Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abi Sofyan Ghifari
"Kanker serviks berada di peringkat ketiga sebagai kanker yang paling banyak menyebabkan kematian wanita di seluruh dunia dan menempati peringkat pertama di negara berkembang. Kanker ini disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV) yang memiliki onkoprotein E6 dan E7 yang mempengaruhi regulasi epigenetik termasuk overekspresi gen histone deacetylase (HDAC) yang menyebabkan karsinogenesis serviks. Sehingga HDAC menjadi target inhibisi yang potensial untuk terapi kanker serviks.
Pada penelitian ini, suatu seri terbaru senyawa turunan 4-[(2-okso-1,3-thiazolidin-3-yl)karbonil]anilin dirancang sebagai inhibitor HDAC (HDACI) terbaru berdasarkan pendekatan de novo. Aktivitas inhibisi dari ligan rancangan ini terhadap HDAC kelas II Homo sapiens ditentukan melalui simulasi molecular docking. Analisis docking menghasilkan delapan ligan terbaik (F, Ib14, O38, Kb17, Gd40, Aa50, Gc42, dan Bb38) yang memiliki afinitas pengikatan lebih baik dibandingkan standar. Kemudian analisis interaksi mengindikasikan bahwa seluruh ligan terbaik membentuk koordinasi dengan kofaktor zinc pada charge-relay system HDAC, juga ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik yang penting pada aktivitas inhibisi dari inhibitor HDAC.
Analisis QSAR (quantitative structure-activity relationship) dari senyawa ini, termasuk karakter farmakologi, bioaktivitas, mutagenisitas-karsinogenisitas, dan karakter ADMET (absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, dan toksisitas) dilakukan secara in silico. Melalui analisis ini, kedelapan ligan terbaik memenuhi Lipinski’s rule of five, memiliki drug score yang lebih baik dibanding standar, dan juga menunjukkan bioaktivitas, bioavailabilitas oral, dan karakter ADMET yang baik. Seluruh ligan terbaik juga mudah disintesis serta terbukti sebagai senyawa baru yang belum pernah disintesis sebelumnya. Kestabilan kompleks HDAC-ligan pada pengaruh pelarut dikalkulasi melalui simulasi molecular dynamics (MD).
Berdasarkan simulasi ini, ligan terbaik yang membentuk kompleks dengan HDAC memiliki stabilitas yang baik berdasarkan RMSD (root mean square deviation) dan analisis interaksi. Ligan terbaik ini dapat disintesis untuk pengujian klinis lebih lanjut. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan inhibitor HDAC yang lebih potensial sebagai obat terbaru untuk terapi kanker serviks.

Cervical cancer ranks third as the most common deadly cancer in women worldwide and ranks first in developing countries. It is caused by human papillomavirus (HPV) infection which has E6 and E7 oncoproteins that induce epigenetic regulation including overexpression of histone deacetylases (HDACs) gene leading to cervical carcinogenesis. Thus HDACs becomes potential inhibition target for cervical cancer treatment.
In this study, a novel series of 4-[(2-oxo-1,3-thiazolidin-3-yl)carbonyl]aniline derivatives were designed as novel HDAC inhibitors (HDACIs) based on de novo approach. The inhibitory activity of these new designed ligands against Homo sapiens class II HDAC was determined by molecular docking simulation. Docking analysis has yielded eight best ligands (F, Ib14, O38, Kb17, Gd40, Aa50, Gc42, and Bb38) which have better binding affinity than the standards. Therefore, interaction analysis indicated that all best ligands were formed coordination with zinc cofactor in HDAC charge-relay system, also hydrogen bond and hydrophobic interaction which are essential for the HDAC inhibitory activities of these inhibitors.
QSAR (quantitative structure-activity relationship) analysis of these compounds including pharmacology properties, bioactivity, mutagenicity-carcinogenicity, and ADMET (absorption, distribution, metabolism, excretion, and toxicity) properties were done in silico. Through this analysis, all eight best ligands meet Lipinski’s rule of five, have a better drug score than standards, and shows good bioactivity, oral bioavailability and ADMET properties. All best ligands also have a good synthetic accessibility and were proved to be new compounds that never been synthesized before. Stability of HDAC-ligand complexes in the presence of solvent were also calculated through molecular dynamics (MD) simulation.
