Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Saras
Abstrak :
Peningkatan emisi Co2 di atmosfer merupakan salah satu ancaman lingkungan terbesar bagi makhluk hidup, ekosistem, dan bahkan ekonomi global. Pola konsumsi rumah tangga terbukti berkontribusi 60-70% terhadap emisi global, dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS), sebagai satu-satunya survei longitudinal besar yang tersedia di Indonesia. Survei ini mencakup 83% dari total populasi di Indonesia, menunjukkan jejak karbon pada tingkat konsumsi rumah tangga Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara beban lingkungan rumah tangga Indonesia untuk transisi kehidupan karbon dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kategori pengeluaran rumah tangga, total pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, karakteristik wilayah terhadap jumlah emisi yang dihasilkan, baik emisi dari energi rumah tangga maupun tidak langsung. Tujuan kedua adalah untuk menentukan kontributor utama konsumsi rumah tangga di Indonesia serta membuat beberapa rekomendasi berdasarkan hasil yang diperoleh. Metode perhitungan total jejak karbon pada penelitian ini menggunakan kalkulator karbon, Carbon Footprint Ltd. sebagai salah satu kalkulator “kuat” dibandingkan dengan 15 – 30 kalkulator lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan berpengaruh signifikan terhadap total emisi dibandingkan faktor lainnya dengan hasil uji korelasi (r = 0,6712) untuk daerah perkotaan dan (r = 0,9148) untuk daerah pedesaan. Selain itu, konsumsi energi dan peralatan listrik rumah tangga merupakan kategori yang paling banyak mengeluarkan emisi. Total emisi di perkotaan juga jauh lebih tinggi daripada di perdesaan, meskipun hanya selisih rata-rata pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga tidak terpaut jauh Proyeksi emisi yang dihasilkan di Indonesia untuk tahun 2030 dengan interval kepercayaan (1- ) sebesar 11.186,6 ± 2.956,45 Co2 metrik ton. Selain itu, emisi yang dihasilkan dari sumber emisi tidak langsung memiliki nilai mengkhawatirkan sebesar 7.862 ± 3.354,28 metrik ton Co2 ......The increase in Co2 emissions in the atmosphere is one of the biggest environmental threats to all living things, ecosystem and the global economy. Household consumption pattern proven to have contributed 60-70% to the global emission. This study will be using Indonesia Family Life Survey (IFLS) data, as the only large longitudinal survey available in Indonesia covering 83% of the total population in Indonesia, means showing carbon footprint at the level of Indonesia household consumption practices. This study aims to analyze the relationship between the environmental impact of Indonesian households for the transition to a carbon life and reducing greenhouse gas (GHG) emissions. The first objective of this study is to determine the relationship between categories of household expenditure, total household income, number of household members, area characteristics and the amount of emissions produced, both direct and indirect emissions. The second objective is to determine the main contributors to household consumption in Indonesia moreover to make some recommendations based on the results obtained. The method to calculate Indonesia’s household carbon footprint in this study by using carbon calculator, Carbon Footprint Ltd. as one of the “strong” calculators compared to 15 – 30 other calculators. The results of this study indicate that income is significantly affecting the total emissions compared to other factors with the results of the correlation test r = 0.6712 for urban areas and r = 0.9148 for rural areas. Moreover, energy consumption and the household electrical appliances are the most emission-intensive categories. Total emissions in urban areas are also much higher than in rural areas, although there is only a slight difference between the average of income and number of household members Projected emissions produced in Indonesia for 2030 with a confidence interval (1- ) of 11,186.6 ± 2,956.45 Co2 metric tons. In addition, the emission generated from indirect emission sources has an alarming value of 7,862 ± 3,354.28 metric tons Co2.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amelia
Abstrak :
