Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rikiyar Magfur
Abstrak :
Lapangan Subang terletak di Desa Pelawad, Karawang, Jawa Barat termasuk wilayah kerja PT. Pertamina EP Asset 3. Berdasarkan data analisa kadar CO2 pada fase gas sangat tinggi yaitu, 50,66% mol. Pada kondisi saat ini associated gas tidak memilik nilai ekonomis karena langsung dialirkan ke flare untuk dibakar. Oleh karena itu diperlukan penangan khusus untuk memisahkan CO2 dari aliran associated gas agar kadar nilai CO2 maksimal sebesar 5% mol dan kadar air di bawah 7 lb/MMSCF sehingga dapat dikirim ke sales point. Pada penelitian ini, dilakukan simulasi proses pengolahan dengan teknologi solid adsorption yang menggunakan peranti lunak Simulator Adsorption V.10 dan dibandingkan dengan simulasi proses pengolahan dengan teknologi solvent absorption yang menggunakan piranti lunak Unisim. Keluaran dari simulasi ini akan menghasilkan beberapa aspek yaitu jumlah pelarut, konsentrasi penggunaan pelarut dan dimensi dari bed adsorbent pada laju alir gas umpan. Selain itu dilakukan perbandingan secara kualitatif dari kedua teknologi pengolahan gas yang mengandung CO2 tersebut. Berdasarkan hasil simulasi AGRU diperoleh laju alir gas produk yang mengandung kadar CO2 4,49% mol dengan menggunakan larutan amine yang memiliki konsentrasi 35%wt MDEA, 9%wt MEA dan 56%wt Air. Dan hasil simulasi PSA diperoleh laju alir gas produk yang mengandung kadar CO2 4,98% mol dengan menggunakan dimensi bed adsorbent (D:H) adalah 1m:3,5m. Dan dari hasil analisis keekonomian diperoleh 9,32% IRR, NPV USD -396.119 dan payback period 11 tahun untuk teknologi AGRU. Dan 31,82% IRR, NPV USD 5.927.106 dan payback period 3,35 tahun untuk teknologi PSA. Sehingga teknologi PSA lebih ekonomis untuk diterapkan di Lapangan Subang. ......Subang Field is located in Pelawad Village, Karawang, West Java, including the working area of PT. Pertamina EP Asset 3. Based on the analysis data, the CO2 content in the gas phase is very high, 50.66% mol. In the current condition, the associated gas has no economic value because it is directly release to the flame to be burned. Therefore a special handler is needed to separate CO2 from the gas stream so that the maximum CO2 content is 5% mol and the water content is below 7 lb/MMSCF so that it can be sent to sales gas point. In this study, a simulation process devide on two (2) solid adsorption technology that will simulated by Simulator Adsorption V.10 software and compared with the separation process solvent absorption technology that will simulated by Unisim software. The output of this simulation will result several aspects such as quantity of solvent, concentration of solvent and bed adsorbent dimensinon at feed gas flow rates. In addition, a qualitative comparison was made of the two gas processing technologies containing CO2. Based on the AGRU simulation, the gas product have a content of 4.49% mol CO2 by using an amine solution that has a concentration of 35%wt MDEA, 9%wt MEA and 56%wt water. Meanwhile PSA simulation, gas product have a content of 4.98% mol CO2 by using bed dimensions of the adsorbent (D:H) is 1m:3.5m. And then, from economic analysis obtained 9.32% IRR, NPV USD -396,119 and a payback period of 11 years for AGRU technology. And 31.82% IRR, NPV USD 5,927,106 and payback period of 3.35 years for PSA technology. So that PSA technology is more economical to be applied in the Subang Field.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Gas karbon dioksida (CO2) yang terdapat di dalam cadangam gas bumi sebagai gas ikutan dapat menimbulkan masalah jika dibuang ke atmosfer, yaitu dapat menimbulkan pemanasan global dalam bentuk efek rumah kaca. Namun, jika dipandang sebagai cadangan CO2 dalam jumlah yang besar, seperti di Natuna dengan kandungan C02-nya mencapai 3,03 TCM, merupakan sumber bahan baku karbon alternatif di masa depan selain minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.

