemberian VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 80% menunjukkan nilai viabilitas biofilm C. albicans berbeda bermakna dengan kontrol negatif. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan viabilitas biofilm C. albicans setelah pemberian VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 8% meningkat. Sebaliknya, VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 80% menurunkan viabilitas C. albicans.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is defined as a child 71 months of age or younger with the presence of one or more decayed teeth, missing (due to caries) or filled teeth surface. In the past two decades, various studies have shown Candida albicans (C. albicans) also the main etiology of dental caries. ECC prevention can be carried out by brushing teeth regularly using toothpaste. VCO is one of natural product that has been proven to have antimicrobial effect. The fatty acid content in VCO causes VCO to exhibit antifungal, antibacterial and antiviral effect. Methods: This study tested VCO 8% and 80% toothpaste against C. albicans biofilm viability. Biofilm was formed on 96-microwell plate. After 24 hours incubation, plate was inserted into microplate reader to obtain biofilm viability value measured using optical density (OD). Results: Data analysis using independent t-test showed C. albicans biofilm viability in VCO 8% toothpaste group was not significantly different from negative control. However, C. albicans biofilm viability in VCO 80% toothpaste was significantly different from negative control. Conclusion: This study showed increasing C. albicans biofilm viability after VCO 8% toothpaste exposure. In contrast, VCO 80% toothpaste decreased C. albicans biofilm viability."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nur Adlina
"Latar Belakang: Protein merupakan komponen utama yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh. Protein terdiri dari protein hewani dan nabati. Protein hewani terdapat dalam ikan, daging, dan telur. Defisiensi protein hewani dapat menyebabkan karies akibat menurunnya sistem pertahanan tubuh, atropi kelenjar saliva, serta adanya risiko kelainan struktur email gigi. Gigi molar satu permanen merupakan gigi yang dapat digunakan untuk menilai status kesehatan gigi anak karena memiliki anatomi pit dan fissure yang dalam, dan gigi tersebut erupsi pada usia dimana anak sering mengkonsumsi makanan manis. Usia 8 – 9 tahun dipilih karena pada usia tersebut gigi molar satu permanen telah erupsi dan gigi tersebut telah terpapar selama 2- 3 tahun di dalam rongga mulut, serta pada usia tersebut membutuhkan asupan nutrisi yang baik untuk mendukung pertumbuhan.
Tujuan: Menganalisis hubungan tingkat konsumsi protein hewani dengan karies gigi molar satu permanen pada anak usia 8 – 9 tahun di Jakarta Pusat.
Metode: Desain studi cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 109 orang, yang dipilih menggunakan purposive sampling. Variabel yang digunakan bertujuan untuk menganalisis korelasi antara frekuensi konsumsi protein hewani dengan karies gigi molar satu permanen. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur frekuensi konsumsi protein hewani yaitu Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan pemeriksaan klinis karies gigi molar satu permanen menggunakan skor International Caries Detection and Assesment System (ICDAS).
Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan distribusi frekuensi karies pada gigi molar satu permanen anak usia 8-9 tahun adalah 1,8% bebas karies, 63,3% karies email, dan 34,9% karies dentin-pulpa. Hubungan frekuensi konsumsi protein hewani dengan karies menunjukkan hubungan tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan tidak bermakna antara frekuensi konsumsi protein hewani dengan karies gigi molar satu permanen pada anak usia 8 – 9 tahun di Jakarta Pusat.

Background : Protein is the main component that have a role in body tissue’s growth and development. Protein consists of animal protein and plant protein. Animal protein can be found in fish, meat and egg. Protein deficiency can increase caries risk because of decreased immune system, salivary gland atrophy, and abnormalities of enamel structure. First permanent molar is a teeth that can be used to assess children’s oral health because it is more susceptible to caries than any other teeth. This tooth is susceptible to caries because it has deep pit & fissure anatomy and erupts at the age where children consume sweet food more often. Children aged 8 – 9 years is chosen because the first permanent is exposed long enough to oral environment and needed good nutrition for growth.
Aim: To analyze the correlation between animal protein consumption frequency and first permanent molar caries on children aged 8 – 9 years in Central Jakarta.
