Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bantari Wisynu Kusuma Wardhani
Abstrak :
Latar Belakang: Studi pendahuluan ekstrak mahkota dewa menunjukkan aktivitas hepatoprotektif melalui jalur NFkB-TNF dan penurunan peroksidasi lipid. Jalur tersebut terlibat dalam patogenesis fibrosis hati yang hingga saat ini belum memiliki terapi standar. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifibrosis dan mekanisme kerja ekstrak tersebut pada model fibrosis in vivo yang diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Metode: Tikus Sprague-Dawley diinduksi dengan CCl4 melalui injeksi intraperitoneal 2 mL/kgBB selama 2 minggu pertama dan dilanjutkan dengan dosis 1 mL/kgBB2 kali seminggu selama 6 minggu. Terapi silimarin 100 mg/kgBB/hari (Sil) dan ekstrak mahkota dewa pada dosis 75 mg/kgBB/hari (T75) dan 150 mg/kgBB/hari (T150) diberikan per oral mulai minggu ketiga. Hewan coba diterminasi setelah 8 minggu perlakuan untuk diambil darah dan organ hatinya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan aktivitas enzim penanda fungsi hati (aktivitas ALT, AST dan ALP plasma), kerusakan sel dan fibrosis (histopatologi), penanda stres oksidatif (kadar MDA dan rasio GSH/GSSG), aktivitas antifibrogenik (TGF-1) dan fibrolisis (MMP-13). Hasil: Silimarin dan ekstrak mahkota dewa dapat memperbaiki penanda kerusakan hati melalui penurunan aktivitas ALT, AST dan ALP yang signifikan. Hasil ini diikuti perbaikan parameter stres oksidatif melalui penurunan kadar MDA sekaligus peningkatan rasio GSH/GSSG. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat mencegah kerusakan hepatosit akibat CCl4. Aktivitas tersebut akan menurunkan aktivasi HSC (hepatic stellate cells) sehingga sitokin profibrogenik (TGF-1) mengalami penurunan. Studi ini menunjukkan penurunan TGF-1yang signifikan juga terjadi pada semua kelompok terapi. Seiring dengan penurunan aktivasi HSC, penurunan persentase area positif MMP-13 pun terjadi pada semua kelompok terapi dibandingkan CCl4. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas fibrolisis ekstrak tersebut pada fibrosis hati. Perbaikan parameter biokimiawi tersebut didukung dengan tendensi penurunan persentase area fibrosis. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa dapat memperbaiki fibrosis hati yang disebabkan oleh CCl4 melalui jalur yang melibatkan TGF-1 dan MMP-13.
Background: Previous study of mahkota dewa extract showed its hepatoprotective activity through NFkB-TNF pathway dan decreased lipid peroxidation. This pathway played a major role in the pathogenesis of liver fibrosis. Up to date, there has no known standard therapy in liver fibrosis. This study was aimed to determine the antifibrotic activity and the mechanism of mahkota dewa extract in CCl4-(carbon tetrachloride) induced liver fibrosis in male rats. Methode: Sprague-Dawley rats were injected intraperitoneally with 2 mL/kg CCl4 in olive oil (1:1) twice weekly for 2 weeks, followed by 1 mL/kgBB injection for 6 weeks. Treatments given starting 3 weeks of CCl4 induction were silymarin 100 mg/kgBB/day, mahkota dewa extract 75 mg/kgBB/day (T75) and 150 mg/kgBB/day (T150) orally. On the eighth week, rats were sacrificed. Blood and liver were for the analysis of liver function test (ALT, AST and ALP activity), hepatotoxicity and liver fibrosis marker (histopathology analysis), oxidative stress markers (MDA levels and GSH/GSSG ratio), pro fibrogenic cytokine (TGF-1)and fibrolysis marker (MMP-13). Result: This study showed that silymarin and mahkota dewa extract decreased the activity of ALT, AST and ALP. This is followed by amelioration of stress oxidative by decreasing MDA levels and increasing GSH/GSSG. All parameters examined showed that mahkota dewa has antioxidant activity that decreased HSCs activation. This is in accordance to the reduction of TGF- levels in all treatment groups. In aggrement to those, decreased levels of MMP-13 were shown in all treatment groups compared to CCl4. There were tendencies of decreased fibrotic area that followed improvements of biochemical parameters. Conclusion: Mahkota dewa extracts ameliorate CCl4-induced liver fibrosis through TGF- and MMP-13 pathways.
Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikrina Aulia Sholihah
Abstrak :
Stres oksidatif yang diduga berperan dalam patogenesis penyakit kardiovaskular terjadi akibat sistem pertahanan tubuh yang tidak adekuat untuk mengatasi produksi radikal bebas yang meningkat. Bekatul merupakan produk samping padi (Oryza sativa) dengan kandungan antioksidan yang mampu mendukung sistem pertahanan tubuh melawan radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan antioksidan pada bekatul terhadap kerusakan jantung tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Parameter yang diukur yaitu malondialdehid (MDA) dengan metode Wills. MDA merupakan produk peroksidasi lipid. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley usia 6-8 minggu dengan berat 100-200 gram. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kontrol normal (K1), bekatul 200 mg/kgBB (K2), bekatul 400 mg/kgBB (K3), CCl4 0,55 mg/gBB (K4), bekatul 200 mg/kgBB + CCl4 0,55 mg/gBB (K5), bekatul 400 mg/kgBB + CCl4 0,55 mg/gBB (K6). Setelah perlakuan dilakukan pengukuran kadar MDA. Data penelitian dianalisis dengan uji one-way ANOVA. Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan kadar MDA pada K3 lebih rendah secara signifikan terhadap K1, kadar MDA pada K5 lebih rendah secara signifikan terhadap K4, kadar MDA pada K6 lebih rendah secara signifikan terhadap K4. Kadar MDA yang rendah secara signifikan pada pemberian bekatul tersebut mengindikasikan bekatul sebagai sumber antioksidan yang cukup poten dalam melawan radikal bebas
Oxidative stress, which may contribute to pathogenesis of cadiovascular vents, is a result from inadequate body defense system against increased free radicals. Rice bran is byproduct of rice (Oryza sativa) milling which contains antioxidant component to support the body defense system. The aim of this study was to determine antioxidant component ability of rice bran against heart induced by CCl4. The biomarker measured was malondialdehyde (MDA). MDA is one of lipid peroxidation products. This experimental study used 24 white male Sprague-Dawley 6-8 week old rats, weighted between 100-200 g. These rats were divided into six groups. These groups were normal control (K1), 200 mg/kg BW rice bran (K2), 400 mg/kg BW rice bran (K3), 0.55 mg/g BW CCl4 (K4), 200 mg/kg BW rice bran + 0.55 mg/g BW CCl4 (K5), and 400 mg/kg BW rice bran + 0.55 mg/g BW CCl4 (K6). After obtaining the MDA levels, the data were analyzed using one-way ANOVA test. The result of one-way ANOVA test shows a mean difference (p < 0.05). This study shows lower levels of MDA in K3 compared to K1 significantly, K5 compared to K4 significantly, and K6 compared to K4 significantly. These significant low levels of MDA because of rice bran feeding indicated potent antioxidant content in rice bran
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Iswandani
Abstrak :
Bawang-bawangan, termasuk bawang prei,•sudah digunakan selarna 3000 tahun,baik sebagai p enainbah rasa pada makanan maupun sebagai obat tradisional. Penelitian Inengenai efek farmakologi bawang mi beluin banyak dilakukan. Telah dilakukan percobaan mengenai efek antihepatotoksik bawang prei (Allium fistulosum Linn). Fada peroobaan mi tikus betina yang digunakan dibagi dalam tiga kelompok secara acak. Keloinpok I adalah keloinpok normal. Kelompok II, adalah kelompok yang diberi karbon tetrakiorida dengan dosis 0,55mg/g BB. Sedangkan pada kelompok III, tikus diberi sari-air bawangprei dosis 20g/kg BB selama 8 hari berturut-turut. Lalu 2 jam kemudian diberi Cd4. Selanjutnya efekantihepatotoksik bawang prei diperiksa melalui perubahan aktivitas GPT p lasma dan dengan mengukur derajat kerusakan hati. Melaluj kedua cara p emeriksaan yang dilakukan, • ternyata kelompok III memperlihatkan perbedaan yang berinakna dengan kelompok II. Haka dapat disimpulkan bahwa sari-air baw,ang prei mengandung suatu senyawa Yang dapat menghambat' kerusakan sel-sel hati yang disebabkan oleh karbon tetrakiorida. ......Allium vegetables, including welsh onions, have been used for 3000 years as flavor-enhancing foods and folk medicines. Little information is available, however, on its pharmacologic effects. Here in, the experiment about antihepatotoxic effects of welsh onions (Allium fistuloswzz Linn) have' been done,. In this