Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurlatifah
Abstrak :
Karbon aktip dikenal cukup luas penggunaannya baik untuk industri maupun rumah tangga. Dari sektor industri misalnya industri pangan dan non pangan. Di Indonesia sudah didirikan beberapa industri karbon aktif. Namun demikian untuk penggunaan penyerap merkuri, produk tersebut masih harus diimpor. Pada umumnya bahan baku untuk penyerap merkuri berasal dari batu bara yang sudah di impregnasi dengan belerang. Untuk mengamati kemungkinan dapat diproduksinya karbon aktip penyerap merkuri dengan bahan baku selain batu bara, maka dilakukan penelitian dengan bahan baku serbuk kayu dengan menambahkan belerang. Jumlah belerang yang ditambahkan pada karbon aktip dalam serbuk kayu adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50% berat bahan baku. Produk diuji sifat fisik, kimia dan strukturnya, sehingga diketahui dapat atau tidak bahan tersebut untuk penyerap merkuri. Dari penelitian diperoleh penambahan belerang 30 % berat memberikan nilai luas permukaan paling tinggi yaitu 964,0985 mg/gr dan menurun pada penambahan berikutnya, sedang uji kemampuan daya serap larutan lod dan larutan Biru Metilena menunjukkan semakin banyak belerang yang ditambahkan semakin rendah nilainya, demikian juga untuk kadar abu terrendah diperoleh nilai 2,5216 % berat untuk penambahan belerang 50 % berat. Adanya perubahan permukaan terdeteksi dari hasil uji struktur mikro menggunakan SEM dan perubahan unsur kimia setelah proses impregnasi diuji dengan EDAX. ...... Active Carbon has been commonly used for industries and household, it can can be used for food as well as non food industries. In Indonesia the some active carbon has been manufactured, but mercury removal substance has been imported until! now. Coal is usually used in the production of active carbon for mercury removal. It is impregnated with sulfur. For this purpose we prepared saw dust active carbon as starting material for mercury removal. Elemental sulfur as impregnating agent used from 10 %, 20 % 30 %, 40 %, to 50 % by weight. Physical and chemical properties of the products were analysis. The result showed that maximum surface area is 964,0985 mgr/gr reached for sulfur 30 % by weight and after that decline. Adsorptive of lod and Methylene Blue decrease if sulfur increase as well as ash countent. The development of the external surface was examined by scanning electron microscopy and the change of the elements were analyzed by energy dispersive analysis X-ray.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Pratiwi
Abstrak :
Proses degradasi polutan organik diharapkan dapat berlangsung lebih efektif dengan menggabungkan kedua proses fotokatalisis dan adsorpsi. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi TiO2 - karbon aktif sebagai fotokatalis dan adsorben untuk mengetahui komposisi yang memberikan hasil penyisihan terbaik. Ti02 dipreparasi menggunakan Ti(Opr)4AcAc sebagai precursor dengan metode sol gel. Selanjutnya sol Ti02 dicampurkan dengan serbuk karbon aktif pada berbagai komposisi kemudian diuapkan dan dikalsinasi. Material fotokatalis adsorben (AFT) kemudian dikarakterisasi dengan BET dan XRF untuk mengetahui luas permukaan dan prosentase jumlah katalis di permukaan adsorben. Uji kinetika proses degradasi fenol oleh material fotokatalis adsorben dalam reaktor Air Sparged Tube Reactor dilakukan untuk menentukan parameter parameter kinetika yaitu konstanta laju reaksi (kr), konstanta kesetimbangan adsorpsi (Kc) dan energi aktifasi (EA) Dalam analisis data digunakan model kinetika Langmuir-Hinshelwood untuk menggambarkan pembentukan CO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 kurang dan 50% penyisihan fenol terbanyak diperoleh pada komposisi 15% Ti02 dan 85% karbon aktif (AFT 15% TiO2) sedangkan pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 lebih besar dan 50% komposisi 65% TiO2 dan 35% karbon aktif (AFT 65% Ti02) memberikan hasil terbaik. Model persamaan Langmuir-Hinshelwood berlaku pada saat kesetimbangan adsorpsi karbon aktif tercapai dimana hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah karbon aktif di dalam AFT. Pada penggunaan AFT 15% TiO2 diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi (=30 menit) daripada penggunaan AFT 65% TiO2(=5 menit). Perbandingan parameter kinetika yang dilakukan terhadap dua kondisi optimum menunjukkan bahwa penambahan karbon aktif dapat meningkatkan kemampuan adsorbsi AFT namun disis Iain menurunkan kemampuan AFT dalam mendegradasi fenol. Umur AFT 15% TiO2 diduga lebih pendek daripada AFT 65% TiO2 karena harga kr yang lebih kecil dan harga Kc yang leblh besar sehingga AFT 15% TiO2 akan lebih cepat jenuh dengan fenol.