Method: This study design is cross sectional. Total research subject is 109 people that is chosen by purposive sampling method. The variables that are used in this research aim to analyze the correlation between animal protein consumption frequency and first permanent molar caries. Questionnaire that is used to assess the consumption frequency is Food Frequency Questionnaire (FFQ) and clinical examination to assess severity of first permanent molar caries uses International Caries Detection and Assessment System (ICDAS) score.
Result: This research shows first permanent molar caries frequency as follows; 1,8% free caries, 63,3% enamel caries, and 34,9% dentin-pulp caries. The correlation between animal protein consumption frequency and caries does not show any significant correlation (p>0,05).
Conclusion: There is no significant correlation between animal protein consumption frequency and first permanent molar caries in children aged 8 – 9 tahun in Central Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisyia Ferlia Khairiyah
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan penyakit kronis yang umum pada masa anak anak. Penyakit ini didefinisikan sebagai adanya kerusakan pada permukaan gigi, kehilangan gigi, atau restorasi pada gigi sulung anak berusia 71 bulan atau dibawahnya. Terdapat empat faktor utama yang memegang peranan penting untuk terjadinya karies pada anak usia dini, yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, serta waktu. Kelompok bakteri Streptococcus mutans menjadi yang utama di antara spesies bakteri tersebut. Streptococcus mutans dibagi menjadi beberapa serotype yang terdiri dari serotype c, e dan f. Serotype c menjadi yang paling banyak ditemukan pada kasus ECC. Namun, tidak hanya bakteri yang menjadi peran dalam pembentukan karies, terdapat pula Candida Albicans yang merupakan jamur yang biasa menjadi penyebab infeksi pada rongga mulut.
Tujuan: Evaluasi terhadap kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype C dan Candida albicans pada dorsal lidah anak usia dini dan kaitannya dengan tingkat dmft.
Metode: Metode yang digunakan pada kuantifikasi antigen yang disebutkan adalah metode ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Nilai absorbansi dibaca pada panjang gelombang 450 nm, nilai tersebut dijadikan sebagai nilai kuantitas dari masing masing antigen.
Hasil: Perbedaan jumlah kuantitas antigen Streptococcus Mutans serotype C pada indeks dmft rendah sebesar 2,87, pada indeks dmft sedang 3,004 serta pada indeks dmft tinggi sebesar 3,174. Selanjutnya pada antigen Candida Albicans, terdapat perbedaan jumlah kuantitas, yaitu pada indeks dmft rendah sebesar 1,728, pada indeks dmft sedang 1,738, serta pada indeks dmft tinggi sebesar 1,71.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans pada derajat dmft. Selain itu, peneliti juga mendapatkan bahwa kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans pada anak bebas karies dan ECC memiliki korelasi negatif.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a common chronic disease in childhood. This disease is defined as damage on the tooth surface, tooth loss, or restoration in the deciduous teeth of children aged 71 months or below. There are four main factors that play important roles for caries in early childhood, which are host, agent or microorganism, substrate or diet, and time. The Streptococcus Mutans group of bacteria is the main of these bacterial species. Streptococcus Mutans are divided into several serotypes consisting of serotypes C, E and F. Serotype C is the most commonly found in ECC cases. However, it is not only bacteria that play a role in caries formation, there are also Candida Albicans which are fungi that commonly cause infections in the oral cavity.
Objective: evaluation of the quantity of Streptococcus Mutans serotype C and Candida Albicans antigens on the dorsal tongue of early childhood and its relation to dmft levels.
Method: The method used in the quantification of the antigen mentioned is the ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) method.The absorbance value is read at a wavelength of 450 nm, the value is used as the quantity value of each antigen.
Result: The difference in the quantity of Streptococcus Mutans serotype C antigens on the low dmft, the quantity is 2.87, on the medium dmft, the quantity is 3.004 and on the high dmft, the quantity is 3.174. Candida Albicans antigens, there are differences in the quantity, on the low dmft, the quantity is 1.728, on the medium dmft, the quantity is 1.738, and on the high dmft, the quantity is 1.71.