Skripsi ini membahas alternatif pemanfaatan CO2 ikutan dari gas bumi dan analisis tingkat kemataugan telcnologi (status), pemilihan teknologi baik konversi langsung (direct conversion) CO2 maupun konversi tidak langsung (indirect conversion) melalui gas sintesis, yang dapat diaplikasikan secara komersial.

Dari hasil pembahasan berdasarkan tingkat kesesuaian terhadap kriteria TECC, OCCC, dan ODCC sorta intensitas penggunaan energi (Energy Intensity), menunjukan bahwa proses yang diaplikasikan secara komersial, untuk pemanfaatan CO2 ikutan dari gas bumi, mempunyai urutan prioritas: proses Fischer-Tropsch, metanol, urea, aldehida, dan asam asetat.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amritzar Aimar
Abstrak :
Proses pemisahan gas dengan membran merupakan teknologi alternatif dalam proses pemisahan gas CO2 dari gas alam. Keunggulan utama proses ini dibandingkan dengan proses lainnya adalah energi yang digunakan relatif rendah dan tidak menimbulkan Iimbah tambahan. Proses pemisahan campuran gas pada membran terjadi karena adanya perbedaan permeabilitas setiap komponen gas dari campuran tersebut. Gas dengan permcabilitns yang akan menembus membran lebih cepat dari gas dengan pcrmeabilitas yang lebih rendah, sehingga gas-gas yang lebih permeabel akan menembus membran sedangkan gas-gas yang kurang permeabel akan tertolak. Poli-imida adalah salah satu membran dari jenis polimer glassy yang sangat berpotensi untuk pemisahan gas CO, dari campuran gas CO2 dan CH4 karena memiliki selektifitas yang untuk kedua gas tersebut. Pada penelitian kali ini dilakukan pengujian terhadap membran poli-imida yang berbentuk lembaran dari Nitto Denko Co Ltd. Pcngujian dibagi menjadi dua tahap yaitu pengujian membran untuk kondisi ideal dan pengujian membran untuk kondisi aktul. Tahap pertama adalah pengujian membran untuk kondisi ideal, yaitu pengujian permeabilitas gas murni CO2 dan gas mumi CH4 dengan variasi tekanan umpan, sehingga dapat diketahui pengaruh tekanan umpan terhadap permeabilitas gas dan selektifitas ideal membran untuk gas CO2 terhadap CH4. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perustabilitas gas CO2 mumi akan naik dengan dengan bertambahnya tekanan umpan, sedangkan permeabilitas gas CH4 mumi relatif konstan dengan bertambahnya tekanan umpan. Hal ini menyebabkan selektifitas ideal gas CO2 terhadap CH4 akan bertambah tekanan umpan, dimana selektifitas tertingi diperoleh pada tekanan umpan 1601.325 kPa dan 2101.325 kPa sebesar 29.9. Dengan mengunakan selektifitas ideal tersebut, dilakukan pemodelan sistematis untuk memperkirakan komposisi di permean dan retentat, dan pengaruh fraksi yang permeat (stage cut) terhadap komposisi di permean dan retetat tersebut. Tahap kedua adalah pengujian membran untuk kondisi aktual, yaitu pengujian membran untuk memisahkan campuran gas yang mengandung 38.85% CH, dan 61.15% CO2 dengan variasi stage cut. Sehinga dapat kita ketahui pengaruh stage cut terhadap komposisi gas di permeat dan retentan pada kondisi aktual. Didapat baik dari hasil permodelan maupun dari hasil pengujian pada kondisi aktual bahwa stage cut berpengaruh terhadap komposisi gas di permeat dan retentan. Fraksi CHA di retentat bertambah dengan bertambahnya stage cut, sedangakan fraksi CO2 di permeat berkurang dengan bertambahnya stage cut. Dari penelitian untuk kondisi aktual didapat kondisi operasi optimum yaitu pada tekanan umpan 2101.325 kPa dan stage cut 0.2563. Pada kondisi tersebut umpan gas yang mengandung 38.85% Ch4 dan 61.15% CO2 dapat ditingkatkan kandungan CH4-nya di aliran retentat menjadi 49.83% dengan CH4 recovery sebesar 95.39%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainu Safira Corni
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini mengevaluasi kinerja absorpsi gas CO2 dari campurannya dengan CH4 melalui membran kontaktor superhidrofobik. Kinerja kontaktor membran superhidrofobik ini ditinjau dari empat parameter utama dengan variasi laju alir pelarut DEA (100, 300 dam 500 mL/menit) dan jumlah serat membran kontaktor (2000 dan 8000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan laju alir pelarut DEA meningkatkan kinerja kontaktor membran superhidrofobik, dalam hal koefisien perpindahan massa, fluks dan efisiensi penyerapan CO2. Sedangkan kenaikan jumlah serat membran akan menurunkan koefisien perpindahan massa dan fluks CO2. Namun, meningkatkan efisiensi penyerapan CO2 dan acid loading. Koefisien perpindahan massa dan fluks CO2 tertinggi yang didapatkan pada penelitian ini berturut-turut adalah 2,31 x 10-4 cm/s dan 7,15 x 10-6 mmol/cm2s pada laju alir DEA 500 mL/menit dan jumlah serat membran 2000. Sedangkan efisiensi penyerapan CO2 tertinggi adalah 72% pada laju alir DEA 500 mL/menit dan jumlah serat membran 8000. ABSTRACT