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T21269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Prima
Abstrak :
ABSTRAK
Kombinasi saringan pasir dan karbon aktif pada MMF umum digunakan sebagai pretreatment UF karena efektif menghilangkan padatan tersuspensi sebesar 75- 90% dan zat organik hingga 59%. Namun di RS X, UF mengalami fouling dalam waktu singkat disebabkan tingginya konsentrasi konstituen residu di influen yang berasal dari MMF sehingga UF membutuhkan frekuensi backwash lebih tinggi. Kondisi ini dapat mengurangi recovery dan daur ulang air limbah menjadi tidak layak secara ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi kemampuan MMF eksisting dan dampaknya terhadap kemampuan UF tipe S-640 polysulfone hollow fiber. Evaluasi dilakukan dengan mengukur dan menguji kinerja MMF sebagai pretreatement UF melalui serangkaian percobaan pilot plant pada berbagai variasi kualitas input terhadap periode operasi MMF. Hasil penelitian menunjukan MMF eksisting memiliki kapasitas pengolahan maksimal 616 m3 yang dicapai selama 3 hari operasi untuk satu siklus backwash. Pada periode operasi tersebut, MMF memiliki efisiensi penyisihan (1) tinggi untuk kekeruhan dan TSS rata-rata sebesar 62% dan 74% dan (2) rendah untuk zat organik yang hanya sebesar 14%. Penyisihan zat organik yang rendah disebabkan karbon aktif sudah mengalami penurunan daya adsorpsi sehingga diperlukan penggantian. Dengan kondisi efluen MMF eksisting, UF S-640 Hollow Fiber hanya memiliki efisiensi penyisihan ratarata zat organik 50% (maks. 64%, min. 30%), kekeruhan 73% (maks. 92%, min. 64%), dan TSS 78% (maks. 94%, min. 71%). Recovery rata-rata diperoleh sebesar 52,87% (maks. 89,69% ; min.33,33% ) pada range tekanan antar membran 3,5 – 2,8 bar. Sebagai pretreatment UF, MMF eksisting membutuhkan backwash satu kali sehari dengan volume 0,9 m3 dan penggantian media pada MMF yang dilakukan minimal satu kali dalam 6 bulan.
ABSTRACT
The combination of sand and activated carbon filter in MMF commonly used as pretreatment for UF cause can remove fouling contituens effectively such as solids until 75-90% and organic matter until 59%. However in the X Hospital, UF was going to fouling in a short time due to the high concentration of constituents in the influent residue derived from MMF so that UF require higher backwash frequency. This condition can reduce the recovery and wastewater recycling to be economically unfeasible. Therefore, we need to evaluate the capabilities of existing MMF and its impact on the performance of UF S-640 polysulfone hollow fiber. Evaluation was conducted by measuring and testing the performance of MMF as a pretreatment of UF pilot plant through a series of experiments on a wide variety of quality inputs to the MMFoperation period. The results showed that existing MMF has a maximum processing capacity of 616 m3 that was achieved during the three days of operation for a backwash cycle. In the period of the operation, the MMF has (1) a high average removal efficiency for turbidity (62%) and TSS (74%) and (2) low average removal efficiency for organic matter (14%). The removal effiency of organic matter is low due to activated carbon adsorption decreased and need to be replaced. At the existing effluent conditions of MMF, UF Hollow Fiber S-640 has only 50% average removal efficiency of organic matter (max. 64%, min 30%), turbidity 73% (max. 92%, min 64%), and TSS 78% (max. 94%, min. 71%) . The average recovery was obtained for 52.87% (max. 89.69%; min.33, 33%) in the transmembrane pressure range from 3.5 to 2.8 bar. As a UF pretreatment, the existing MMF requires backwash at least once in two days with a volume of 0.9 m3 and the media needs to be replaced at least once in 6 months.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2000