Conclusion: There is no significant difference between the quantity of Streptococcus mutans serotype c antigens and Candida albicans at dmft degrees. In addition, researcher also found that the quantity of Streptococcus mutans serotype c antigens and Candida albicans in caries-free children and ECC have a negative correlation.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karen Geraldine
"Karies adalah penyakit infeksi yang merusak jaringan keras gigi sehingga berlubang dan disebabkan oleh aktivitas bakteri kariogenik yang diaktivasi oleh karbohidrat. Streptococcus mutans adalah bakteri kariogenik dominan yang menyebabkan karies. Pada tahun 2018, tercatat bahwa 93% anak di Indonesia yang berusia 5 sampai 6 mengalami karies. Terapi topikal dalam bentuk fluoride varnish menjadi salah satu pencegah terjadinya karies pada gigi. Adapun, penelitian terdahulu membuktikan bahwa walaupun fluoride varnish memiliki kemampuan antibakteri terhadap Streptococcus mutans ketika diaplikasikan pada orang dewasa, hal yang sama tidak terjadi pada anak-anak. Selain itu, fluoride varnish dengan minyak perasa berbeda memiliki pelepasan ion fluoride yang berbeda pula. Oleh karena itu, dibutuhkan penambahan minyak perasa dan agen antibakteri pada komposisi fluoride varnish. Penelitian ini akan mempelajari metode formulasi fast release fluoride varnish dengan menggunakan penambahan minyak perasa merk LorAnn Oils dengan variasi strawberry-kiwi, cinnamon roll, dan marshmallow, serta agen antibakteri dari bahan alam yaitu ekstrak buah delima (Punica granatum), daun sirih merah (Piper crocatum), dan daun sirsak (Annona muricata) yang diperoleh melalui metode maserasi untuk menginhibisi bakteri Streptococcus mutans dengan waktu pelepasan ion fluoride di bawah 4 jam. Uji pelepasan ion fluoride dilakukan menggunakan elektroda ion selektif fluoride. Uji inhibisi bakteri dilakukan dengan metode difusi cakram pada bakteri Streptococcus mutans yang dibiakkan pada media BHI. Kontrol positif pada penelitian ini yaitu 3M Clinpro White Varnish. Hasil fast release fluoride varnish terbaik diperoleh pada variasi fast release fluoride varnish dengan penambahan 2% minyak perasa strawberry-kiwi dengan ekstrak daun sirih merah 1 g/L, dengan jumlah fluoride dalam larutan uji senilai 72,29 g/L pada jam ke-4 dan zona inhibisi bakteri Streptococcus mutans sebesar 3,81 mm.

Caries is an infection that destroys teeth structure and is caused by the activity of cariogenic bacteria which are activated by the presence of carbohydrates. Streptococcus mutans is a dominant cariogenic bacteria that causes caries in oral cavity. In 2018, it is recorded that 93% of children aged 5 to 6 experience caries disease. Topical therapy in the form of fluoride varnish is one of many ways to prevent caries on teeth. However, although fluoride varnish is proven to have antibacterial activities against Streptococcus mutans when applied to adults, this does not happen to children. Fluoride varnish with an addition of different flavors also have different fluoride release performance. That is why an addition of flavor oils and antibacterial agents to fluoride varnish is needed. This research will conduct a study of fluoride varnish formulation using addition of LorAnn Oils flavor oils with the flavors strawberry-kiwi, cinnamon roll, and marshmallow, and also natural antibacterial agents from extracts of pomegranate (Punica granatum) fruit, betle (Piper crocatum) leaves, and soursop (Annona muricata) leaves obtained through maceration to inhibit Streptococcus mutans bacteria with the highest fluoride release rate. Fluoride release test is done in four hours by using fluoride ion selective electrode. Bacterial inhibition test is done by disc diffusion method on Streptococcus mutans bacteria grown on BHI agar. The positive control for this research is 3M Clinpro White Varnish. The best fast release fluoride varnish goes to the one with an addition of 2% strawberry-kiwi flavor oil and 1 g/L addition of betle leaves extract, with a highest fluoride release at 72,29 mg/L at the fourth hour and an inhibition zone of 3,81 mm against Streptococcus mutans bacteria."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rahmah
