Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dusy Sundusia
"ABSTRAK
Senyawaan karbonil merupakan salah satu zat pencemar yang dalam bentuk gas akan menyebabkan iritasi pada mata, kulit dan alat pernafasan bagian atas serta menimbulkan efek pembiusan. Senyawaan ini berasal dari industri kimia, buangan kendaraan bermotor, pembakaran senyawa-senyawa organik atau hasil reaksi dengan gas hidrokarbon pencemar
lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa karbonil sebagai turunan 2,4_dinitrofenilhidrazon dengan kromatografi gas. Senyawa-senyawa karbonil yang digunakan adalah komponen pencemar yang terkandung di udara, yaitu n-butanal, benzaldehida, asetofenon dan akrolein.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa turunan karbonil -2,4 dinit dapat dinitrofenilhidrazon diidentifikasi, dan campurannya dapat dipisahkan dengan fasa diam OV-17 (2%) dalam waktu analisa yang relatif singkat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Fitriyano
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan gliserol yang jumlahnya berlimpah akibat produksi tidak sebanding dengan konsumsinya. Pemanfaatan gliserol melalui reaksi karbonilasi antara gliserol dan urea untuk mendapatkan produk yang diinginkan yaitu gliserol karbonat. Pada reaksi karbonilasi dilakukan beberapa variasi diantaranya variasi penggunaan katalis CaO pada suhu 130oC dan 160oC dan penggunaan katalis ZnO pada suhu 160oC . Namun hasil pengujian pada produk memperlihatkan 1,3-dioxol-2-one yang terdeteksi sebagai produk dengan jumlah terbesar. Reaksi karbonilasi yang menggunakan katalis CaO 1% mol dengan suhu 160oC dan pengadukan konstan selama 3 jam dapat menghasilkan konversi sebesar 92,86% dan yield 1,3-dioxol-2-one sebesar 64,80%. Reaksi karbonilasi yang menggunakan katalis ZnO 1% mol pada suhu 160oC dan pengadukan konstan selama 3 jam dapat menghasilkan konversi sebesar 94,88% dan yield 1,3-dioxol-2-one sebesar 30,06%.

ABSTRACT
This study aims to utilize the abundant amount of glycerol due to the production is not proportional with consumption. Utilization of glycerol through carbonylation reaction between glycerol and urea to obtain the desired product is glycerol carbonate. On carbonylation reactions performed several variations including variation in the use of CaO catalyst at temperatures 130oC and 160oC and the use of ZnO catalyst at temperatures 160oC. Carbonylation reaction using 1% mol CaO catalyst at a temperature of 160oC and constant stirring for 3 hours to give a conversion of 92.86% and the yield of 1,3-dioxol-2-one by 64.80%. Carbonylation reaction using 1% mol ZnO catalyst at a temperature of 160oC and constant stirring for 3 hours to produce a conversion by 94.88% and the yield of 1,3-dioxol-2-one by 30.06%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhianie Djan
"Pada penelitian ini dianalisis tingkat karbonil sebagai penanda dari stress oksidatif di otak akibat terpapar oleh hipoksia hipobarik. Para penerbang atau pilot, sangat sering ditemukan dalam kondisi hipoksia hipobarik karena seringnya terpapar oleh berbagai macam faktor. Salah satu organ yang penting yang bisa terkena oleh stress oksidatif yang disebabkan karena hipoksia hipobarik adalah otak. Desain peneltian ini dilakukan dengan cara atau metode eksperimental, dimana pada penelitian ini digunakan jaringan otak tikus jantan galur winstar sebagai sampel jaringan. Setelah itu, sampel dikelompokkan menjadi empat perlakuan yang berbeda pada frekuensi pemaparan hipoksia hipobarik dan terdapat satu kelompok kontrol. Pengukuran tingkat karbonil/ oksidasi protein menggunakan metode pengukuran yang diterapkan oleh Cayman's Protein Carbonyl Assay yang telah dimodifikasi oleh departemen biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada hasil penelitian ditemukan adanya perbedaan tingkat karbonil yang bermakna antara empat kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok control (p<0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada keadaan hipoksia hipobarik pada jaringan otak tikus.

