Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 536 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bulzuardi
"Pasar modal sebagai tempat untuk mendapatkan dana dan sebagai salah satu alternatif investasi telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, baik itu oleh perusahaan maupun pemodal. Dengan banyaknya perusahaan yang listing di pasar modal menyebabkan pemodal kesulitan untuk memilih mana saham perusahaan mana yang baik dan mana yang buruk.
Tujuan seorang investor (pemodal) dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan agar investasi yang mereka lakukan selalu bertumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu para investor perlu adanya suatu alat analisis untuk menilai kinerja saham yang akan diperjual belikan di pasar modal.
Tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan : pertama, apakah kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap harga saham ? Kedua, jika berpengaruh, faktor-faktor kinerja keuangan apa sajakah yang besar pengaruhnya terhadap perubahan harga saham ? Ketiga, Bagaimana dan seberapa besar pengaruh kinerja keuangan tersebut terhadap perubahan harga saham ? Seberapa besar dari kinerja keuangan perusahaan yang mempengaruhi harga saham.
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham adalah dengan analisis regresi berganda dengan model regresi bagian dari permodelan ekonometrik yang dikenal dengan Generalized Linear Regression Linear dengan metode stepwise. Adapun kinerja keuangan yang digunakan untuk meneliti pengaruhnya terhadap harga saham adalah rasio keuangan dari kelompok rasio leverage mengenai struktur permodalan usaha dan rasio-rasio pasar modal yang dalam perhitungan matematisnya menggunakan variabel yang berkaitan langsung dengan sekuritas saham. Dari kelompok rasio leverage digunakan DER, sementara dari rasio pasar modal digunakan EPS, PER, ROE dan DPS.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Perpustakaan Bursa Efek Jakarta berupa Laporan Statistik Bulanan dari tahun 1995-2000. Sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan sub sektor usaha terdiri dari 9 perusahaan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia, PT Gudang Garam, PT Semen Cibinong, PT Unilever Indonesia, PT Indonesia Satelit, PT Semen Gresik, PT Astra Intemasional Indonesia dan PT Indofood Sukses Makmur.
Hasil penelitian menemukan bahwa, pertama, kinerja keuangan secara bersama-sama signifikan dalam mempengaruhi harga saham, sedangkan secara parsial hanya PER dan EPS yang signifikan mempengaruhi harga saham. Kedua, Kinerja keuangan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham adalah PER dan EPS dan pengaruhnya bersifat positif terhadap harga saham. Artinya jika PER dan EPS mengalami kenaikan, maka harga akan naik dan sebaliknya jika PER dan EPS mengalami penurunan, maka harga saham juga akan turun."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harries Hidayat
"Salah satu peran pasar modal adalah sebagai lembaga yang dapat melakukan pemupukan modal dan mobilisasi dana secara produktif. Menurut Fama (1970) dan Ferguson (1983), pasar modal akan mewujudkan hal tersebut dengan efektif apabila pasar modal itu efisien. Makna yang terkandung dalam pasar modal efisien adalah harga-harga sekuritas di pasar modal telah mencerminkan seluruh informasi yang tersebar luas. Dengan demikian dapat lebih mendukung perkembangan ekonomi karena adanya alokasi dana dari sektor yang kurang produktif ke sektor yang lebih produktif dan akan mempermudah para pelaku pasar modal dalam melakukan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Tujuan pokok penelitian ini adalah menguji asosiasi laba tahunan dengan harga saham di BEJ. Penelitian ini didasarkan pada pendekatan bahwa pasar modal telah efisien dalam bentuk setengah kuat yang menyatakan dengan tersebarnya informasi baru (informasi earnings, dividend dan lain-lain) maka harga sekuritas seharusnya bereaksi dengan menyesuaikan ke tingkat harga yang baru.
Selain tujuan pokok tersebut, juga diamati asosiasi laba tahunan dengan harga saham berdasarkan ukuran perusahaan dan perubahan Debt Equity Ratio (DER). Ukuran perusahaan didasarkan pada nilai kapitalisasi setiap saham, sedangkan perubahan DER didasarkan pada perbandingan DER tahun ini dengan DER tahun sebelumnya.