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam. Adsorpsi dengan Granular Activated Carbon (GAC) sebagai pertimbangan rekomendasi teknologi dalam penyisihan kadar organik terutama dalam air laut. Kadar organik menjadi salah satu parameter yang diuji karena merupakan penyebab fouling pada reverse osmosis pada SWRO Ancol. Penyisihan kadar organik ini diketahui dengan UV-Vis. Adsorpsi dilakukan dengan menggunakan karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 dengan metode aktivasi dan non-aktivasi. Tujuan proses aktivasi untuk menambah atau memperbesar diameter pori karbon dan mengembangkan volume yang terserap dalam pori serta untuk membuka pori-pori baru. Dalam penelitian ini, aktivasi dilakukan secara fisika dan kimia menggunakan larutan ZnC2 yang nantinya akan direndam dengan karbon aktif selama 24 jam. Kemudian karbon aktif akan di furnace dengan suhu 750  selama 2 jam. Proses prefiltrasi karbon aktif dilakukkan dengan menghomogenisasi air laut menggunakan orbital shaker dengan dosis karbon aktif sebanyak 1, 2, dan 4 gram selama 30, 60, dan 120 menit. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa dosis optimum berada pada 2 gram dengan waktu optimum selama 30 menit. Pada metode non-aktivasi dapat menyisihkan rata-rata kadar organik pada air laut Ancol sebesar 76,20% sedangkan pada karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 metode aktivasi dapat menyisihkan rata-rata kadar organik pada air laut Ancol sebesar 85,50%. Sehingga dapat dikatakan bahwa adsorpsi pada karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 dapat menyisihkan kadar organik pada air laut dan karbon akitf Jacobi Aquasorb 1000 metode aktivasi lebih efektif dalam menyisihkan kadar organik pada air laut. ......Adsorption is a process of absorption by certain solids of certain substances that occurs on the surface of solids due to the attractive force of molecules on the surface of the solid without seeping into it. Adsorption with Granular Activated Carbon (GAC) is a consideration for technology recommendations in removing organic content, especially in seawater. Organic content is one of the parameters tested because it is the cause of fouling in reverse osmosis at SWRO Ancol. Removal of organic content was known as UV-Vis. Adsorption was carried out using activated carbon Jacobi Aquasorb 1000 with activation and non-activation methods. The activation process aims to increase or enlarge the carbon's pore diameter, expand the volume adsorbed in the pore, and open new pores. In this study, activation was carried out physically and chemically using a ZnCl2 solution, which would be soak in activated carbon for 24 hours. Then the activated carbon will be in the furnace at a temperature of 750℃ for 2 hours. The activated carbon prefiltration process was carried out by homogenizing sea air using an orbital shaker with a dose of 1, 2, and 4 grams of activated carbon for 30, 60, and 120 minutes. The results of this study indicate that the optimum dose is at 2 grams with an optimum time of 30 minutes. In the non-activation method, the average organic content in Ancol seawater was 76.20%, while in the activated carbon Jacobi Aquasorb 1000, the activation method removed an average organic content in Ancol seawater by 85.50%. Therefore, adsorption on activated carbon Jacobi Aquasorb 1000 could remove organic content in the seawater and activated carbon. The Jacobi Aquasorb 1000 activation method is more effective in removing organic content in seawater.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shobrun Jamil
Abstrak :
Meningkatnya taraf ekonomi negara berkembang memacu meningkatnya pencemaran udara. Penelitian ini bertujuan untuk membuat filter masker karbon aktif yang berasal dari bambu betung melalui aktivasi menggunakan H3PO4 dan K2CO3. Bambu dipilih menjadi bahan dasar masker karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi 42.4-53.6 serta ketersediaan yang berlimpah. Metode dip coating dilakukan untuk melapisi karbon aktif pada permukaan masker menggunakan perekat TEOS. Selanjutnya kapasitas adsorpsi karbon aktif diuji pada ruang kompartemen dengan mengalirkan campuran masing-masing gas CO dan CO2 dan udara tekan selama satu jam dan diukur perbedaan konsentrasi masukan dan keluaran gas menggunakan gas analyzer. Hasil karaktersasi bilangan iod mencapai 916.3 mg/g dengan luas permukaan BET 465.2 m2/g. Analisis SEM-EDX menunjukkan bahwa karbon aktif tersusun atas 74.83 wt karbon. Hasil uji adsorpsi menunjukkan kemampuan penyerapan maksimum CO2 sebesar 4.8 mmol/g dengan waktu jenuh 7 jam. Sedangkan untuk CO, kapasitas adsorpsi dihitung selama 1 jam, menunjukkan kemampuan