S29658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Fidelis Kalmen
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49045
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Helmawan
Abstrak :
Karbon berukumn antara 0,063 mm dan 0,125 mm terbuat dari tempurung kelapa, diaktifkarn dengan Iarutan aktivator MgCl2 dan NaCl dengan variasi waktu 1,2,3,4,5,6,9, 12,24 dan 43 jam, dan diperoleh waktu perendaman terbaik selama 5-6 jam. Karbon aktif dengan aktivator MgCl2 merupakan adsorben terbaik untuk memucatkan dan meningkatkan kualitas minyak goreng curah (Crude Palm Oil-CPO, tradisional). Hasil-hasil yang diperoleh adalah: 1. Kejernihan minyak sebesar 3 NTU (sebelumnya 10 NTU), dengan pembanding minyak Delima (DEPKES No : 231309026037) sebesar 2 NTU menjadikan minyak lebih jernih. 2. Kandungan asam Iemak bebas adalah 0,17 % (sebelumnya 0,474 %), pembanding 0,125 %. Batas rnaksimum untuk kandungan asam lemak bebas menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) adalah 5 %. 3. Berkurangnya kandungan asam lemak bebas dalam minyak menyebabkan berkurangnya gejala batuk, dan tidak terdapatnya lapisan tipis pada lidah sewaktu dikonsumsi. 4. Bilangan Peroksida yang menurun, dari sebesar 2,41 % menjadi 0,97 %, pembanding 0,68% dengan batas maksimal yang keluarkan oleh BSN sebesar 6 %, menyebabkan minyak tidak mudah rusak walaupun mengalami kontak Iangsung dengan oksigen di udara. 5. Bilangan asam dan derajat asam yang semula sebesar 0,223 dan 0,398 berkurang menjadi 0,05 dan 0,09, dengan besar pembanding yaitu 0,045 dan 0,079. 6. Perbandingan luas permukaan, volume, pori dan ukuran pori karbon sebelum/karbon sesudah aktivasi adalah 9.39/256.6 m2/gram, 0.003239/0.1225 cc/gram dan 6.581/10.12 A.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S49179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Ferryunov Andie
Abstrak :
Adsorpsi umumnya dapat digunakan untuk penghilangan bau, warna, gas beracun, dan sebagainya. Adsorben yang umum dan banyak digunakan adalah karbon aktif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif dari bambu betung sebagai bahan baku. Pemilihan bambu betung ini dikarenakan bambu betung merupakan tanaman yang sangat banyak ditemukan di Indonesia dan jumlahnya cukup berlimpah. Selain itu, bambu betung kaya akan kandungan karbon sehingga memiliki kriteria untuk dijadikan bahan baku pembuatan karbon aktif. Penelitian ini menggunakan gas CO2 sebagai aktivator dengan melakukan variasi temperatur aktivasi, 800°C, 850°C, 900°C dan variasi laju alir gas CO2 200 mL/menit, 300 mL/menit, 400 mL/menit. Aktivasi dilakukan selama 1 jam. Bilangan iod tertinggi sebesar 475,25 mg/g diperoleh dengan melakukan variasi temperatur aktivasi 900°C dan laju alir CO2 400 ml/menit. Sebagai pembanding, pada penelitian ini juga dilakukan pengujian bilangan iod terhadap karbon bambu sebelum aktivasi. Bilangan iod untuk karbon ini adalah 190,12 mg/g. ......Adsorption generally can be used for removal of odors, colors, toxic gases, etc. Adsorbent that common used is activated carbon. This research purpose to produce activated carbon from betung bamboo as raw material. The selection of betung bamboo as raw material because betung bamboo is a plant that very common in Indonesia and is quite abundant. In addition, betung bamboo has rich carbon content so that it has the criteria to be used as raw materials for activated carbon. This research using CO2 as an activator by varying the activation temperature, 800°C, 850°C, 900°C and variations of flow rate 200 mL/min, 300 mL/min, 400 mL/min. Activation is done for 1 hour. Highest iodine number is 475,25 mg/g by varying the activation temperature 900°C and CO2 flow rate is 400 mL/min. In comparing, this research also test for iodine number of carbon before activation. Iodine number for this sample is 190,12 mg/g.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>