experiment, the female rats were divided randomly into three groups. One is normal group. Group II was given an oral of carbon tetrachoride with dose of 055 mg/g body weight. And the group III was given an oral of an aqueous-extract of welsh onions daily with dose of 20 g/kg body weigh for eight days. And two hours later, by CC14. The antihepatotoxic effect of welsh onions was examine through canges in GPT plasma activity and observation on the extent or damage in the liver. From both the examination, group III showed significantly differences with group II. It conclude that the aqueous-extract of welsh onions contains substances, which could inhibit liver cells damage caused by carbon tetrachloride.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Nur Anisa Rahmi
Abstrak :
Latar belakang: Bekatul merupakan bagian dari padi yang mengandung sumber antioksidan bermanfaat dalam perlindungan dari radikal bebas. Radikal bebas sendiri merupakan senyawa yang dapat menyebabkan stress oksidatif dan kerusakan pada organ tubuh.Terlepas akan manfaatnya, bekatul seringkali dibuang dalam proses penggilingan padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perlindungan minyak bekatul pada kerusakan jaringan hati yang diinduksi oleh CCl­4 melalui pengukuran ALT jaringan hati tikus Metode: Sebanyak 24 tikus wistar jantan dibagi acak dalam 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok preventif yang diberikan minyak bekatul dosis 1 sebesar 0.5mL lalu diberikan CCl4 0.55g/KgBB,kelompok preventif yang diberikan minyak bekatul dosis 2 sebesar 1.5mL lalu diberikan CCl4 0.55g/KgBB,kelompok kontrol positif yang hanya diinduksi CCl4, kelompok kuratif yang diberikan CCl4 0.55g/KgBB lalu diberikan minyak bekatul dosis 1 sebesar 0.5mL, kelompok kuratif yang diberikan CCl4 0.55g/KgBB kemudian diberikan minyak bekatul dosis 2 sebesar 1.5mL. Pengukuran ALT dilakukan menggunakan Kit dengan sampel jaringan hati tersimpan. Hasil: Kelompok kontrol positif memiliki kadar ALT terrendah. Terdapat adanya peningkatan kadar ALT pada kelompok tikus preventif dan kuratif dibandingkan dengan kelompok kontrol positif,walaupun tidak signifikan. Kesimpulan: Minyak bekatul dosis 0.5mL dan 1.5mL pada kelompok preventif dan kuratif mampu meningkatkan kadar ALT dibandingkan kelompok kontrol positif walaupun tidak bermakna secara statistic. ......Introduction: Bran is part of rice that contains antioxidants that are useful in protecting against free radicals. Free radicals are molecules that can lead to oxidative stress and organ damage. Despite its advantages, bran is frequently discarded during the miling process. The purpose of this study is to determine the potential protection of rice bran oil against CCl4-induced liver tissue damage by measuring rat hepatic tissue ALT Method: Total of 24 wistar rats were randomly into 6 groups, namely the control group, the preventive group which was given the first dose of 0.5mL rice bran oil and then CCl4 0.55 g/KgBW, the preventive group which was given the second dose of 1.5mL rice bran oil and then CCl40.5g/KgBW, the positive control group which was only induced by CCl4, the curative group which was given CCl4 0.55g/KgBW and then the first dose of 0.5mL rice bran oil, the curative group which was given CCl4 0.55g/KgBW and then given a second dose of 1.5mL rice bran oil. ALT measurements were then performed using the Kit with the stored liver tissue samples Result: The positive control group had the lowest ALT levels compared to the other groups. There was an increase in ALT levels in both the preventive and curative groups compared to the positive control group, although this was not statistically significant. Conclusion: Rice bran oil doses of 0.5mL and 1.5mL in the preventive and curative groups were able to increase ALT levels compared to the positive control group although not statiscally significant
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syefiara Hania Yumnaristya
Abstrak :