In this study, there will be a discussion of the level of carbonyl concentration as the stress oxidative marker in the brain because of the exposure to the hypobaric hypoxia. The hypobaric hypoxia situation is often appeared in the pilot or aviator who frequently exposed to this kind of setting (high altitude). Hypobaric hypoxia may leads to the stress oxidative condition which can affect the vital organs particularly brain. In this study, the method used is experimental design and using the sample of brain tissue from male Wistar rats. Furthermore, the rat’s samples were differentiated into one control group and four different groups which exposed to the hypobaric hypoxia condition in each different altitude using the help of hypobaric chamber. In this study, the measurement of protein oxidation (carbonyl concentration) is using the method of Cayman's Protein Carbonyl Assay with several modification from the Universitas Indonesia biochemistry department. The results have confirmed that there is a significant different of carbonyl level in the exposed compared to the control group (p<0.05). As a consequence, we can conclude that in the hypobaric hypoxia situation, there will be an elevation of stress oxidative in the brain tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosia El Gibort
"ABSTRAK
Akumulasi radikal bebas dalam tubuh manusia memiliki peran besar dalam prevalensi dan perkembangan penyakit degeneratif. Siklovalon adalah analog kurkumin monokarbonil yang memiliki aktivitas antioksidan yang termasuk sedang. Substitusi basa Mannich pada cincin benzena dari siklovalon diketahui dapat meningkatkan aktivitas antioksidan senyawa ini. Pada penelitian ini dilakukan sintesis dan uji aktivitas antioksidan siklovalon yang tersubstitusi basa Mannich pirolidin. Pengerjaan dilakukan melalui 2 tahap, yaitu sintesis siklovalon, dengan mereaksikan vanilin dan sikloheksanon. Kemudian siklovalon direaksikan dengan pirolidin dan paraformaldehid, dan diperoleh siklovalon tersubstitusi basa Mannich pirolidin. Hasil sintesis kemudian dikonfirmasi identitasnya dengan data IR, HRMS, 13C-NMR, dan 1H-NMR. Berdasarkan data tersebut,siklovalon tersubstitusi basa Mannich pirolidin telah berhasil disintesis. Senyawa ini kemudian diuji aktivitas antioksidannya dengan metode uji DPPH Radical Scavenger. Senyawa siklovalon tersubstitusi basa Mannich pirolidin memiliki nilai IC50 2,297 ?M, 30 kali lebih tinggi dibandingkan senyawa pemulanya, siklovalon.

ABSTRACT
Accumulation of free radicals in human body plays a big role in the prevalence and progression of degenerative disease. Cyclovalone is mono carbonyl curcumine analog with a medium antioxidant activity. Mannich base substitution to the benzene ring of cyclovalone can increase its antioxidant activity of this compound. In this experiment, synthesis and antioxidant activity test of cyclovalone substituted with pyrollidine Mannich base have been done. The experiment has been done through two stages, synthesizing cyclovalone by reacting vanillin and cyclohexanone. Then, cyclovalone was reacted with pyrollidine and paraformaldehyde in order to synthesize cyclovalone substituted Mannich base pyrollidine. The identity of product was confirmed by IR spectra, data of HRMS, 13C NMR, and 1H NMR. According to the data, cyclovalone substitutedMannich base pyrollidine has been synthesized. The product also went through DPPH Radical Scavenger Test to know its antioxidant activity. Cyclovalone substituted Mannich base pyrollidine IC50 is 2.297 M, 30 times higher than its pioneer, cyclovalone"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regine Viennetta Budiman
"Latar belakang: Karbonil merupakan produk oksidasi protein yang dapat menunjukkan keadaan stres oksidatif pada tubuh manusia, salah satunya disebabkan persalinan. Karbonil dapat ditemukan di dalam ASI dalam jumlah yang bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar karbonil pada ASI ibu yang menyusui bayi usia 1-3 bulan dan 4-6 bulan dan mencari hubungannya dengan usia ibu, jumlah paritas, dan Indeks massa tubuh (IMT) ibu.