Based on this simulation, all best ligands complex with corresponding HDAC have a good stability based on RMSD (root mean square deviation) and interaction analysis. The best ligands can be synthesized for further clinical testing. This study is expected to produce more potent HDAC inhibitors as novel drugs for cervical cancer treatment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Iswati Raharjani
"ABSTRAK
Latar belakang: Distribusi histologis kanker paru berbeda antara laki-laki dan perempuan. Perempuan perokok lebih sering terkena adenokarsinoma sedangkan laki-laki perokok lebih sering terkena karsinoma sel skuamosa. Insidens kanker paru perempuan di Asia Timur dinyatakan 2-3 kali lebih banyak dibandingkan perempuan negara barat dan sekitar 70% bukan perokok. Tujuan: Mengetahui angka tahan hidup pasien kanker paru pada perempuan, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan hidupnya. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode cohort retrospektif dari rekam medis pasien kanker paru yang dirawat dan meninggal di RS Persahabatan dalam kurun waktu Januari 2008-Desember 2012. Hasil: Subjek dalam penelitian ini diperoleh 83 orang dengan rata-rata usia 53 tahun, pendidikan SLTA 49,4%, 86,7% bukan perokok, 71,1% belum pernah pengobatan tuberkulosis, keluhan utama terbanyak nyeri dada 28,9%, dan 57,8% tampilan pasien baik (PS≤2). Karakteristik tumor 81,9% adenokarsinoma, 100% stage IV, 71,1% metastasis di pleura dan masalah pasien terbanyak efusi pleura ganas 42,2%. Lima puluh tiga persen pasien tidak mendapatkan terapi tumor. Masa tengah tahan hidup pasien kanker paru perempuan 42 hari, dan angka tahan hidup (ATH) 1 bulan 59%, 6 bulan 18,1%, 1 tahun 6%, 2 tahun 1,2%. Faktor yang dianggap mempengaruhi ketahanan hidup pasien kanker paru perempuan adalah tampilan pasien dan pemberian terapi. Kesimpulan: Angka tahan hidup pasien kanker perempuan di RS Persahabatan lebih rendah daripada penelitian lain, hal ini dikarenakan semua subjek merupakan stage IV dan sebagian tampilannya buruk. Faktor tampilan yang bagus dan pemberian terapi dianggap meningkatkan ketahanan hidup pasien kanker paru perempuan.

ABSTRACT
Introduction:Histological distribution of lung cancer is different between man and woman. Women smokers are more often exposed to adenocarsinoma, but men smokers are more often get squamous cell carsinoma. Incidence of lung cancer in East Asian women expressed 2-3 times more than the western countries and about 70% are non-smokers. Objective: To know the survival rate of lung cancer in women, the characteristics factors that’s influence the survival. Method: The study was conducted using a retrospective cohort of medical records of patients treated for lung cancer and died at RSUP Persahabatan during the period January 2008-December 2012. Results: Subjects in this study were obtained 83 men with an average age of 53 years, 49.4% high school education, 86.7% non-smokers, 71.1% had never been the treatment of tuberculosis, most major complaint of chest pain 28.9%, and 57 , 8% of patients look good (PS ≤ 2). Tumor characteristics adenocarcinoma 81.9%, 100% stage IV, 71.1% and pleural metastasis in most patients the problem 42.2% of malignant pleural effusions. Fifty-three percent of patients did not receive tumor therapy. Median survival of lung cancer in women 42 days, and the survival rate (SR) of 1 month 59%, 6 months 18.1%, 1-year 6%, 2 years 1.2%. Factors considered to affect the survival of lung cancer in this study are performance status and therapy. Conclusion: Therapy in patients with lung cancer can improve survival of lung cancer in women even though had advanced stage, especially if it has a good performance status."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Addina
"Latar Belakang: Sejalan dengan kemajuan terapi agresif kanker, angka kesintasan hidup pasien kanker juga meningkat. Namun, peningkatan kesintasan hidup ini tidak berjalan paralel dengan peningkatan kualitas hidup, khususnya fungsi reproduksi. Sebanyak 68 survivor kanker usia reproduksi pasca kemoterapi atau radiasi menderita amenorrhea, pengurangan cadangan ovarium dan kegagalan ovarium dini. Namun, apakah fungsi reproduksi pasien kanker usia reproduksi sebelum mendapat terapi memang sudah menurun, masih terus diperdebatkan. Saat ini, salah satu untuk menilai fungsi reproduksi adalah dengan mengukur cadangan ovarium. Sedangkan, parameter terbaik untuk mengukur cadangan ovarium adalah dengan pengukuran kadar serum Anti Mullerian Hormone AMH . Selain mendapatkan prediksi cadangan ovarium, kadar AMH juga dapat digunakan untuk mengetahui usia biologis seseorang, dimana fungsi reproduksi lebih dipengaruhi oleh usia biologis. Tujuan: Mengetahui cadangan ovarium pasien kanker usia reproduksi sebelum mendapat terapi Metode: Penelitian potong lintang, dilakukan di tiga tempat, Poliklinik Ginekologi, Poliklinik Hematologi Onkologi - Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo, dan Poliklinik Ginekologi dan Unit Rawat Inap RS Kanker Dharmais, pada bulan Juni 2015 hingga Desember 2017. Sebanyak 88 subyek penelitian, terdiri dari 44 pasien kanker usia reproduksi sebelum mendapat terapi dan 44 pasien non-kanker berhasil direkruit pada penelitian ini. Pada subyek penelitian dilakukan pengambilan serum darah dan kemudian diperiksakan kadar AMH-nya. Hasil: Dari 88 subyek penelitian yang berhasil dikumpulkan. Rerata usia pada kedua kelompok didapatkan sama, yaitu 28 tahun. Kadar AMH kelompok kanker sebelum mendapat terapi didapatkan lebih rendah dibanding kelompok non kanker, yaitu 1.11 0.08-4.65 ng/ml vs 3.99 1.19-8.7 ; p: Background:.

