Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Naila Elvarra Octiasti
"Tanaman ganja atau cannabis sativa merupakan tanaman liar yang seluruh bagiannya memiliki kandungan psikoaktif, yaitu delta 9 tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD). Tanaman ganja dapat digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit tertentu, salah satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy merupakan gangguan pada fungsi otak. Isu penggunaan ganja sebagai pengobatan untuk penyakit tertentu kembali terangkat di Indonesia ketika seorang ibu melakukan aksinya yang menyerukan ia membutuhkan tanaman ganja untuk pengobatan anaknya yang mengalami cerebral palsy. Berangkat dari hal tersebut timbul beberapa rumusan masalah antara lain: (1) Pengaturan penyandang disabilitas terkait penyakit cerebral palsy; (2) Pengaturan ganja di Indonesia untuk keperluan medis; dan (3) Analisis putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 106/PUU-XVIII/2020. Bentuk penelitian berupa yuridis-normatif, tipe penelitian deskriptif, pendekatan kualitatif, dan bahan hukum primer, sekunder, serta tersier. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan wawancara. Pemanfaatan tanaman ganja untuk pengobatan cerebral palsy dengan kejang tidak dapat digunakan di Indonesia karena selain penggunaannya dilarang oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Indonesia juga belum memiliki penelitian terhadap pemanfaatan tanaman ganja dalam bidang. Dampak adanya putusan tersebut antara lain adalah adanya kepastian hukum, tertutupnya peluang pengujian kembali, pemerintah harus segera melakukan penelitian ganja medis, serta penentuan kebijakan ada di Dewan Perwakilan Rakyat.
Cannabis plant or cannabis sativa is a wild plant that contains of psychoactive component: delta 9 tetrahydrocannabinol (THC) and cannabidiol (CBD). Based on literature, it is stated that cannabis plant can be used as a treatment for a certain diseases, one of which is cerebral palsy. Cerebral palsy is a neurological disorder caused by a brain injury. The issue of the use of cannabis as a therapy treatment for certain disease was again raised in Indonesia when a mother took action on behalf of her daughter who has cerebral palsy and needs cannabis plants for the treatment. Departing from this, several questions arise, including: (1) Regulations for person with disabilities related to cerebral palsy; (2) Regulations of cannabis in Indonesia in the medical field; (3) Analysis Decisions of the Constitutional Court Number 106/PUU-XVIII/2020. The research was using juridical-normative methods, descriptive research types, qualitative approaches, and primary, secondary, and tertiary legal materials. The data collection tools used were literature studies and interviews. The use of the cannabis plant for therapy treatment of cerebral palsy with seizures cannot be used in Indonesia, apart from being prohibited by Law of the Republic of Indonesia Number 35 of 2009, Indonesia also does not have research on the use of cannabis plants in the medical field. The impact of this decision includes the existence of legal certainty, closing the opportunity for re-testing, the government must immediately conduct research on medical cannabis, and policies in the House of Representatives."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Widi Asmoro
"Ganja merupakan tanaman psikoaktif yang mengandung 500 komponen kanabinoid dan dua diantaranya telah sering menjadi subjek penelitian ilmiah, yaitu tetrahydrocannabinol (THC) and cannabidiol (CBD). Bukti yang cukup kuat dari pemanfaatan CBD ditemukan pada 3 (tiga) gangguan kesehatan berikut, yakni gejala psikotik, nyeri kronis, dan kejang yang sering pada epilepsi dravet sindrome. Perlu adanya pengaturan yang baik terhadap pemanfaatan ganja untuk pelayanan kesehatan agar tidak memberikan ancaman bagi ketahanan nasional bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk 1) memberikan gambaran kebijakan pemanfaatan ganja untuk pelayanan kesehatan di sejumlah negara, seperti Korea Selatan dan Australia; 2) mendeskripsikan kondisi pemanfaatan ganja yang ada di Indonesia; serta 3) menganalisis serta memberikan rekomendasi kebijakan pemanfaatan ganja untuk pelayanan kesehatan di Indonesia yang tetap menjaga ketahanan nasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan dan menganalisis kebijakan pemanfaatan ganja untuk pelayanan kesehatan di beberapa negara, termasuk kebijakan di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah Korea Selatan dan Australia mengatur pemanfaatan ganja untuk pelayanan kesehatan dengan sangat ketat serta tetap melarang penggunaan ganja untuk tujuan rekreasional. Potensi tanaman ganja di Indonesia sangat besar, namun penyalahgunaan dan peredaran gelap ganja di Indonesia juga masih tinggi. Beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin meregulasi pemanfaatan ganja untuk pelayanan kesehatan agar ketahanan nasional di bidang kesehatan tetap terjaga adalah pengawasan, keamanan, serta kemandirian obat. Saran dari penelitian ini adalah apabila akan memanfaatkan potensi dari tanaman ganja tersebut diperlukan penelitian yang dilakukan oleh instansi terkait. Program alternative development perlu ditingkatkan secara berkesinambungan hingga berhasil bersamaan dengan upaya pemberantasan ladang ganja.
Cannabis is a psychoactive plant that contains 500 cannabinoid components and two of them have often been the subject of scientific research, namely tetrahydrocannabinol (THC) and cannabidiol (CBD). Sufficiently strong evidence of CBD was found related to health disorders such as psychotic symptoms, chronic pain, and frequent seizures in epilepsy dravet syndrome. Strong and good regulation were needed related to cannabis utilization for health services. Thus eliminate its threat to the national security of the Indonesian nation. This study aims to 1) provide an overview of cannabis utilization policies for health services in some countries, such as South Korea and Australia; 2) describe the conditions of cannabis use in Indonesia; and 3) analyze and provide policy recommendations for cannabis utilization for health services in Indonesia that still maintain national resilience. Qualitative approach used to describe and analyze policies on cannabis utilization for health services in several countries, including policies in Indonesia. This study revealed found that South Korea and Australia regulate the use of cannabis for health services very strictly and still prohibit the use of cannabis for recreational purposes. The potential of cannabis plants in Indonesia was very high. At the same time, the abuse and illicit trafficking of cannabis in Indonesia also still high. Several things must be considered in order to regulate cannabis utilization for health services so that national security in health sector still supervisioned, safe, and build resilience in pharma. If Indonesia desire to take advantage from cannabis plant and its potential, researchs needed to be conducted by the relevant agencies. Alternative development programs also need to be improved continuously along with efforts to eradicate cannabis fields."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library