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) adalah karies yang menyerang anak-anak pada umur dibawah 71 bulan, sedangkan Severe – Early Childhood Caries (S-ECC) adalah ECC yang keparahannya ekstensif. Salah satu faktor utama terjadinya ECC adalah bakteri Streptococcus mutans dan progresitifitas dari ECC dapat didukung oleh adanya jamur Candida albicans, tetapi hubungan antara Streptococcus mutans, Candida albicans, dan tingkat karies masih dipertanyakan. Tujuan: Mengetahui kuantitas dan hubungan antara antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari plak gigi yang dikorelasikan dengan OHI-S dan dmft pada pasien ECC dan S-ECC. Metode: Kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari 37 sampel plak gigi pasien ECC dan S-ECC diukur menggunakan metode ELISA. Nilai optical density dideteksi pada panjang gelombang 450 nm kemudian dikorelasikan dengan OHI-S dan kategori ECC serta S-ECC. Hasil: Analisis statistik dengan menggunakan uji Mann – Whitney untuk menguji perbedaan kuantitas Streptococcus mutans serotipe c pada kelompok sampel ECC dan S-ECC didapatkan nilai p=0,424. Sedangkan uji Independent T test untuk menguji perbedaan kuantitas Candida albicans pada kelompok sampel ECC dan S-ECC didapatkan nilai p=0,535. Selanjutnya dilakukan pengujian Mann Whitney untuk menganalisis perbedaan kuantitas Streptococcus mutans serotipe c pada kelompok sampel OHI-S sedang dan OHI-S baik dan didapatkan nilai p=0,070. Untuk menguji kuantitas Candida albicans pada kelompok sampel OHI-S sedang dan OHI-S baik menggunakan uji independent T test didapatkan nilai p=0,353. Hasil analisis uji korelasi Spearman antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans pada kategori ECC didapatkan hasil korelasi linier negatif kuat (r=-0,900 ; p=0,037). Serta hasil analisis uji korelasi Pearson antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans pada kategori S-ECC didapatkan hasil kecenderungan korelasi linier positif lemah (r=0,018 ; p=0,923). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans yang diambil dari plak gigi pasien ECC dan S-ECC serta pada beberapa derajat OHIS dan terdapat hubungan antara antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari plak gigi ECC dan S-ECC.

Background: Childhood Caries (ECC) is caries that attacks children under the age of 71 months, while Severe - Early Childhood Caries (S-ECC) is an ECC of extensive severity. One of the main factors of ECC is the Streptococcus mutans and the progression of ECC can be supported by the presence of the Candida albicans, but the relationship between Streptococcus mutans, Candida albicans, and ECC is still questionable. Objective: To determine the quantity and relationship between Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens from dental plaque correlated with OHI-S and dmft in ECC and S-ECC patients. Methods: The quantity of Streptococcus mutans antigens serotype c and Candida albicans from 37 dental plaque samples of ECC and S-ECC patients were measured using the ELISA method. Optical density values ​​were detected at a wavelength of 450 nm and then correlated with OHI-S and ECC and S-ECC categories. Results: Statistical analysis using the Mann-Whitney test to test differences in the quantity of Streptococcus mutans serotype c in the ECC and S-ECC sample groups showed a value of p = 0.424. While the Independent T test to test differences in the quantity of Candida albicans in the ECC and S-ECC sample groups obtained p = 0.535. Mann Whitney test was then performed to see differences in the quantity of Streptococcus mutans serotype c in the moderate OHI-S and good OHI-S sample groups and obtained p = 0.070. To test the quantity of Candida albicans in the moderate OHI-S and good OHI-S sample groups both using the independent T test, p = 0.353 was obtained. Spearman correlation test analysis results between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the ECC category showed strong negative linear correlation results (r = -0,900; p = 0.037). And the results of the Pearson correlation test analysis between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the S-ECC category showed a positive weak linear correlation trend (r = 0.018; p = 0.923). Conclusion: There was no significant difference between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans taken from the dental plaque of ECC and S-ECC patients and to some degree of OHIS and there was a relationship between Streptococcus mutans serotype c antigens and Candida albicans from ECC dental plaque and S-ECC."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Zaskia Gani