Data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari BEJ. Data tersebut meliputi harga harian saham dan Index LQ-45 tanggal 9 sampai dengan 29 Desember 1997 untuk perhitungan expected return setiap saham (ERj), laporan keuangan perusahaan tahun 1996 dan 1997 yang telah diaudit untuk perhitungan tingkat perubahan laba (% earnings change) dan perubahan DER, nilai kapitalisasi saham untuk menentukan ukuran perusahaan, serta harga harian saham dan Index LQ-45 selama 15 hari setelah laporan keuangan tahun 1997 dipublikasikan untuk perhitungan cumulative abnormal return (CAR).
Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat asosiasi yang signifikan antara laba dengan cumulative abnormal return (CAR). Selanjutnya dilihat seberapa besar variasi perubahan harga saham dipengaruhi oleh variasi perubahan laba, dengan melihat nilai R_ Square. Dan hasil uji statistik terlihat tingkat asosiasi laba dengan harga saham sebesar 18,62%. Koefisien slope (beta) sebesar +0,0041 menunjukkan bahwa setiap perubahan (kenaikanlpenurunan) laba I% maka investor memperoleh kenaikan/penurunan abnormal return sebesar 0,0041%.
Selanjutnya, sampel dibagi menjadi dua kelompok portofolio berdasarkan nilai kapitalisasi saham, yaitu kelompok perusahaan besar dan kelompok perusahan kecil, dengan batas pemisah nilai kapitalisasi saham Rp. 1 Trilyun. Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi secara nyata (signifikan) oleh ukuran perusahaan. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi kemungkinan karena investor BEJ memandang ukuran perusahaan bukanlah informasi lain (second inrformation) yang relevan dalam membaca informasi laba.
Berikutnya, sampel dibagi menjadi dua kelompok portofolio berdasarkan perubahan DER, yaitu kelompok perusahaan dengan DER yang meningkat dan kelompok dengan DER yang menurun. Hasil pengujian menunjukkan asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi secara nyata (signifikan) oleh perubahan DER perusahaan emiten. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi kemungkinan karena investor BEJ tidak memandang perubahan proporsi hutang sebagai informasi lain (second information) yang relevan ketika mengamati informasi laba tahunan.
Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat asosiasi informasi keuangan dengan harga saham. Hal ini membuktikan bahwa investor pasar modal Indonesia telah memperhatikan faktor fundamental perusahaan emiten. Untuk itu diperlukan regulasi dari Bapepam dan pengelola PT. Bursa Efek Jakarta agar emiten lebih terbuka, murni dan jujur dalam penyampaian informasi keuangan yang merupakan indikator perkembangan perusahaannya. Dengan demikian pasar modal Indonesia dapat lebih sehat, dipercaya oleh investor dan menguntungkan semua pihak.
Untuk penelitian selanjutnya perhitungan expected return dapat dimodifikasi misalnya dengan CAPM. Selain itu dapat dikembangkan parameter yang lain seperti laba triwulanan, laba semesteran ataupun informasi lain misalnya stock dividend, stock split, cash dividend, penjualan saham borongan, dan right issue."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahirman
"Penelitian ini menganalisa Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan debt ratio pada Bursa Efek Jakarta, Hal ini sangat menarik karena menurut pengamatan penulis penelitian semacam ini belum pemah dilakukan pada perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Model penelitian yang digunakan adalah regresi linier berganda dari tax rate (TR), variance in operating income (CVOI) dan pretax returns (PR) sebagai variabel independen dan debt ratio (DR) sebagai variabel dependen yang dinyatakan dalam persamaan debt ratio.
Ketiga variabel penelitian yaitu tax rate, variance in operating income dan pretax returns secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap debt ratio, sedangkan secara individual hanya variabel variance in operating income yang sesuai dengan hipotesa bahwa variabel variance in operating income mempunyai pengaruh negatif terhadap debt ratio.
Koefisien determinasi (R2) sebesar 9,36% (lebih kecil dan hasil penelitian di New York Stock Exchange yaitu 42%) menunjukkan bahwa variabel independen hanya mampu menjelaskan perubahan debt ratio sebesar 9,36%, yang berarti ada faktor lain yang lebih berpengaruh selain variabel yang digunakan dalam penelitian."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T9407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan
"Penulisan tesis ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa di satu pihak hampir semua IPO yang dilakukan periode krisis ekonomi (1997-sekarang) di pasar modal Indonesia (BEJ dan BES) ternyata tidak menguntungkan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Tercermin dari tidak dapat dibagikannya deviden karena kinerja operasional emiten selalu underperformance serta harga saham yang terus menurun. Sedangkan di pihak lainnya, IPO-IPO tersebut rata-rata meraih sukses yang dicerminkan dengan terjadinya oversubscribed serta kenaikan harga saham pada pasar sekunder dalam periode 1 s.d. 4 minggu setelah IPO.