Hutan mangrove di wilayah pesisir memiliki peran sebagai penyimpan karbon yang sangat penting untuk menyeimbangkan emisi karbon di atmosfer. Mangrove dapat menyerap karbon per satuan luas empat kali lebih tinggi dibandingkan hutan terestrial di wilayah tropis. Masifnya pembangunan dan alih fungsi lahan di wilayah pesisir Kecamatan Teluknaga mengancam keberadaan ekosistem mangrove. Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang mendorong untuk meningkatkan upaya pelestarian kawasan mangrove dimana salah satunya, yaitu dengan melakukan perhitungan estimasi stok karbon. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran spasial biomassa dan stok karbon hutan mangrove di pesisir Kecamatan Teluknaga pada periode 2016 – 2022 dengan menggunakan pendekatan indeks vegetasi terbaik. Penelitian ini menggunakan Sentinel-2 untuk ditransformasikan menjadi indeks vegetasi ARVI, EVI, dan SAVI sebagai pendekatan untuk melakukan pemodelan biomassa. Selain itu, digunakan juga analisis statistik korelasi untuk menentukan indeks vegetasi terbaik yang dapat memodelkan biomassa di pesisir Kecamatan Teluknaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks vegetasi ARVI memiliki korelasi terbaik (R = 0,60) untuk memodelkan biomassa dengan nilai RMSE 36,67 kg/piksel. Diketahui bahwa mayoritas hutan mangrove di wilayah pesisir Kecamatan Teluknaga mengalami peningkatan nilai biomassa dan stok karbon pada periode 2016 – 2022. Adapun peningkatan yang paling signifikan terlihat pada hutan mangrove di Desa Muara dan Desa Lemo. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan luas dan kepadatan hutan mangrove. ......Mangrove forests in coastal areas have a role as a carbon store which is very important in balancing carbon emissions in the atmosphere. Mangroves can absorb carbon per unit area four times higher than terrestrial forests in the tropics. The massive development and land use change in the coastal area of Teluknaga District threatens the existence of the mangrove ecosystem. This raise concerns that encourage efforts to increase mangrove conservation, one of which is by calculating carbon stock estimates. Therefore, this study aims to analyze the spatial distribution of biomass and carbon stock of mangrove forests in the coastal district of Teluknaga in 2016 – 2022 using the best vegetation index approach. This study used Sentinel-2 to be transformed into ARVI, EVI, and SAVI vegetation indices to model biomass. In addition, statistical correlation analysis was also used to determine the best vegetation index to model the biomass in the coastal area of Teluknaga District. The results showed that the ARVI vegetation index had the best correlation (R = 0,60) for modeling biomass with an RMSE value of 36,67 kg/pixel. It is known that most mangrove forests in the coastal area of Teluknaga District experienced an increase in the value of their biomass and carbon stock in 2016 – 2022. The significant rise happens in Muara and Lemo villages’s mangrove forest. The increased biomass and carbon stock are in line with the rise in the area and density of mangrove forests.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Ruqiah Ganda Putri
Abstrak :
Karbon tetraklorida (CCl4) lazim dipakai sebagai penginduksi kerusakan hati sehingga sering digunakan dalam pengujian aktivitas hepatoprotektor suatu zat. Karbon tetraklorida dosis tunggal 0,1; 1,0; dan 10 ml/kg bobot badan diberikan secara intraperitoneal pada tikus jantan, dan diamati kerusakan yang terjadi pada hati dan ginjal. Kerusakan hati ditandai dengan peningkatan kadar enzim alanin transaminase (ALT), aspartat transaminase (AST), alkali fosfatase (ALP), bilirubin total, dan protein total dalam serum. Peningkatan kreatinin serum merupakan indikator gangguan fungsi ginjal. Lebih lanjut juga dilakukan pengamatan terhadap gambaran histopatologi hati dan ginjal. Dibandingkan dengan kontrol, CCl4 dosis 0,1 dan 1,0 ml/kg bobot badan mengakibatkan peningkatan ALT dan penurunan AST, dan pada dosis 10 ml/kg bobot badan kadar kedua enzim tersebut sudah sangat turun (p<0,05). Kadar ALP, bilirubin total, dan protein total semua kelompok tidak berbeda (p>0,05). Karbon tetraklorida dosis 0,1 dan 1,0 ml/kg bobot badan mengakibatkan peningkatan kreatinin, sebaliknya pada dosis 10 ml/kg bobot badan kadar kreatinin sudah sangat turun (p<0,05). Gambaran histopatologi kelompok yang mendapatkan 1,0 dan 10 ml CCl4/kg bobot badan menunjukkan terjadinya steatosis pada sel-sel hati, namun pada glomerulus tidak terlihat adanya perubahan. Karbon tetraklorida menimbulkan kerusakan sebanding dengan dosis yang diinduksikan.