"Latar Belakang: Vitamin D Reseptor (VDR) merupakan protein yang mengatur fungsi vitamin D biologis. Vitamin D berperan penting dalam pembentukan gigi, terutama ketika kalsifikasi email dan dentin, serta berperan dalam menjaga keseimbangan fosfat dan ion kalsium, yang merupakan faktor penting dalam perlindungan gigi. VDR. aktivitas protein dipengaruhi oleh gen VDR. Karies merupakan penyakit multifaktorial, dimana faktor Genetika juga berperan dalam mempengaruhi tingkat kerentanan seseorang terhadap karies. Adanya polimorfisme pada gen VDR diduga mempengaruhi tingkat kerentanan pejamu terhadap karies melalui perubahan yang terjadi pada metabolisme kalsium. Tujuan: Untuk mendeteksi keberadaan polimorfisme gen VDR TaqI (rs731236) di penderita karies di Indonesia. Metode: 100 bahan biologis yang disimpan dalam bentuk DNA diambil dari sampel darah, terdiri dari 50 sampel karies dan 50 sampel kontrol dianalisis menggunakan teknik PCR-RFLP. Analisis RFLP dilakukan dengan menggunakan enzim restriksi TaqI. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji eksak Fisher dan uji Koreksi kontinuitas. Hasil: Pada penelitian ini ditemukan kelompok karies bahwa tidak ada sampel yang memiliki genotipe CC, 4 sampel memiliki genotipe CT, dan 46 sampel memiliki genotipe TT. Selain itu, terdapat 4 alel C dan 96 alel T. Genotipe dan alel polimorfik lebih banyak ditemukan pada kelompok karies (100% dan ). 96%) dibandingkan dengan kelompok kontrol (88% dan 84%). Kesimpulan: Polimorfisme gen VDR TaqI (rs731236) ditemukan pada pasien karies. Ada perbedaan yang signifikan dalam distribusi genotipe dan alel dari VDR TaqI. polimorfisme gen (rs731236) antara pasien karies dan kelompok kontrol (p <0,05).

Background: Vitamin D Receptor (VDR) is a protein that regulates the biological function of vitamin D. Vitamin D plays an important role in tooth formation, especially when calcification of enamel and dentin, and plays a role in maintaining the balance of phosphate and calcium ions, which are important factors in tooth protection. VDR. protein activity is influenced by the VDR gene. Caries is a multifactorial disease, where genetic factors also play a role in influencing a person's level of vulnerability to caries. The presence of polymorphisms in the VDR gene is thought to affect the level of host susceptibility to caries through changes that occur in calcium metabolism. Objective: To detect the presence of the VDR TaqI gene polymorphism (rs731236) in caries sufferers in Indonesia. Methods: 100 biological materials stored in the form of DNA were taken from blood samples, consisting of 50 caries samples and 50 control samples were analyzed using PCR-RFLP technique. RFLP analysis was performed using the restriction enzyme TaqI. Statistical analysis was performed using Fisher's exact test and continuity correction test. Results: In this study, the caries group found that none of the samples had the CC genotype, 4 samples had the CT genotype, and 46 samples had the TT genotype. In addition, there were 4 C alleles and 96 T alleles. Genotypes and polymorphic alleles were more commonly found in the caries group (100% and ). 96%) compared to the control group (88% and 84%). Conclusion: VDR TaqI gene polymorphism (rs731236) was found in caries patients. There were significant differences in the genotype and allele distribution of the VDR TaqI. gene polymorphism (rs731236) between caries patients and control group (p < 0.05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella Giovanni Gunawan
"Latar belakang: Indonesia memiliki jumlah lansia yang banyak dan akan terus bertambah setiap tahunnya. Karies gigi dan karies akar merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering dialami oleh lansia. Perilaku kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penyebab karies yang dapat dimodifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku kesehatan gigi dan mulut pada status karies gigi dan akar lansia di tahun 2018. Metode: Desain studi cross-sectional menggunakan data Riskesdas 2018. Jumlah sampel sebanyak 4678 subjek usia 60 tahun ke atas. Hasil: Prevalensi karies gigi dan karies akar lansia Indonesia secara berturutturut adalah 95,7% dan 95,5%. Lansia Indonesia memiliki skor rerata decay, missing, filled teeth (DMFT) sebesar 15,6 (SE 0,1) dan skor median root caries index (RCI) sebesar 38,9% (IQR 10%,77,8%). Sembilan dari sepuluh lansia Indonesia tidak mengunjungi tenaga medis gigi dalam setahun terakhir. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa perilaku menyikat gigi, konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, dan berkunjung ke tenaga medis gigi memiliki korelasi (p < 0,05) pada skor rerata DMFT lansia Indonesia. Hal yang mirip juga terlihat pada skor median RCI lansia Indonesia, kecuali pada korelasinya dengan makanan manis. Selain itu, perbedaan skor rerata DMFT terlihat antara kategori sosiodemografi usia, tingkat pendidikan, status ekonomi, pekerjaan dan daerah domisili. Perbedaan status karies akar juga terlihat antara kategori sosiodemografi usia, tingkat pendidikan, status ekonomi, daerah domisili, dan jaminan kesehatan. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan status karies lansia di Indonesia. Program preventif karies, peningkatan kunjungan dokter gigi, dan adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan konsumsi gula pada lansia disarankan.