Penelitian dipusatkan pada 2 fenomena unik, pertama adalah pricing strategy yang selalu digunakan pada IPO-IPO tersebut, yakni teknik underpricing, kedua, adalah terjadinya kinerja operasional yang underperformance. Untuk itu diambil conoh kasus Pre IPO Acquisition yang dilakukan PT X Media Tbk. di akhir tahun 2000 di BEJ, karena secara ideal mengandung ke-2 fenomena di atas, yang bermuara pada kerugian publik selaku investor. Yang sangat mencolok ketika pada RUPS post-IPO yang kedua (2002) rnasih juga belum dapat membagikan devidennya.
Metode penelitian pada data-data yang dapat dihimpun dari publikasi-publikasi resmi dan hasil investigasi, dapat dibagi atas 3 jenis. Pertama, dengan melakukan analisis kelayakan terhadap strategi akuisisi yang ditempuh. Kedua, analisis nilai perusahaan baik pada kondisi sebelum IPO dan post IPO, dengan menggunakan teknik valuation yang paling umum digunakan di pasar modal yakni Dividend Discounted Cash flow Model. Ketiga, memetakan arus dana dengan menelusuri dasar penetapan skala akuisisi dan membandingkan antara target dengan realisasi investasi sebagaimana dijanjikan emiten.
Hasil penelitian untuk kasus PT X Media Tbk pada intinya terdiri atas 3 hal. Pertama strategi akuisisi bukan merupakan solusi terbaik dari kondisi PT X Media Tbk, sehingga pelaksanaannya sangat dipaksakan karena sulit untuk mencapai proyeksi yang dipaparkan pada publik. Kedua, harga penawaran saham perdana terlalu tinggi, sehingga kondisi underpricing yang dinyatakan penjamin emisi untuk menjamin adanya keuntungan kenaikan harga saham dalam jangka pendek / menengah adalah tidak benar. Ketiga, dana IPO ternyata tidak sepenuhnya digunakan untuk pembiayaan komitmen investasi, tetapi terutama diakumuiasikan pada grup induk (notabene shareholder lama), hal ini dimungkinkan dengan menyalahgunakan pengaturan revaluasi aktiva.
Kesimpulan tesis ini adalah adanya indikasi jelas bahwa strategi Pre IPO Acquisition bersifat merugikan publik sebagai investor, membuatnya menjadi anomali IPO yang harus diwaspadai. Analisis fundamental dan teknik valuation tidak dapat sepenuhnya mengungkap hal ini, tetapi pemberdayaan dan modernisasi pengaturan, sarana dan institusi pasar modal dapat mencegah terjadinya anomali tersebut. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian akhir juga disertakan saran-saran spesifik kepada setiap pihak yang terlibat untuk mengembalikan manfaat IPO khususnya dan pasar modal umumnya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soleh Hasbi
"Diberlakukannya indeks syariah, belum dapat disimpulkan hahwa pasar saham syariah telah mencerminkan suatu sistem yang sesuai dengan ajaran syariah. Hal tersebut discbahkan masih baru alatnya praktek-praktek non syariah yang tercemin dalam transaksi saham di pasar sekunder. Praktek spekulatif adalah suatu fenomena yang kerap terjadi dalam perdagangan saham di pasar sekunder, sehingga mengakibatkan fluktuasi harga salain yang tidak berkaitan dengan keadaan atau kegiatan ekonomi perusahaan yang dimaksud.
Melihat fenomena yang ada, penulis tertarik untuk mengkaji, meneliti dan membandingkan faktor-faktor fundamental internal yang mempengaruhi kinerja profitabilitas perusahaan yang diwakili oleh return saham dan ROE (return on equity.) perusahaan kelompok Jakarta Islamic Index (JII) dengan perusahaan kelompok Manufaktur. Matode uji yang dipergunakan analisa regresi linier berganda.
Commencement of syariah index cannot he concluded yet that syariah capital market has reflected a system that has obeyed with the syariah rule, because some transactions are not really reflecting with syariah base rule. Speculative transactions is such a fenomenon that is sometimes happening in stock trading transaction at secunder market, making share price fluctuation not really connecting with the real economic condition or situation of a company.