The Effects of Carbon Tetrachloride Administration on Liver and Renal Function. Carbon tetrachloride (CCl4) that induces liver damage is widely used in hepatoprotector experiments. Carbon tetrachloride at a single dose 0,1; 1,0; and 10 ml/kg body weight was administrated intraperitoneally in male rats to investigate liver and renal damage. Liver damage was monitored by increased alanine transaminase (ALT), aspartate transaminase (AST), alkaline phosphatase (ALP), total bilirubin, and serum total protein. Increased serum creatinine is an indicator of renal problem. Futhermore, liver and renal tissues were subjected to histopathological studies. Compared with control, injection of 0,1 and 1,0 ml CCl4/kg body weight increased ALT and decreased AST, and at dose 10 ml/kg body weight both ALT and AST decreased to a greater extent (p<0.05). Alkaline phosphatase, total bilirubin, and total protein were not different in all treatments (p>0.05). Carbon tetrachloride at dose 0,1 and 1,0 ml/kg body weight increased creatinine. However, injection of 10 ml CCl4/kg body weight decreased creatinine (p<0.05). Histopathological studies confirmed the presence of steatosis in hepatic cells at single dose of 1,0 and 10 ml CCl4/kg body weight, with no significant effect in glomerulus. Administration of single dose of CCl4 can induce liver and renal damage that dependent on CCl4 received.
Universitas Tanjungpura. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ; Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Puslit ; Universitas Tanjungpura. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Giarena
Abstrak :
Seiring berkembangnya teknologi, paparan radikal bebas dari lingkungan semakin meningkat. Walaupun tubuh memiliki antioksidan untuk ?melawan? radikal bebas tersebut, namun jika terjadi ketidakseimbangan, maka dapat terjadi keadaan stres oksidatif yang dapat berlanjut menjadi kerusakan sel yang serius. Oleh sebab itu, dibutuhkan antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk membantu menjaga keseimbangan radikal bebas di dalam tubuh, salah satunya bersumber dari makanan. Jengkol merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia. Jengkol memiliki kandungan asam sistein dengan gugus sulfihdril (SH) yang memiliki efek antioksidan dengan mekanisme tertentu. Selain itu, terdapat kandungan polifenol, vitamin C, dan flavonoid pada biji jengkol yang juga memiliki efek antioksidan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol terhadap aktivitas enzim antioksidan superoksida Bahasa Indonesia dismutase (SOD) dalam darah tikus yang dikondisikan mengalami stres oksidatif melalui intoksikasi CCl4. Sejumlah 28 ekor tikus jantan Sprague Dawley dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu kelompok tanpa perlakuan, kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol, kelompok yang diberi CCl4, dan kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol selama 8 hari dan CCl4 pada hari ke-9 dan ke-10. Pada setiap kelompok, dilakukan pengukuran aktivitas enzim SOD darah. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada perubahan aktivitas enzim SOD di darah tikus yang mengalami stres oksidatif melalui intoksikasi CCl4. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek jengkol sebagai antioksidan. ......As the development of technology, exposure to free radicals from the environment is increasing. Although the body has antioxidants to "fight" free radicals, but if there is an imbalance, then it can be a state of oxidative stress that can progress to serious cell damage. Therefore, it takes an antioxidant that comes from outside the body to help maintain the balance of free radicals in the body, one of which is sourced from the food. Jengkol is one of Indonesia's natural resources. Jengkol acid contains cysteine with sulfihdril group (SH) which has antioxidant effects with a specific mechanism. In addition, there are polyphenol, vitamin C, and flavonoids in jengkol seeds which also have antioxidant effects. Therefore, this study was conducted to determine the effect of jengkol seed extract in the activity of the antioxidant enzyme superoxide dismutase (SOD) in blood of rats that were conditioned oxidative stress through CCl4 intoxication. A total of 28 male Sprague Dawley rats were divided into 4 groups, the group without treatment, the group which was given jengkol seed extract only, the group which was given CCl4 only, and the group which was given jengkol seed extract for 8 days then CCl4 on 9th and 10th , In each group, SOD activity was measured in the blood. Statistical analysis showed no significant difference (p> 0.05) on changes in SOD activity in blood of rats with oxidative stress through CCl4 intoxication. Thus, it is necessary to conduct further research on the effects of jengkol as antioxidants.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Zakiah Syahsah