Background: Indonesia has a large number of elderly and will continue to grow every year. Dental caries and root caries are dental and oral health problems that are often experienced by the elderly. Dental and oral health behavior is one of the modifiable causes of caries. The purpose of this study was to determine the relationship between dental and oral health behavior on the dental caries status and roots of the elderly in 2018. Methods: Cross-sectional study design using Riskesdas 2018 data. The number of samples was 4678 subjects aged 60 years and over. Results: The prevalence of dental caries and root caries in the Indonesian elderly were 95.7% and 95.5%, respectively. Indonesian elderly have a mean decay, missing, filled teeth (DMFT) score of 15.6 (SE 0.1) and a median root caries index (RCI) score of 38.9% (IQR 10%, 77.8%). Nine out of ten Indonesian seniors did not visit dental personnel in the past year. Spearman correlation test showed that the behavior of brushing teeth, consumption of sweet foods, consumption of sugary drinks, and visits to dental medical personnel had a correlation (p < 0.05) on the average DMFT score of the Indonesian elderly. The same thing is also seen in the median RCI score of the Indonesian elderly, except for the correlation with sweet foods. In addition, differences in DMFT mean scores were seen between sociodemographic categories of age, education level, economic status, occupation and area of ​​domicile. Differences in root caries status were also seen between sociodemographic categories of age, education level, economic status, area of ​​domicile, and health insurance. Conclusion: There is a relationship between dental and oral health behavior and the caries status of the elderly in Indonesia. A caries prevention program, an increase in dentist visits, and a government policy to reduce sugar consumption in the elderly are recommended."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghiyats Naufal Kusuma
"Latar Belakang: Usia anak dibawah 71 bulan merupakan usia yang penting dalam mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesehatan seseorang. Early Childhood Caries (ECC) merupakan penyakit infeksius kronis yang sering terjadi pada anak usia di bawah 71 bulan yang disebabkan oleh mikroorganisme kariogenik Streptococcus mutans dan Candida albicans. Indeks kebersihan rongga mulut seperti OHI-S dan keadaan laju alir saliva dapat memengaruhi perkembangan penyakit ECC. Tujuan: menganalisis antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans yang diisolasi dari saliva serta kaitannya dengan OHI-S dan laju alir saliva pasien ECC. Metode: Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans dari saliva diuji menggunakan metode indirect ELISA untuk memperoleh antigen dari kedua mikroorganisme tersebut dan dibaca dengan panjang gelombang 450 nm. Kemudian nilai optical density keduanya dikorelasikan dengan OHI-S dan laju alir saliva pasien ECC. Hasil: Terdapat korelasi positif sangat lemah antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans pada seluruh sampel. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans pada kelompok OHI-S baik dan OHI-S sedang. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p≥0,05) antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans pada kelompok Laju Alir baik dan Laju Alir sedang. Tidak ada perbedaan bermakna antara kondisi laju alir saliva dengan kondisi OHI-S pasien ECC. Kesimpulan: Kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans lebih tinggi pada pasien dengan kondisi OHI-S sedang dan laju alir saliva sedang.