Observing the existing phenomenon, I am interested to observe, research and compare some internal fundamental factors that influence the company profitability performance which represented by return of stock and return on equity of companies from Jakarta Islamic index group and manufacture group. Tools are going to be used are statistical tools such multiple tinier regression analysis.
"
Lengkap +
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hizbullah
"Krisis ekonomi yang mulai terjadi pada pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis keuangan yang melanda perbankan nasional. Rapuhnya ketahanan (strengthen) sistem perbankan pada waktu itu, antara lain disebabkan sikap manajemen bank yang lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek atau keuntungan sesaat tanpa menghiraukan risiko jangka panjang. Demikian pula, sistem pengawasan bank yang belum sepenuhnya menerapkan ketentuan BIS menyebabkan risiko-risiko yang terdapat dalam kegiatan usaha bank belum menjadi objek pengawasan Bank Indonesia. Risiko-risiko tersebut menjadi salah satu penyebab hancurnya perbankan nasional, karena kerugian yang terjadi akibat adanya risiko tidak diantisipasi sebelumnya.
Setiap kegiatan usaha bank, mengandung berbagai macam risiko seperti risiko kredit (credit risk), risiko pasar (market risk), risiko likuditas (liquidity risk), risiko operasional (operational risk), risiko hukum (legal risk), risiko reputasi (reputational risk), risiko strategik (strategic risk) dan risiko kepatuhan (compliance risk). Risiko tersebut tidak mungkin ditiadakan atau dihilangkan dalam kegiatan bisnis bank, namun hanya dapat dikelola sehingga terkendali (manageable) pada batas (limit) yang dapat diterima (acceptable). Oleh karena itu, tugas utama manajemen bank adalah mengelola dan mengendalikan risiko agar tidak melampaui tingkat yang tidak dapat ditolerir (unacceptable) yang dapat merugikan atau bahkan membahayakan kelangsungan usaha bank. Bank-bank harus dapat meng-absorb setiap risiko yang terdapat dalam transaksi yang dilakukan. Agar dapat mengelola risiko dengan baik, bank wajib pula memiliki risk management atau sistem pengendalian risiko yang memadai.
Kegiatan pengendalian risiko bank dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi dampak negatif atau kerugian terhadap bank, dan menerima risiko dengan shifting (hedging) atau menambah modal. Proses pengendalian risiko ini harus dilengkapi dengan guidelines, organisasi, sumber daya manusia (SDM) pendukung (risk grup), dan sistem informasi yang baik. Pihak-pihak yang terlibat dalam manajemen risiko perbankan adalah regulator, pengawas bank, pemegang saham, direksi, manajer senior, internal auditor, eksternal auditor dan publik. Masing-masing pihak mempunyai akuntabilitas dan kepentingan atas risiko-risiko yang diakibatkan oleh transaksi-transaksi perbankan.
Hingga saat ini, perhitungan CAR bank di Indonesia masih mengacu pada Basle Accord 1988, belum mengadopsi Arnendement To The Capital Accord To Incorporated Market Risk 1996. Oleh karena Itu CAR tersebut belum menggambarkan kinerja bank yang sesungguhnya karena belum memperhitungkan market risk. Pada hal sejak akhir tahun 1997 bank-bank yang telah memiliki jaringan internasional (internationally-active banks) di negara-negara maju telah mulai menerapkan market risk dalam perhitungan CAR, sehingga CAR sebesar 8% selain untuk mengcover credit risk juga untuk mengcover market risk.
Market Risk merupakan risiko yang sangat penting dalam kegiatan usaha bank. Risiko tersebut meliputi Risiko Khusus (Specifik Risk), Risiko Umum (General Market Risk), Equity Position Risk, Risiko Niiai Tukar (Foreign Exchange Risk), Risiko Komoditi (Commodities Risk) dan Risiko Harga Option (Option Risk). Namun sesuai dengan lingkup kegiatan usaha dan jenis transaksi yang dilakukan oleh perbankan di Indonesia, pada saat ini hanya Specifik Risk, General Market Risk dan Foreign Exchange Risk saja yang telah dapat di exercise dalam perhitungan CAR bank.
Untuk mengukur capital charge market risk, bank diharuskan menggunakan Metode Standar BIS. Namun B1S memperkenankan pula untuk menggunakan internal model, seperti metode Value at Risk (VaR). Dalam tesis ini exercise capital charge market risik dilakukan dengan menggunakan Metode Standar BIS. Penggunaan Internal Model belum dapat dilakukan mengingat adanya beberapa kendala, antara lain ketersediaan data pendukung (data base), belum baiknya sistem informasi bank, keterbatasan sumber daya manusia dan belum tersedianya software untuk memperoses data.