This study evaluates performance of CO2 absorption from its mixture with CH4 through membran contactor superhydrophobic. Superhidrophobic membrane contactor performance is observed using four main parameters by varying the flow rate of solvent DEA (100, 300 dam 500 mL/min) and the number of fiber membrane contactors (2000 and 8000). The results showed that increasing DEA solvent flow rate increase superhidrophobic membrane contactor performance, in terms of mass transfer coefficient, flux and efficiency removal of CO2. While increasing the number of fiber membrane will reduce the mass transfer coefficient and CO2 flux. However, it will increase the efficiency removal of CO2 and acid loading. The highest mass transfer coefficient and CO2 flux obtained in this study are respectively 2,31 x 10-4 cm/s and 7,15 x 10-6 mmol/cm2s on DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber membranes 2000. The highest CO2 absorption efficiency is 72% at DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber membranes 8000.;This study evaluates performance of CO2 absorption from its mixture with CH4 through membran contactor superhydrophobic. Superhidrophobic membrane contactor performance is observed using four main parameters by varying the flow rate of solvent DEA (100, 300 dam 500 mL/min) and the number of fiber membrane contactors (2000 and 8000). The results showed that increasing DEA solvent flow rate increase superhidrophobic membrane contactor performance, in terms of mass transfer coefficient, flux and efficiency removal of CO2. While increasing the number of fiber membrane will reduce the mass transfer coefficient and CO2 flux. However, it will increase the efficiency removal of CO2 and acid loading. The highest mass transfer coefficient and CO2 flux obtained in this study are respectively 2,31 x 10-4 cm/s and 7,15 x 10-6 mmol/cm2s on DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber membranes 2000. The highest CO2 absorption efficiency is 72% at DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber membranes 8000.;This study evaluates performance of CO2 absorption from its mixture with CH4 through membran contactor superhydrophobic. Superhidrophobic membrane contactor performance is observed using four main parameters by varying the flow rate of solvent DEA (100, 300 dam 500 mL/min) and the number of fiber membrane contactors (2000 and 8000). The results showed that increasing DEA solvent flow rate increase superhidrophobic membrane contactor performance, in terms of mass transfer coefficient, flux and efficiency removal of CO2. While increasing the number of fiber membrane will reduce the mass transfer coefficient and CO2 flux. However, it will increase the efficiency removal of CO2 and acid loading. The highest mass transfer coefficient and CO2 flux obtained in this study are respectively 2,31 x 10-4 cm/s and 7,15 x 10-6 mmol/cm2s on DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber membranes 2000. The highest CO2 absorption efficiency is 72% at DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber membranes 8000., This study evaluates performance of CO2 absorption from its mixture with CH4 through membran contactor superhydrophobic. Superhidrophobic membrane contactor performance is observed using four main parameters by varying the flow rate of solvent DEA (100, 300 dam 500 mL/min) and the number of fiber membrane contactors (2000 and 8000). The results showed that increasing DEA solvent flow rate increase superhidrophobic membrane contactor performance, in terms of mass transfer coefficient, flux and efficiency removal of CO2. While increasing the number of fiber membrane will reduce the mass transfer coefficient and CO2 flux. However, it will increase the efficiency removal of CO2 and acid loading. The highest mass transfer coefficient and CO2 flux obtained in this study are respectively 2,31 x 10-4 cm/s and 7,15 x 10-6 mmol/cm2s on DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber membranes 2000. The highest CO2 absorption efficiency is 72% at DEA flow rate of 500 mL/min and the number of fiber membranes 8000.]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Rani Puspitasari