Metode: Penelitian ini menggunakan sampel ASI dari 58 ibu yang dibagi menjadi kelompok usia 1-3 bulan dan 4-6 bulan. Kadar karbonil diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 390 nm.
Hasil: ASI pada periode laktasi 1-3 bulan memiliki kadar karbonil yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok usia 4-6 bulan (p=0,00). Kadar karbonil ASI kelompok usia 1-3 bulan memiliki korelasi negatif sangat lemah tidak bermakna terhadap usia ibu (p=0,93), sedangkan kadar karbonil ASI kelompok usia 4-6 bulan memiliki korelasi negatif sedang bermakna terhadap usia ibu (p=0,032). Kadar karbonil ASI kelompok usia 1-3 bulan (p=0,99) dan 4-6 bulan (p=0,48) memiliki korelasi positif sangat lemah tidak bermakna terhadap paritas ibu. Kadar karbonil ASI kelompok usia 1-3 bulan (p=0,60) dan 4-6 bulan (p=0,38) memiliki korelasi negatif sangat lemah tidak bermakna terhadap indeks massa tubuh ibu.
Kesimpulan: Kadar karbonil ASI dipengaruhi oleh usia bayi atau masa menyusui, lebih tinggi secara bermakna pada kelompok bayi usia 1-3 bulan dibandingkan dengan kelompok 4-6 bulan. Kadar karbonil berhubungan dengan usia ibu dan menurun seiring dengan bertambahnya usia ibu.

Background: Carbonyl is a product of protein oxidation which shows oxidative stress in the human body as an effect of childbirth and breastfeeding. Varying amounts of carbonyl can be found in breast milk and is influenced by several factors. This research aims to understand the carbonyl content comparison in mothers breastfeeding infants of ages 1-3 months and 4-6 months.
Method: This research utilizes samples from 58 mothers categorized according to the infants’ age groups of 1-3 months and 4-6 months. Carbonyl content is measured by spectrophotometry with wavelength of 390 nm.
Result: It was found that breast milk of 1-3 months had significantly higher carbonyl content compared to 4-6 months (p=0.00). Carbonyl content in breast milk of 1-3 months had insignificant, very low negative correlation to mother’s age (p=0.93), whereas carbonyl content in breast milk of 4-6 months had significant, moderate correlation to mother’s age (p=0.03). Carbonyl content of 1-3 months (p=0.99) and 4-6 months (p=0.48) had insignificant, very low correlation to mother’s parity. Carbonyl content of 1-3 months (p=0.60) and 4-6 months (p=0.38) had insignificant, very low negative correlation to mother’s body mass index.
Conclusion: Breast milk carbonyl content is influenced by infant ages or lactation period with higher carbonyl content in age group 1-3 month compared to 4-6 months. Carbonyl content decreases the older mother’s age is.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvel Pratama Tjiaman
"Latar Belakang
Karbonil, yang merupakan produk sampingan dari oksidasi protein, sering kali meningkat seiring dengan penuaan. Spirulina platensis, alga mikroskopis yang kaya akan nutrisi dan antioksidan, telah menunjukkan potensi dalam mencegah akumulasi stres oksidatif di otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian Spirulina platensis terhadap kadar karbonil pada otak tikus Wistar berbagai usia, dengan harapan dapat memberikan wawasan mengenai manfaat Spirulina terhadap otak.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental menggunakan sampel biologis tersimpan dari otak tikus Wistar yang telah diberikan ekstrak etanol Spirulina platensis selama 29 hari per oral. Sampel pada penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok, 3 kelompok kontrol dengan usia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta 3 kelompok yang diberi ekstrak Spirulina platensis dengan usia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Parameter yang digunakan adalah kadar karbonil yang diukur menggunakan metode Allen.