Exercise market risk dilakukan terhadap Bank A, Bank B, Bank C dan Bank D yang menghasilkan capital charge risiko spesifik masing-masing sebesar Rp15.233 juta, Rp19.067 juta, Rp6.627 juta dan Rp4.116 juta, capital charge risiko umum masing-masing sebesar Rp46.719 juta, Rp62.034 juta, Rp89.746 juta dan Rpl.014 juta serta capital charge risiko nilai tukar masing-masing sebesar Rp20.290 juta, Rp907 juta, Rp26.212 juta dan Rpl.014 juta. Sedangkan total capital charge ketiga risiko tersebut masing-masing sebesar Rp82.242 juta, Rp82.008 juta, Rp122.584 juts dan Rp11.291 juta.
Dampak capital charge market risk terhadap penurunan CAR Bank A, Bank B, Bank C dan Bank D masing-masing sebesar 0,10%, 0,88%, 3,70% dan 0,07%. Setelah memperhitungkan capital charge market risk tersebut diketahui bahwa Bank A, Bank B, dan Bank C tetap memiliki CAR di atas 8% sehingga tidak melanggar ketentuan Bank Indonesia. Khusus untuk Bank D sebelum di exercise telah memiliki CAR dibawah 8%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan market risk dalam perhitungan CAR bank belum mengkhawatirkan, karena sesuai dengan kegiatan usaha dan jenis transaksi bank-bank di Indonesia capital charge market risk terbukti belum berdampak siginifikan menurunkan CAR bank, khususnya pada 4 bank yang diteliti."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Pujihastuti
"Pasar Modal Indonesia merupakan sarana peting dalam menghimpun dana masyarakat untuk membiayai pembangunan. Dalam rangka inilah keberadaannya perlu ditumbuhkembangkan sehingga tetap menarik bagi dunia usaha, pemodal dan pelaku-pelaku pasar modal lainnya. Sampai dengan awal 1995 telah dilaksanakan berbagai upaya perbaikan oleh pihak-pihak terkait, antara lain dibentuknya PT Kliring Deposit Efek Indonesia oleh PT Bursa Efek Jakarta, sedangkan pemerintah melalui Bapepam telah membentuk wadah yaitu Public Information Service Office dan PT Pemeringkat Efek Indonesia. Dengan berjalannya wadah tersebut di atas diharapkan bahwa pasar modal akan berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karenanya, informasi yang tersedia semakin transparan sehingga para pelaku pasar modal lebih realistis dalam bertindak, investor dalam aktivitasnya di pasar modal tidak hanya sekedar berdasarkan name recognition emiten tetapi diharapkan lebih memperhatikan kinerja emiten.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh premi kegagalan dalam membayar hutang dan bunga, premi jangka waktu serta deviden yield terhadap tingkat perolehan saham dan obligasi. Untuk itu diperlukan beberapa portofolio yang menggambarkan adanya perbedaan kualitas di antara surat berharga tersebut. Analisis dilakukan berdasar data laporan keuangan perusahaan go-publik untuk tahun 1991, 1992 dan 1993. Data lain meliputi Indeks Harga Saham Individu, Indeks Harga Obligasi, deviden saham dan kupon obligasi serta tingkat perolehan Sertitikat Bank Indonesia. Data ini diperoleh dari laporan keuangan tahunan emiten, DKR BEJ, Laporan Bank Indonesia, Harian Surat Kabar, Prospektus serta dari majalah dan lembaga terkait lainnya.
Untuk mencapai tujuan, dilakukan beberapa tahap penelitian berikut. Tahap pertama, dengan menggunakan analisis diskriminan bertahap (stepwise Multivariate Discriminant Analysis) didapat pemisahan kelompok saham dan obligasi masing-masing dengan kualitas (kinerja) yang lebih baik dan kurang baik berdasar beberapa rasio keuangan tertentu. Tahap kedua, digunakan model regresi linier berganda (uji F, t dan Durbin-Watson) untuk mengukur dan menginterpretasikan variasi tingkat perolehan yang diharapkan berdasar horison pengamatan mingguan dan bulanan.
Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pemisah kualitas saham dan obligasi ke dalam kelompok yang lebih baik dan kurang baik dapat dibenarkan secara statistik berdasar ratio current asset, return on asset dan return on net worth. Kesimpulan lain dapat dinyatakan bahwa variabel deviden yield, premi kegagalan dan premi jangka waktu secara bersamaan berpengaruh pada tingkat perolehan saham dan obligasi. Namun, pengaruh individu variabel babas terhadap variabel tergantung hanya tampak untuk variabel premi kegagalan dan deviden yield, tidak demikian halnya untuk variabel premi jangka waktu. Kecenderungan lain menunjukkan bahwa tingkat perolehan obligasi sesuai dengan konsep teori yang ada sedangkan tingkat perolehan saham tidak sesuai dengan konsep teori.
Temuan penelitian secara keseluruhan menunjukkan adanya perbedaan kualitas di antara saham dan obligasi di Pasar Modal Indonesia. Namun penelitian lebih lanjut dalam rangka menentukan peringkat efek, diharapkan untuk menggunakan variabel pembeda yang lebih banyak dan lebih tajam sehingga hasil yang diperoleh lebih teliti."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Yuhita S. Atmaja
"ABSTRAK
Kelembagaan dan pengoperasian Pasar Modal sebenarnya telah dimulai sejak 1878, yakni dengan adanya Dunlop & Kolff yang melakukan usaha sebagai Commodity and Securities Broker, suatu lembaga perdagangan perantara di bidang komoditi dan sekuritas. Sedangkan Pasar Modalnya sendiri baru dibuka tahun 1912 dengan terbentuknya bursa-bursa di Semarang, Surabaya dan Jakarta.
Pengaturan tentang perdagangan saham diatur dalam Wetboek van Koophandell (WvK) yang sekarang disebut Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan terdiri dari pasal, yang menjelaskan tentang:
a. pengertian istilah bursa dagang sebagai tempat pertemuan para pedagang, makelar (brokers), dan pelaku lainnya dalam melakukan transaksi dagang;
b. tentang cara menetapkan "koers" wesel, saham-saham, obligasi atau surat berharga lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri;
c. tentang pemberian wewenang kepada Menteri Keuangan untuk mengatur jalannya bursa dan segala sesuatu yang menyangkut ketertibannya.
Selanjutnya dalam Burgerlijk Wetboek Indonesia, sekarang disebut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) hanya ditemukan satu pasal, yang mengatur di mana benda gadai yang merupakan efek-efek dapat diperdagangkan.
Walaupun begitu munculnya resesi dunia sebagai akibat Perang Dunia 1 telah menghambat perkembangan pasar modal yang baru tumbuh tersebut. Kemudian ketika Perang Dunia ke II berlangsung pasar modal tersebut terpaksa ditutup juga. Seusai Perang Dunia II, Indonesia masih mengalami revolusi fisik yang berlangsung sampai tahun 1949, sehingga pasar modal baru dapat diaktifkan kembali dengan UU Darurat No. 13 Tahun 1951 yang kemudian dirubah menjadi UU No. 15, tahun 1952 tentang Penetapan UU darurat tentang Bursa."
Lengkap +
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Urip Triyono
"Pada hakekatnya pokok permasalahan dalam tesis ini adalah sampai sejauh mana kebijaksanaan yang mengatur pembiayaan modal ventura dapat memberikan insentif bagi shareholders dan manajemen PMV, shareholders dan manajemen PPU serta kepentingan stakeholders pada saat divestasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kebijaksanaan, pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Teori yang melandasi pembahasan pokok permasalahan di atas, antara lain: fundamental transformations (Williamson, 1990: 123, 229), hubungan principals-agent (Williamson, 1985: 14), katagori kepentingan dan periode investasi (Hardjosoekarto, 1994: 23)), strategi pemilihan usaha dan Corporate Lifecycle (Adizes, 1988: 11-79), teori modal ventura, pengusaha kecil dan koperasi.
Kebijaksanaan yang melandasi pelaksanaan pembiayaan modal ventura adalah Keppres Nomor 61 Tahun 1988 (Pakdes 20/1988) dan SK Menteri Keuangan Nomor 1251/MK.013/1988 dan Nomor 227/MK.013/ 1994.