In line with advance cancer therapy, survival rate of cancer patients is also increase. Unfortunately, this condition doesn rsquo;t run parallel with increase quality of life, especially reproductive function. Sixty-six per cent cancer survivors in reproductive age suffered from amenorrhea, premature ovarian failure and decreased ovarian reserved, after cancer therapy. But, does ovarian reserve in cancer patient already decreased before treatment, still being debated. Nowadays, the best parameter to measure ovarian reserve is by measuring serum Anti Mullerian Hormone AMH . Therefore, we can also predict biological age, that is more crucial to assess reproductive function. Objective:To study whether AMH level in cancer patient in reproductive age is already decreased before cancer therapy.Method:This cross-sectional study was conducted in Gynecology Policlinic, Hematology-Oncology Policlinik Departement of Internal Medicine Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais Hospital, from June 2015 to December 2017. We enrolled 88 subjects, consist of 44 cancer patients in reproductive age before cancer treatment and 44 non-cancer patients. Blood serum was collected and level of AMH was measured.Results:The median age in both groups were 28 years. AMH level in the cancer group patients before cancer treatment were found significantly lower than the non-cancer group, 1.11 0.08-4.65 ng / ml vs 3.99 1.19- 8.7 ; p: "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghefira Tahani Mastura Wiweko
"Latar Belakang
Pemeriksaan mamografi dan interpretasinya merupakan bagian dari kompetensi dokter spesialis radiologi umum. Keterbatasan jumlah tenaga kerja kesehatan, beban kerja tinggi, dan kondisi lingkungan yang tidak memadai dapat memengaruhi hasil interpretasi mamogram. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian diagnosis antara dokter spesialis radiologi Divisi Radiologi PRP dengan Non-Divisi Radiologi PRP.
Metode
Penelitian ini dilakukan retrospektif menggunakan data sekunder dari PACS di IPRKN Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2021. Data yang diambil ialah nomor rekam medis, usia, densitas, dan kategori Bi-RAD pada payudara kanan serta kiri berdasarkan mamogram. Data disajikan untuk melihat perbedaan diagnosis berdasarkan analisis expertise dokter spesialis radiologis Divisi Radiologi PRP dengan expertise dokter spesialis radiologis Non-Divisi Radiologi PRP.
Hasil
Dari 299 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi, diperoleh perbedaan bermakna antara hasil diagnosis radiologis payudara kanan dan kiri oleh dokter spesialis radiologi Non-Divisi Radiologi PRP dan Divisi Radiologi PRP (p = 0,001), dan tidak ditemukan hubungan bermakna berdasarkan usia (p = 0,600) dan densitas payudara (p = 0,378) pada diagnosis radiologi antara kedua divisi.
Kesimpulan
Tidak diperoleh kesesuaian antara diagnosis mamogram di payudara kanan dan kiri pada dokter spesialis radiologi Divisi Radiologi PRP serta Non-Divisi Radiologi PRP. Lalu, tidak didapatkan kesesuaian berdasarkan usia dan densitas payudara pada kedua diagnosis mamogram tersebut. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut menggunakan baku emas histopatologis untuk menilai variabel yang memengaruhi kesesuaian diagnosis mamogram pada kelompok Divisi Radiologi PRP dan Non-Divisi Radiologi PRP.

Introduction
Screening and diagnostic mammograms are a part of both the competency of general radiologists in the non-breast and women’s reproductive division as well as breast radiologists in the breast and women’s reproductive division. However, due to the limited number of healthcare workers, workload, and inadequate environmental conditions, these factors can affect the interpretation of mamograms.