Hasil
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian Spirulina platensis menurunkan kadar karbonil otak, tetapi secara statistik tidak signifikan, pada semua kelompok usia dibandingkan dengan kelompok yang tidak menerima suplementasi. Penurunan paling menonjol antara kelompok akuades dengan yang diberi Spirulina platensis terjadi pada kelompok tikus dengan usia 18 minggu.
Kesimpulan
Suplemen Spirulina memiliki potensi sebagai sumber antioksidan yang dapat mengurangi stres oksidatif pada otak akibat penuaan meskipun penurunan karbonil yang terjadi tidak signifikan. Untuk menilai efek Spirulina terhadap otak, diperlukan kelompok tikus dengan usia yang lebih tua.

Introduction
Carbonyl, a byproduct of protein oxidation, often increases with aging. Spirulina platensis, a microscopic algae rich in nutrients and antioxidants, has shown potential in preventing the accumulation of oxidative stress in the brain. This study aims to evaluate the effect of Spirulina platensis administration on carbonyl levels in Wistar rats’ brain of various ages, with the hope of providing insight into the benefits of Spirulina on the brain.
Method
This study employed an experimental design using stored biological samples from the brains of Wistar rats administered ethanol extract of Spirulina platensis orally for 29 days. The samples were divided into six groups: three control groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks, and three groups receiving Spirulina platensis extract at the same ages. The parameter measured was carbonyl content, assessed using the Allen method. Results
The analysis showed that Spirulina platensis administration reduced brain carbonyl levels, but statistically insignificant, in all age groups compared to the control groups that did not receive supplementation. The most noticeable reduction between the aquadest group and the group given Spirulina platensis was observed in the 18-week-old rats. Conclusion
Spirulina supplementation has potential as an antioxidant source to reduce oxidative stress in the brain due to aging, although the observed reduction in carbonyl levels was not significant. Older rat age groups are needed to assess Spirulina’s effects on the brain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Rosiani Zaini
"Latar Belakang
Stres oksidatif cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada hati. Spirulina platensis, tanaman yang terkenal dengan sifat antioksidannya, dapat membantu mengurangi stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak pemberian Spirulina platensis terhadap kadar karbonil dalam jaringan hati tikus pada berbagai kelompok umur.
Metode
Sampel yang digunakan adalah hati tikus usia 12, 18, dan 24 minggu yang masing-masing kelompok usia telah diberikan Spirulina platensis dan kelompok kontrol tidak diberikan. Metode perhitungan yang digunakan adalah Metode Warburg-Christian untuk Pengukuran Protein dan Metode Allen untuk Pengukuran Karbonil.
Hasil
Konsentrasi karbonil tertinggi kelompok kontrol terdapat pada kelompok 18 minggu (0,743 nmol/mg protein), sedangkan terendah pada kelompok 24 minggu (0,423 nmol/mg protein). Konsentrasi karbonil tertinggi kelompok Spirulina terdapat pada kelompok 12 (0,678 nmol/mg protein), dan terendah pada kelompok 24 minggu (0,391 nmol/mg protein). Kelompok 12 minggu yang diberikan spirulina menunjukkan peningkatan konsentrasi karbonil sebanyak 1.215 kali dibandingkan kelompok kontrol. Kelompok 18 minggu yang diberikan spirulina menunjukkan penurunan konsentrasi karbonil sebanyak 0.686 kali dibandingkan kelompok kontrol. Kelompok 24 minggu yang diberikan spirulina menunjukkan peningkatan konsentrasi karbonil sebanyak 0.924 kali dibandingkan kelompok kontrol.
Kesimpulan
Kadar karbonil dalam jaringan hati meningkat pada kelompok kontrol dari kelompok usia 12 minggu ke 18 minggu. Sedangkan kadar karbonilnya menurun pada kelompok usia 18 minggu ke 24 minggu. Kelompok usia 12 minggu yang diberikan Spirulina menunjukkan peningkatan kadar karbonil dibandingkan kelompok kontrol. Sebaliknya, kelompok usia 18 minggu dan 24 minggu yang diberikan Spirulina menunjukkan penurunan kadar karbonil dibandingkan kelompok kontrol.