Dikeluarkannya kebijaksanaan ini, di satu pihak diharapkan dapat menawarkan insentif dalam menggerakkan dana masyarakat, di lain pihak diharapkan dapat menyediakan alternatif pembiayaan yang mendorong terwudnya kemitraan usaha atas dasar saling membutuhkan dan saling menguntungkan antara pengusaha kecil, koperasi, pengusaha menengah dan pengusaha besar.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif, sumber data diperoleh dari 12 unit PMV dan 20 unit PPU dan teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, ternyata pelaksanaan modal ventura belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan kebijaksanaan yang telah dikeluarkan selama ini, belum sepenuhnya memberikan insentif dan dalam operasionalisasinya belum didukung dengan data dasar (database) posisi usaha.
Kesimpulan dari tesis ini adalah pembiayaan melalui kredit perbankan (mekanisme pasar) bukan satu-satunya mekanisme koordinasi yang paling efisien dalam memecahkan masalah permodalan, khususnya bagi pengusaha kecil dan koperasi. Oleh karena itu keberadaan modal ventura merupakan salah satu alternatif pembiayaan usaha (mekanisme organisasi) yang lebih efisien. Keberhasilan modal ventura ditentukan oleh transaksi antara PMV dan PPU, database, dan kebijaksanaan yang mendukungnya.
Mengingat pembiyaan Modal ventura bersifat high risk, maka untuk pengelolaannya harus memperhatikan azas prioritas, selektivitas, fleksibilitas dan efisiensi. Khusus untuk Pengusaha Kecil dan Koperasi, pelaksanaannya agar disesuaikan dengan pasar yang dapat menawarkan insentif tersendiri."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udjian Wahjusuprapto
"Pengaktifan kembali pasar modal di Indonesia dilakukan dengan deregulasi. Di tengah masyarakat yang umumnya masih awam terhadap saham, masalah yang segera muncul adalah seberapa jauh pasar modal Indonesia mampu melakukan koreksi terhadap harga perdana saham yang ditetapkan terlalu tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Koreksi pasar adalah perubahan harga perdana sampai mencapai harga ekuilibrium, yang hanya dapat memberikan imbalan normal. Maka konsep-konsep yang relevan adalah efisiensi pasar dan nilai intrinsik saham. Berdasarkan hasil penelitian terhadap emisi-emisi pertama di pasar modal Amerika Serikat oleh Ibbotson [1975] dan Ritter [1984], koreksi pasar berlangsung dalam waktu kurang dari satu bulan dan berakhir setelah pemodal tidak lagi memperoleh imbalan abnormal. Latar belakangnya adalah kesengajaan emiten dan penjamin emisi melakukan under pricing.
Di pasar modal Indonesia gejala koreksi harga perdana tidak dapat dilihat pada perkembangan imbalan abnormal, karena tidak adanya indeks pasar untuk mengukur imbalan normal. Dalam penelitian ini gejala koreksi pasar terhadap harga perdana akan dilihat pada perkembangan imbalan saham perdana, yaitu imbalan bagi pemodal yang membeli saham di pasar perdana dan menjualnya lagi di pasar sekunder dengan premi saham perdana terhadap peluang-peluang investasi yang tersedia bagi pemodal yaitu saham-saham pendahuluan valuta asing, logam mulia dan deposito berjangka.
Hasil analisis data terhadap 50 saham perdana di Bursa Efek Jakarta mulai Juni 1989 sampai Agustus 1990 menunjukkan bahwa semakin lama saham baru dimiliki pemodal semakin berkurang rata-rata imbalan dan premi saham perdana yang dapat diharapkan pemodal. Namun penurunan rata-rata imbalan dan premi saham perdana itu tidak dapat ditafsirkan sebagai gejala koreksi pasar, karena di samping tidak menimbulkan perbedaan rata-rata yang signifikan, besarnya imbalan saham perdana ternyata tidak berkaitan dengan informasi yang relevan seperti bidang usaha emiten, agio saham dan peningkatan modal saham sebelum emisi, tetapi hanya berkaitan dengan tingkat kegiatan pasar yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama jangka waktu pemilikan (holding period) saham perdana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat pemodal masih sangat awam terhadap saham. Diharapkan peran para pengamat, penulis, komentator, dan para pembentuk opini publik lainnya untuk ikut membina pemahaman masyarakat. Dengan deregulasi pasar modal, bentuk perlindungan terhadap pemodal yang didambakan adalah efisiensi pasar. Dan untuk mencapai efisiensi pasar modal salah satu syarat utamanya adalah kemampuan masyarakat pemodal mencernakan informasi relevan yang tersedia bagi mereka."
Lengkap +
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>