Method
This study is conducted retrospectively by reviewing secondary data from patient’s PACS at IPRKN Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) in 2021. The data collected includes medical record numbers, patient’s age, breast density, and Bi-RAD categories for both right and left breast mammograms. The data were presented to observe the difference in analysis of the expertise of both general radiologists in non-breast and women’s reproductive division and as breast radiologists in the breast and women’s reproductive division.
Results
Out of the 299 subjects who met the inclusion criteria, a significant difference was found between the diagnostic interpretation for both the right and left breast by general radiologists in non-breast and women’s reproductive division and the breast radiologists in the breast and women’s reproductive division (p = 0.001). There was no significant association between the age (p = 0,600) and breast density (p = 0,378) in the radiological diagnosis between the two divisions.
Conclusion
There was no concordance found between mammograms diagnoses for both the right and left breast between general radiologists from the non-breast and women’s reproductive division and breast radiologists from the breast and women’s reproductive division. Furthermore, there was no concordance between mammogram interpretation based on age and breast density in both general and specialist radiologists. Further research using histopathological tests as the gold standard is needed to understand the factors that influence the concordance of mammogram diagnoses in both divisions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghefira Tahani Mastura Wiweko
"Latar Belakang
Pemeriksaan mamografi dan interpretasinya merupakan bagian dari kompetensi dokter spesialis radiologi umum. Keterbatasan jumlah tenaga kerja kesehatan, beban kerja tinggi, dan kondisi lingkungan yang tidak memadai dapat memengaruhi hasil interpretasi mamogram. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian diagnosis antara dokter spesialis radiologi Divisi Radiologi PRP dengan Non-Divisi Radiologi PRP.
Metode
Penelitian ini dilakukan retrospektif menggunakan data sekunder dari PACS di IPRKN Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2021. Data yang diambil ialah nomor rekam medis, usia, densitas, dan kategori Bi-RAD pada payudara kanan serta kiri berdasarkan mamogram. Data disajikan untuk melihat perbedaan diagnosis berdasarkan analisis expertise dokter spesialis radiologis Divisi Radiologi PRP dengan expertise dokter spesialis radiologis Non-Divisi Radiologi PRP.
Hasil
Dari 299 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi, diperoleh perbedaan bermakna antara hasil diagnosis radiologis payudara kanan dan kiri oleh dokter spesialis radiologi Non-Divisi Radiologi PRP dan Divisi Radiologi PRP (p = 0,001), dan tidak ditemukan hubungan bermakna berdasarkan usia (p = 0,600) dan densitas payudara (p = 0,378) pada diagnosis radiologi antara kedua divisi.
Kesimpulan
Tidak diperoleh kesesuaian antara diagnosis mamogram di payudara kanan dan kiri pada dokter spesialis radiologi Divisi Radiologi PRP serta Non-Divisi Radiologi PRP. Lalu, tidak didapatkan kesesuaian berdasarkan usia dan densitas payudara pada kedua diagnosis mamogram tersebut. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut menggunakan baku emas histopatologis untuk menilai variabel yang memengaruhi kesesuaian diagnosis mamogram pada kelompok Divisi Radiologi PRP dan Non-Divisi Radiologi PRP.

Introduction
Screening and diagnostic mammograms are a part of both the competency of general radiologists in the non-breast and women’s reproductive division as well as breast radiologists in the breast and women’s reproductive division. However, due to the limited number of healthcare workers, workload, and inadequate environmental conditions, these factors can affect the interpretation of mamograms.
Method
This study is conducted retrospectively by reviewing secondary data from patient’s PACS at IPRKN Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) in 2021. The data collected includes medical record numbers, patient’s age, breast density, and Bi-RAD categories for both right and left breast mammograms. The data were presented to observe the difference in analysis of the expertise of both general radiologists in non-breast and women’s reproductive division and as breast radiologists in the breast and women’s reproductive division.
Results
Out of the 299 subjects who met the inclusion criteria, a significant difference was found between the diagnostic interpretation for both the right and left breast by general radiologists in non-breast and women’s reproductive division and the breast radiologists in the breast and women’s reproductive division (p = 0.001). There was no significant association between the age (p = 0,600) and breast density (p = 0,378) in the radiological diagnosis between the two divisions.
Conclusion
There was no concordance found between mammograms diagnoses for both the right and left breast between general radiologists from the non-breast and women’s reproductive division and breast radiologists from the breast and women’s reproductive division. Furthermore, there was no concordance between mammogram interpretation based on age and breast density in both general and specialist radiologists. Further research using histopathological tests as the gold standard is needed to understand the factors that influence the concordance of mammogram diagnoses in both divisions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library