Introduction
Oxidative stress tends to rise as age increases, with the liver being notably affected. Spirulina platensis, a plant known for its antioxidant properties, may help reduce oxidative stress. This study aims to evaluate the impact of Spirulina platensis administration on carbonyl level in the liver tissues of rats across different age groups. Method
The sample will be rat liver with ages 12, 18, and 24 weeks in which each age group have been given Spirulina platensis and the controlled group will not be given. The method for calculations will use Warburg- Christian Method for Protein Measurement and Allen Method for Carbonyl Measurement.
Results
The highest carbonyl level in the control group was in the 18-week group (0.743 nmol/mg protein), while the lowest was in the 24-week group (0.423 nmol/mg protein). The highest carbonyl level in the Spirulina group was in 12-week group (0.678 nmol/mg protein), and the lowest was in the 24-week group (0.391 nmol/mg protein). The 12-week group given spirulina showed an increase in carbonyl level of 1,215 times compared to the control group. The 18-week group given spirulina showed a reduction in carbonyl level of 0.686 times compared to the control group. The 24-week group given spirulina showed an increase in carbonyl level of 0.924 times compared to the control group.
Conclusion
Carbonyl levels in liver tissue increased for control group from the 12-weeks to the 18- weeks age group. Meanwhile, the carbonyl levels decreased from 18-weeks to 24-weeks age group. The difference from the control to the spirulina of the 12-weeks age group showed an increase, while the difference from the control to the spirulina of the 18-weeks and 24-weeks age group showed a decrease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nalagafiar Puratmaja
"Ketidakseimbangan tingkat oksidan dalam tubuh dapat berkembang menjadi berbagai kondisi yang membutuhkan perawatan medis seperti penyakit neurodegeratif, penyakit jantung, dan kanker. Durian (Durio sp.) sebagai buah yang terkenal di kalangan masyarakat Indonesia telah diketahui memiliki efek antioksidan berdasarkan sejumlah penelitian. Pemberian durian dengan manfaat sebagai antioksidan diharapkan dapat menyeimbangkan kadar tersebut. Diketahui bahwa kadar senyawa karbonil dalam plasma dapat digunakan sebagai indikator oksidan yang stabil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi durian terhadap kadar senyawa karbonil pada plasma darah tikus. Jenis tikus Sprague-Dawley digunakan sebagai binatang percobaan dengan berat berkisar antara 100-150 gram. Tikus ini kemudian dibagi ke dalam empat grup. Grup kontrol hanya diberikan makanan standar dan air. Grup A, B, dan C mendapatkan tambahan larutan durian 10 mg/10 ml sebanyak dua kali per hari selama satu minggu (grup A), dua minggu (grup B), dan tiga minggu (grup C). Senyawa karbonil pada plasma diukur menggunakan teknik spektrofotometri. Hasil penelitian menemukan penurunan kadar senyawa karbonil pada grup A dengan kontrol. Temuan pada grup lain tidak dapat dianalisa karena jumlah sampel yang tersisa terlalu sedikit untuk mendapatkan kesimpulan.