sebesar 0.184 mmol/g. Karbon aktif telah memenuhi standar SNI serta dapat diaplikasikan untuk pembuatan masker antipolutan yang mampu mengadsorpsi gas CO dan CO2 hingga ke batas aman yang telah ditetapkan. ......This study aimed to determine wheth Increasing in economic level of developing countries led to increasing in air pollution problem. This research is aimed to make activated carbon based gas mask filter that was prepared from bamboo scraps by the combined activation using H3PO4 and K2CO3. Bamboo is selected as raw material because of its abundant availability and high cellulose content 42.4 53.6 . Dip coating is conducted to coat activated carbon on the surface layer of mask by adding TEOS compound. Furthermore, adsorption capacity of activated carbon is tested using compartment by flowing air containing CO and CO2 for one hour. The results of the characterization shows that the iodine number of the activated carbon produced reaches 916.3 mg g with BET surface area of 465.2 m2 g. SEM EDX analysis shows that the carbon content is 74.83 . Adsorption capacity of activated carbon is tested using compartment by flowing air containing pollutant gas and compressed air for one hour. The results indicate that the maximum number of moles CO2 adsorbed is 4.8 mmol g with 7 hour saturated time, while adsorption capacity of CO measured in 1 hour test is 0.184 mmol g. Therefore, activated carbon has met the standards and can be applied for gas msk filter to eliminate CO and CO2 up to safety limit concentration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatul Jauharoh
Abstrak :
Peningkatan populasi di DKI jakarta mengakibatkan kenaikan kebutuhan air bersih. Hal ini menjadikan air laut sebagai pilihan sumber air alternatif. Teknologi pengolahan air laut desalinasi menggunakan reverse osmosis mampu mengolah menjadi air minum yang layak. Masalah yang kerap timbul pada RO adalah fouling yang dapat diatasi dengan pre-treatment menggunakan Powdered Activated Carbon (PAC). Adsorpsi PAC dapat menghilangkan bahan organik yang dapat mengakibatkan terjadinya fouling. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan efisiensi penyisihan bahan organik dari kadar dosis dan waktu kontak menggunakan PAC dan mengkaji pengaruh kondisi air sampel terhadap efisiensi penyisihan. Variabel terikat pada penelitian ini adalah bahan organik dalam absorbansi (Abs). Sedangkan variabel bebas berupa variasi dosis, waktu kontak, dan kondisi sampel. Hasil penelitian kondisi hujan menunjukkan waktu optimum terjadi pada 20 menit dan dosis optimum 250 mg/L dengan penyisihan organik sebesar 80,7%. Waktu dan dosis optimum tersebut diberlakukan dalam proses adsorpsi pada pengambilan sampel saat kondisi hujan. Dihasilkan penyisihan organik pada sampel kondisi hujan sebesar 82,7%. Diperoleh hasil isoterm adsorpsi kondisi normal terbesar 1.981,33 mg/g dan kondisi hujan sebesar 2.068,67 mg/g. Sehingga, PAC dapat menyisihkan organik pada air laut pada kondisi normal maupun hujan.  ......The increase in population in DKI Jakarta has resulted in an increased demand for clean water. This has made seawater an alternative water source. Desalination technology using reverse osmosis is capable of treating seawater into drinkable water. A common problem in reverse osmosis is fouling, which can be addressed through pre-treatment using Powdered Activated Carbon (PAC). PAC adsorption can remove organic matter that can cause fouling. The aim of this research was to determine the efficiency of organic matter removal based on dosage and contact time using PAC and to assess the influence of sample water conditions on the removal efficiency. The dependent variable in this study is the organic matter in absorbance (Abs). The independent variables include dosage variation, contact time, and sample conditions. The research results under rainy conditions showed that the optimum time was 20 minutes and the optimum dosage was 250 mg/L, resulting in an organic removal efficiency of 80.7%. These optimum time and dosage were applied in the adsorption process for the rainy condition sample collection, resulting in an organic removal of 82.7%. The highest adsorption isotherm result under normal conditions was 1,981.33 mg/g, and under rainy conditions, it was 2,068.67 mg/g. Therefore, PAC is capable of removing organic matter from seawater under both normal and rainy conditions.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library