Abstrak :
Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca yang konsentrasinya terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu upaya untuk mengatasinya yaitu dengan mengonversi CO2 menjadi turunan hidrokarbon yang lebih bernilai melalui proses elektrokimia. Penggunaan elektroda boron-doped diamond BDD dilaporkan menampilkan performa yang baik pada elektroreduksi CO2. Namun BDD memiliki kekurangan yaitu aktivitas katalitiknya yang rendah. Sehingga dibutuhkan cara untuk meningkatkan aktivitas katalitik BDD, diantaranya yaitu modifikasi dengan logam. Penelitian ini menggunakan BDD termodifikasi tembaga dan nikel sebagai elektroda kerja pada reduksi CO2. Modifikasi BDD dilakukan melalui teknik seeding, dan elektrodeposisi yang dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 7000C dalam atmosfer N2. Karakterisasi dengan SEM-EDX pada elektroda BDD termodifikasi tembaga dan nikel menunjukkan kestabilan yang baik setelah dilakukan pemanasan. Selanjutnya performa reduksi CO2 elektroda CuNi-BDD dibandingkan dengan Cu-BDD dan Ni-BDD. Pada potensial -1,2 V, Ni-BDD memberikan hasil efisiensi Faraday yang tinggi dibanding CuNi-BDD dan Cu-BDD. Produk yang terbentuk pada reduksi CO2 pada potensial -1,2 V yaitu CO, CH4 pada CuNi-BDD, asam format pada Cu-BDD, sedangkan pada Ni-BDD dihasilkan asam format dan metanol disamping gas CO dan CH4. Namun pada potensial yang lebih negatif -1,5 V , CuNi-BDD memberikan performa yang paling baik di antara elektroda lain. CuNi-BDD membentuk produk yang lebih beragam dibanding Cu-BDD maupun Ni-BDD. ......Carbon dioxide is one of greenhouse gases whose increasing concentration annually. One of the way to overcome it by converting CO2 gas into bulk chemicals electrochemically. Recently, BDD is used as working electrode for CO2 reduction because it has good performance for CO2 reduction. But, BDD has low catalytic activity. So it is needed to modify BDD to increase it's catalytic activity, such as by modifying BDD surface BDD with metal. In this study, we used copper nickel modified BDD as working electrode for CO2 reduction. The method used to modify BDD were seeding, continued with electrodeposition and annealing at 7000C in N2 atmosphere. SEM EDX pictures of the modified electrode showed good stability after annealing treatment. CuNi BDD electrode was compared with monometal modified BDD. When potential applied at 1,2 V, Ni BDD produced the highest faradaic efficiency than CuNi BDD and Cu BDD. The CO2 reduction at potential 1,2V produced several products such as CO, CH4 for CuNi BDD, formic acid for Cu BDD, as for Ni BDD can produce formic acid and methanol beside CO and CH4. But when more negative potential applied 1,5 V , CuNi BDD performed the best to reduce CO2. The product produce from CuNi BDD at 1,5V are more varies than Cu BDD or Ni BDD.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amino Aytiwan Remedika
Abstrak :
Perubahan iklim telah terjadi sepanjang sejarah. Di atmosfer, kadar karbon dioksida sudah sangat meningkat sejak seratus tahun terakhir. Perubahan ini berdampak pada kesehatan global melalui berbagai cara. Di dalam tubuh, meningkatnya kadar karbon dioksida juga dapat ditemukan dalam berbagai kondisi, salah satunya adalah dalam lingkungan suatu tumor. Saat hiperkapnia terjadi, hipoksia diasosiasikan untuk terjadi juga. Dalam keadaan hipoksia, hypoxia-inducible factor (HIF) diekspresikan, termasuk HIF2α. HIF2α merupakan gen yang penting dalam pertumbuhan tumor. Pada saat terdapat perubahan dalam tubuh, tubuh merespon dengan mengeluarkan respon imun sebagai perlindungan diri. Salah satu komponen dari respon imun adalah PBMC. Penelitian ini pertujuan untuk menemukan bagaimana efek dari peningkatan karbon dioksida pada ekspresi gen HIF2α dalam PBMC. PBMC diisolasi