Abstrak :
Latar belakang: Dikarenakan fungsinya, hati merupakan organ yang rentan mengalami hepatotoksisitas. Oleh karena itu, senyawa yang diduga memiliki efek hepatoprotektif banyak diteliti. Salah satu bahan tersebut berupa minyak bekatul, yakni ekstrak minyak dari lapisan luar beras. Kandungan bahan aktifnya banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan termasuk pada penyakit hati sehingga diduga minyak bekatul memiliki efek hepatoprotektif yang melindungi dan menyembuhkan hati dari hepatotoksisitas. Tujuan: Membuktikan bahwa minyak bekatul memiliki sifat hepatoprotektif terhadap hepatotoksisitas. Metode: Uji eksperimental pada 6 kelompok tikus Sprague dawley. Hepatotoksisitas diinduksi oleh CCl4 dengan dosis 0,55 g/KgBB sebanyak 1 kali secara oral. Minyak bekatul diberikan dalam 2 dosis untuk kelompok tikus yang berbeda, yakni 500 μL dan 1,5 mL. Pemberian minyak bekatul dilakukan setiap hari selama 8 minggu sebelum (preventif) atau setelah (kuratif) induksi hepatotoksisitas. Jarak antara induksi hepatotoksisitas dan pemberian minyak bekatul adalah 48 jam. Marker hepatotoksisitas yang diukur berupa serum ALT. Hasil: Kelompok yang diberikan minyak bekatul, baik sebagai agen preventif dan agen kuratif serta baik dalam dosis 500 μL dan 1,5 mL memiliki level serum ALT yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang hanya diberikan CCl4 (p < 0,05). Simpulan: Minyak bekatul memiliki sifat hepatoprotektif baik sebagai agen preventif maupun kuratif terhadap hepatotoksisitas diinduksi CCl4. ......Background: Liver is prone to hepatotoxicity because of its function. For this reason, compounds that may have hepatoprotective attribute are searched extensively. One of those compounds is rice bran oil, an extract from the rice’s outer layer. Rice bran oil has many active components that are found to be beneficial in medical treatment, including liver disease. Therefore oil rice brain is thought to have hepatoprotective properties that may protect and cure liver from hepatotoxivity. Aim: Evaluate rice bran oil’s hepatoprotective properties against hepatotoxicity. Methods: This experimental study used six different groups of Sprague dawley. Hepatotoxicity in mouse is induced using 0,5g/KgBW of single-dose CCl4 orally. Rice bran oil was given in 2 separate doses, 500 μL dan 1,5 mL. Rice bran oil was administered for 8 weeks before (in preventive group) and after (in curative group) hepatotoxicity induction with 48 hours interval separating those two interventions. Serum ALT was investigated to evaluate hepatotoxicity. Results: Group administered with rice bran oil as a preventive agent and curative agent with either 500 μL or 1,5 mL dose have low levels of serum ALT compared to CCl4 control group (p < 0,05). Conclusion: Rice bran oil has hepatoprotective properties, both as a preventive agent and a curative agent against CCl4 induced hepatotoxicity.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Dwi Oktavianda
Abstrak :
Prevalensi penyakit degeneratif di dunia, termasuk di Indonesia, semakin meningkat tiap tahunnya. Salah satu faktor yang sangat berhubungan dengan penyakit degeneratif adalah peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan hasil metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan sel, salah satu indikatornya adalah kadar malondialdehida MDA . Di samping itu, otak merupakan salah satu organ yang rentan terhadap kerusakan sel akibat radikal bebas, karena kadar antioksidan endogen di otak relatif rendah. Konsumsi makanan tinggi antioksidan sangat dianjurkan, salah satunya adalah bekatul Oryza sativa varietas IPB-3S. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak bekatul terhadap kadar MDA otak tikus yang diinduksi CCl4. Penelitian ini menggunakan sampel otak 24 ekor tikus jantan galur Sprague-dawley yang berusia 6 ndash; 8 minggu dengan BB 150 ndash; 300 gram yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan, antara lain kontrol normal K.1 , kontrol negatif yang diinduksi CCl4 K.2 , ekstrak bekatul 150 mg/kgBB P.1 , ekstrak bekatul 150 mg/kgBB CCl4 P.2 , ekstrak bekatul 300 mg/kgBB P.3 , dan ekstrak bekatul 300 mg/kgBB CCl 4 P.4 . Setelah perlakuan, kadar MDA jaringan otak sampel diukur dengan metode Wills dan dibandingkan antar kelompok perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bekatul dapat menurunkan kadar MDA secara signifikan. ...... The prevalence of degenerative diseases in the world, including in Indonesia, increases every year. One of the factors associated with degenerative diseases is the increase of free radicals. Free radicals are the result of the metabolism process that can cause cell damage, one of the indicators is malondialdehyde MDA level. In addition, the brain is one of the susceptible organs to cell damage caused by free radicals, because the levels of the endogenous antioxidants are relatively low. Consumption of high antioxidants foods is highly recommended, one of which is Oryza sativa variety IPB 3S rice bran. Therefore, this study was conducted to analyze the effect of rice bran extract towards MDA levels in the brain induced by CCl4. This study used 24 brain samples from Sprague Dawley male rats aged 6 ndash 8 weeks with BW 150 ndash 300 grams, divided into 6 intervention groups, including normal control K.1 , negative control induced CCl4 K .2 , 150 mg kg rice bran extract P.1 , 150 mg kg rice bran extract CCl4 P.2 , 300 mg kg rice bran extract P.3 , and 300 mg kg rice bran extract CCl4 P.4 . After the intervention, the MDA levels of brain sample were measured by Wills method and compared each group. The results of this study showed that the administration of rice bran extract significantly lowered MDA levels.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Abdi Zil Ikram
Abstrak :
Stres oksidatif di hati dapat terjadi akibat peningkatan produksi radikal bebas berlebih seperti ROS yang akhirnya menyebabkan kerusakan hepatoseluler. Glutation GSH , antioksidan non enzimatik, berperan dalam memberikan efek proteksi melawan radikal bebas. Selama ini, bekatul diperkirakan mempunyai potensi antioksidan pada hati. Peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bekatul padi Oryza sativa varietas IPB3S terhadap kadar GSH pada organ hati tikus yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 . Dua puluh empat ekor tikus jantan Sprague Dawley dibagi ke dalam enam kelompok yaitu, tanpa perlakuan, CCl4, bekatul 150 mg/kgBB, bekatul 150 mg/kgBB CCl4, bekatul 300 mg/kgBB, dan bekatul 300 mg/kgBB CCl4. Kadar GSH jaringan hati tikus diukur pada tiap kelompok perlakuan menggunakan metode Ellman. Data kemudian dianalisis menggunakan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kadar GSH jaringan hati tikus yang bermakna pada kelompok bekatul 150 mg/kgBB p=0,01 dan bekatul 150 mg/kgBB CCl4 p=0,046 dibandingkan dengan kelompok tanpa perlakuan dan CCl4 saja. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok bekatul 300 mg/kgBB p=0,118 dan bekatul 300 mg/kgBB CCl4 p=0,247 terhadap kelompok tanpa perlakuan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak bekatul mempunyai potensi sebagai antioksidan terhadap jaringan hati jika dilihat dari adanya peningkatan kadar GSH. ...... Oxidative stress in the liver can occur as a result of increased production of excess free radicals such as ROS that eventually cause hepatocellular damage. Glutathione GSH , a non enzymatic antioxidant, plays a role in providing protection against the effects of free radicals. Recently, rice bran has been predicted to have antioxidant potential in the liver tissue. Researcher wanted to determine the effect of rice bran variety IPB3S Oryza sativa extract to level of GSH in the rats liver induced by carbon tetrachloride CCl4 . Twenty four male Sprague Dawley rats were divided into six groups which are control, CCl4, rice bran extract 150 mg kgBW, rice bran extract 150 mg kgBW CCl4, rice bran extract 300 mg kgBW, and rice bran extract 300 mg kgBW CCl4. GSH levels in rats liver tissue in each treatment group were measured using Ellman 39 s method. Data were analyzed using One way ANOVA. The results showed a significant increase in rats liver tissue GSH levels in 150 mg kgBW rice bran extract group p 0.01 and 150 mg kg rice bran extract CCl4 group p 0.046 compared to the control group and CCl4 group alone. In contrast, there were no significant differences in the 300 mg kgBW rice bran extract group p 0.118 and 300 mg kgBW rice bran extract CCl4 group p 0.247 compared to control group. This study suggested that rice bran extracts had antioxidant potential on liver tissue observed from elevated level of GSH.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>