Background: Age of children under 71 months is an important age in identifying determinants of a person's health. Early Childhood Caries (ECC) is a chronic infectious disease that often occurs in children under 71 months of age caused by cariogenic microorganisms Streptococcus mutans and Candida albicans. Oral hygiene indexes such as OHI-S and salivary flow rate can influence the development of ECC disease. Objective: Analyzing Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens isolated from saliva and its relation to OHI-S and salivary flow rates of ECC patients. Methods: Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans from saliva were tested using the indirect ELISA method to obtain antigens from both microorganisms and read with a wavelength of 450 nm. Then the optical density values are both correlated with OHI-S and salivary flow rates of ECC patients. Results: There is a very weak positive correlation between the number of Streptococcus mutans serotype e antigens and Candida albicans in all samples. There is a significant difference (p <0.05) between the quantity of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens in both OHI-S and moderate OHI-S groups. There is no significant difference (p≥0.05) between the quantity of Streptococcus mutans serotype e antigens and Candida albicans in the good flow rate and moderate flow rate groups. There is no significant difference between salivary flow rate conditions and OHI-S conditions in ECC patients. Conclusion: The quantity of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens is higher in patients with moderate OHI-S conditions and moderate salivary flow rates."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggrina Wulan Sari
"Latar balakang: Early Childhood Caries seringkali dijumpai pada anak-anak dalam rentang usia kurang dari 71 bulan. Diduga kuat bakteri Streptococcus Mutans serotipe e menjadi bakteri penyebab terjadinya ECC. Imunoglobulin A (IgA) berperan didalam mulut sebagai penghambat kolonisasi dari bakteri penyebab karies gigi. Tujuan: Menganalisis keterkaitan titer IgA anti S .mutans serotipe e terhadap viskositas saliva dan skor dmft pasien Early Childhood Caries. Metode: 15 subjek ECC dari saliva pasien yang terdiri dari 8 saliva terstimulasi dan 7 saliva tidak terstimulasi yang dihitung titer IgA anti S. mutans serotipe e menggunakan teknik ELISA. Keterkaitan antara level IgA dengan viskositas saliva dan skor dmft pasien ECC dianalisis menggunakan uji korelasi. Hasil: Level IgA pada saliva yang terstimulasi lebih rendah daripada level saliva tidak terstimulasi. Adanya hubungan bermakna antara level IgA dengan viskositas saliva (r = 0.766). Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna (r >0.005) antara level IgA dengan skor dmft (r= -0.413). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat korelasi yang positif dan bermakna antara level IgA anti S. mutans serotipe e dengan viskositas saliva. Terdapat hubungan negatif dan tidak bermakna antara level IgA anti S. mutans serotipe e dengan skor dmft pasien ECC. Selain itu, titer IgA anti S. mutans serotipe e pada saliva tidak terstimulasi ditemukan lebih tinggi daripada saliva yang terstimulasi tetapi tidak bermakna.

Background: Early Childhood caries is often found in children in the age range of less than 71 months. Allegedly bacteria Streptococcus mutans serotype e took a stake in the process of formation or the occurrence of ECC. One of the body's natural defense line is immunoglobulin A (IgA). Objective: To analyze the relationship level of IgA anti-bacterial S .mutans serotype e on the viscosity of saliva and saliva dmft score of patients Early Childhood caries. Methods: 15 patients saliva samples ECC consists of 8 saliva stimulated and unstimulated saliva 7 calculated level of IgA anti bacteria S. mutans serotype e. Observations were made using ELISA technique. IgA levels were then analyzed its association with the viscosity of saliva and saliva of patients ECC dmft score. Results: Stimulated saliva ECC patients had IgA levels were lower than unstimulated saliva levels and found no significant correlation (r> 0.005) between salivary IgA level ECC patients with a viscosity of saliva and dmft score. Conclusion: There were no significant correlation and positive correlation between levels of IgA anti S. mutans serotype e dmft score saliva of patients with ECC. Obtained a positive correlation and significant correlation between the viscosity of saliva to the value level of IgA anti S. mutans serotype e. Unstimulated saliva had IgA level anti S. mutans serotype e higher than the stimulated saliva but there was no significantly difference."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>