menggunakan sentrifugasi dari darah. Selanjutnya, sel dikultur dan diberi beberapa perlakuan (5% CO2 24 jam, 15% CO2 24 jam, 5% CO2 48 jam, and 15% CO2 48 jam). Setelah itu, RNA diisolasi dan diukur menggunakan RT-qPCR. Data yang didapatkan lalu dianalisis. Hasil menunjukkan signifikansi pada grup 5% dan 15% CO2 24 jam, sementara pada grup 5% dan 15% CO2 48 jam hasilnya tidak signifikan. Pada perbandingan antara grup 15% CO2 24 jam dan 48 jam tidak ditemukan hasil yang signifikan pula. Sebagai kesimpulan, eksperimen menunjukkan berkurangnya ekspresi gen HIF2α dalam PBMC setelah paparan CO2 tinggi. Namun, paparan yang lebih lama menunjukkan bahwa ekspresi gen HIF2α mengalami sedikit peningkatan. ......Climate change has been occuring throughout the history. In the atmosphere, the carbon dioxide level has increased to a great number since the past century. This change in climate is found to be affecting global health in various ways. In the body, increased carbon dioxide level can also be found which leads to a hypercapnic condition which is found in a wide variety of conditions including in a tumor microenvironment. As hypercapnia happens, it correlates with the occurrence of hypoxia, or reduced oxygen level. In response to hypoxic stress, hypoxia-inducible factor (HIF) is expressed, including HIF2α. HIF2α is a gene critical in tumor development. In addition, when there are harmful changes in the body, there are immune responses as a defense. The components of the immune response include the PBMCs. This research intends to find how increased carbon dioxide level can affect HIF2α expression in PBMCs. The PBMCs are isolated by centrifugation from the blood. afterwards, they are cultured and treated under different conditions (5% CO2 24 hours, 15% CO2 24 hours, 5% CO2 48 hours, and 15% CO2 48 hours). After treatment, the RNA is isolated and measured using RT-qPCR. The data collected is then analysed. The 5% and 15% CO2 24 hours groups has a significant result, while the 5% and 15% CO2 48 hours groups are found to be insignificant. In addition, comparison As a conclusion, from the experiment there was a decreased HIF2α expression after increased exposure of CO2. However, longer exposure showed a slight increase in the expression.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garindra Muhammad Maro
Abstrak :
Proses ekstraksi zat padat dapat dilakukan menggunakan fluida karbon dioksida dalam keadaan superkritis yang juga disebut sebagai supercritical fluid extraction (SCFE). SCFE membutuhkan properti tertentu dari zat padat yang hanya dapat didapat melalui penelitian laboratorium, sehingga memakan waktu dan biaya. Sebelumnya sudah dibuat sebuah model yang dapat menggambarkan perilaku zat padat dalam proses SCFE. Studi ini bertujuan untuk memperbaharui model tersebut menggunakan data yang lebih baru, serta membandingkan akurasi model yang lama dengan yang studi ini hasilkan. Dari evaluasi simulais, didapat korelasi baru dengan average absolute deviation (AALD) sebesar 25, nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan korelasi dari studi sebelumnya, sehingga korelasi dengan data yang sudah diperbaharui tidak seakurat yang sebelumnya dalam memprediksi kelarutan zat padat dalam karbon dioksida superkritikal. ......Extraction of solid compounds can be done using supercritical carbon dioxide, which is also known as Supercritical Fluid Extraction (SCFE). SCFE requires certain properties to be known that can only be obtained from laboratory experiments, thus requiring time and expense. Previously a model has been created that can illustrate the behavior of solids in an SCFE process. This study aims to update the model by using more recent data, and compare the accuracy of the old model and the one produced by this study. The result is a new correlation with an AALD of 25, much bigger than the correlation produced by the previous study, therefore making it much more inaccurate at predicting solid solubility in supercritical carbon dioxide.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amsterdam: Elsevier , 2004
546.681 2 CAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Halmann, Martin M
Tokyo: CRC Press, 1993
665.89 HAL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>