Oxidant level imbalance in human body is related to several medical conditions including neurodegenerative disease, heart disease and cancer. Durian (Durio sp.), a famous fruit in Indonesia, is known for having antioxidant effect based on several studies. Administration of durian with its antioxidant effect expected to balance the amount of oxidant. Plasma carbonyl compounds have the capability to act as stable indicator of oxidant. The aim of this study is to investigate the effect of durian to the level of rat?s plasma carbonyl compound. Sprague-Dawley rats were used in this study, weighted between 100-150 grams. The rats then divided into four groups. Control group only received standard feeding and water. Group A, B, and C were given additional treatment with 10 mg/10 ml twice daily of durian solution for one week (group A), two weeks (group B), and three weeks (group C). Plasma carbonyl compound concentration measured under spectrophotometer. Result of this study shows that in-group A there was lower level of plasma carbonyl compound compared to control group. However, the amounts of samples from the other groups were too small. Therefore, the result from the other groups cannot be analysed."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Canitra Ilham Adirespati
"ABSTRAK
Kerusakan yang diakibatkatkan oleh radikal bebas dapat terjadi pada berbagai unsur dari sel, yaitu salah satunya adalah protein yang dapat dideteksi berdasarkan keberadaan senyawa karbonil. Untuk mencegah kerusakan tersebut, tubuh memerlukan antioksidan, yakni salah satunya adalah vitamin E. Ekstrak bekatul merupakan salah satu sumber vitamin E dan memiliki potensi sebagai antioksidan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak pemberian bekatul dari beras varietas IPB3S yang memiliki kandungan antioksidan terhadap kadar karbonil dibandingkan dengan pemberian vitamin E pada jantung tikus yang telah diinduksi CCl4. Dalam penelitian ini, hewan uji dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok, yaitu meliputi sembilan kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bekatul memiliki kadar karbonil yang lebih rendah yang tidak bermakna secara statistik bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, kadar karbonil pada kelompok vitamin E lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan bekatul. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian bekatul dapat berperan sebagai antioksidan walau tidak memberikan hasil yang signifikan.

ABSTRACT
Damages done by free radicals can occur in many cells component, including protein which can be detected from the level of carbonyl compound. Human body protects itself from free radical damage through the role of antioxidants, such as vitamin E. Rice bran extract is known to contain vitamin E and may be proposed as a source of antioxidant. Thus, this study aims to identify the antioxidant effect of rice bran from IPB3S variety in comparison to vitamin E in rat heart induced by CCl4. The animals studied in this experiment were divided into ten groups comprised of nine intervention groups and one control group. The result of this study showed that the level of carbonyl was insignificantly lower in groups treated with rice bran extract compared to the control groups. Groups treated with vitamin E also had lower level of carbonyl compared to the groups treated with rice bran extract. In conclusion, this study showed that rice bran extract has antioxidant property which is not statistically significant."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Astrid Mariam Khairani
"Pendahuluan: Setiap manusia pasti mengalami proses penuaan, dimana proses penuaan itu sendiri erat kaitannya dengan kerusakan akibat radikal bebas. Kerusakan ini dapat terjadi pada protein dan akan memicu proses karbonilasi yang menghasilkan komponen toksik yaitu karbonil. Berbagai kerusakan dan penurunan fungsi tubuh yang terkait dengan proses penuaan menyebabkan minat masyarakat terhadap suplemen anti penuaan, termasuk tanaman Acalypha indica dan Centella asiatica yang berpotensi untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan Acalypha indica dan Centella asiatica dalam menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan. Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI dengan menggunakan homogenat otak tikus Sprague dawley yang dikelompokkan sesuai perlakuannya masing-masing. Hasil: Kadar karbonil otak tikus tua yang diberi Centella asiatica menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus tua tanpa perlakuan, sedangkan kelompok yang diberi Acalypha indica tidak berbeda nyata dengan kelompok tua. tikus. Kesimpulan: Pegagan mampu menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan.
Introduction: Every human being must experience the aging process, where the aging process itself is closely related to damage caused by free radicals. This damage can occur in proteins and will trigger the carbonylation process which produces a toxic component, namely carbonyl. Various damages and declines in body functions associated with the aging process have led to public interest in anti-aging supplements, including Acalypha indica and Centella asiatica plants which have the potential to reduce free radicals. This study aims to examine the ability of Acalypha indica and Centella asiatica to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process. Methods: The study was conducted experimentally at the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine, using a brain homogenate of Sprague dawley rats which were grouped according to their respective treatments. Results: The brain carbonyl levels of old rats that were given Centella asiatica showed a much lower number than the group of old rats without treatment, while the group that was given Acalypha indica was not significantly different from the old group. rat. Conclusion: Gotu kola is able to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>