Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fila Deviani Nur
Abstrak :
Kanker kolon merupakan salah satu jenis penyakit kanker, yang termasuk dalam 10 jenis penyakit kanker yang terbanyak di Indonesia. Besarnya angka kejadian penyakit ini, yang dilihat berdasarkan masuknya penyakit ini ke dalam 10 jenis penyakit kanker terbanyak di Indonesia, menunjukkan kecenderungan pengaruh dari transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia. Namun sejauh ini, belum diketahui faktor risiko apa sajakah yang berhubungan dan seberapa besar faktor-faktor risiko tersebut dalam hubungannya terhadap penyakit ini. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang kanker kolon pada penderita kanker kolon dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit tersebut di RSKD pada tahun 2003. Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol. Penelitian dilakukan pada penderita kanker kolon (kasus) dan penderita kanker lainnya (kontrol), yang merupakan pasien di RSKD. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 128 sampel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari s/d April 2003. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pola konsumsi daging merah, aktifitas olah raga, riwayat keluarga, usia, pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan dengan terjadinya penyakit kanker kolon. Model akhir yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa, probabilitas seseorang untuk mengalami penyakit kanker kolon dipengaruhi oleh faktor pola konsumsi daging merah, aktifitas olah raga, riwayat keluarga, tingkat pendidikan dan usia. Diketahui pula bahwa, faktor pola konsumsi daging merah memiliki kekuatan hubungan yang paling dominan dibandingkan faktor lainnya, terhadap terjadinya penyakit kanker kolon. Dimasa yang akan datang diperkirakan penyakit kanker, khususnya penyakit kanker kolon ini, merupakan penyakit yang mempunyai kontribusi potensial terhadap penurunan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu disarankan agar sejak dini, diterapkan secara lebih terprogram dan meluas, pengenalan faktor-faktor risiko penyakit kanker kolon, kemudian cara pencegahan dan pengurangan penderitaan bagi yang sudah mengidap penyakit tersebut di segala lapisan masyarakat. Daftar bacaan : 139 (1976 - 2002)
The Relationship of Red Meat Consumption Pattern, Exercise Activity and Family History with the Happen of Colon Cancer Disease, (Control Case Study at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta, 2003)Colon cancer is one of cancer diseases that categorized in 10 kinds of cancer diseases that the most available in Indonesia The number of happen to this disease, it was showed the tendency of influence in epidemiology transition that occur in Indonesia However, so far it unknown yet what the risk factor that influenced and how big the risk factor of that disease in Indonesian. The objective of this study is to determine the description of colon cancer to the sufferer and the factors that influence it in Dharmais Cancer Hospital, 2001 The design used in this study was control case. This study was applied to colon cancer sufferers (case) and other cancer sufferers (control) who are the patients of Dharmais Cancer Hospital on the period 1994 - 2003. The selection of research area is conducted by purposive sampling, while the sample is taken randomly, whereas the numbers of total sample are 128 samples (64 casus and 64 control). This study was conducted on February - April 2003. The result of this study showed that there was significant relationship between the factor of red meat consumption pattern, physic activity, family history, age, family income and education level and the happen of colon cancer disease. The recent model obtained of this study showed that the happen of colon cancer disease was influenced by red meat consumption pattern, exercise activity, education level and age. It was known that red meat consumption pattern factor has the highest relationship compared to other factors to the happen of colon cancer disease. In the future it is estimated that cancer disease, especially colon cancer disease has potential contribution to decrease the degree of community health. It is suggested age early to apply it by programmed and widely, introducing the risk factors on colon cancer disease. Then the ways to prevent it and reduce to whom already suffered the disease at all levels at the community. Reference: 139 (1976 - 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11200
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poppy Elvira Deviany
Abstrak :
Kanker serviks termasuk dalam tujuh kanker terbanyak yang terjadi di seluruh dunia, dan menempati urutan ketiga kanker terbanyak pada wanita. Insidens kanker serviks di negara-negara berkembang diperkirakan mencapai 100 kasus per 100 ribu penduduk. Perkiraan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks sebanyak 190 ribu kematian per tahun, dengan angka ketahanan hidup pada negara-negara wilayah Asia tenggara sebesar 48%. Penilaian angka ketahanan hidup umumnya digunakan untuk mengevaluasi pengaruh faktor prognosis terhadap ketahanan hidup penderita. Analisis statistik yang dapat digunakan untuk menghitung angka probabilitas ketahanan hidup adalah dengan metode Life table dan Kaplan Meier, dan untuk menilai pengaruh faktor prognosis terhadap risiko kematian penderita kanker serviks digunakan metode Regresi Cox. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stadium kanker terhadap angka ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks, dan penilaian pada variabel lain yaitu jenis histologi, derajat diferensiasi sel, umur saat didiagnosa, kadar Hb saat didiagnosa, status perkawinan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, kelompok etnik, dan status kelengkapan pengobatan, yang mempengaruhi hubungan antara stadium kanker dengan ketahanan hidup penderita. Penelitian merupakan studi kohort retrospektif menggunakan data sekunder dari catatan medik penderita kanker serviks yang didiagnosa di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta tahun 1996-1998. Penelitian melibatkan 218 penderita, dengan pengumpulan data melalui observasi catatan medik dan penelusuran melalui telepon. Hasil penelitian memperlihatkan secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 58%. Ada perbedaan yang bermakna secara statistik dengan p = 0,0026 pada ketahanan hidup 5 tahun penderita dengan stadium awal (IA - IIA) dan stadium lanjut (IIB - IVB). Angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 76,6% pada penderita stadium awal dan sebesar 49,7% pada stadium lanjut. Variabel jenis histologi tidak terbukti menimbulkan efek modifikasi pada hubungan antara stadium kanker dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks. Variabel jenis histologi, derajat diferensiasi sel, umur saat didiagnosa, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan, secara statistik menyebabkan pengaruh konfonding terhadap hubungan antara stadium kanker dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks. Risiko kematian sebelum memperhitungkan variabel konfonding adalah sebesar 2,705 kali (95% CI : 1,367-5,352) yang bermakna secara statistik, ditemukan pada perbandingan antara stadium lanjut dengan stadium awal. Tetapi, setelah memperhitungkan variabel jenis histologi, derajat diferensiasi sel, umur saat didiagnosa, kadar Hb saat diagnosa, dan tingkat pendidikan, risiko kematian menjadi tidak bermakna secara statistik namun masih menunjukkan hubungan yang moderat dengan HR 1,707 kali (95% CI : 0,713-4,084). Daftar bacaan : 57 (1982-2003)
Cervical cancer is included in the seventh major cancer that happened in the world, and the third major cancer in women. Cervical cancer incidence estimated in developing countries reached 100 cases per I00 thousands people. Estimated number of death caused by cervical cancer is 190 thousands each year, with 5 years survival rate in southeast region 48%. Estimation of survival rate is commonly used to evaluate the effect of prognostic factors on patient survival. Statistical analysis that could be used to estimate the survival probability is Life table and Kaplan Meier methods, and to estimate the effect of prognostic factors on the hazard ratio of cervical cancer patients Cox Regression analysis is used. The aim of this study is to find the effect of cancer stage on the 5-year survival rate of the cervical cancer patients, and evaluation of other variables namely histology type, cell differentiated, age at the time of diagnosis, hemoglobin level at the time of diagnosis, marital status, educational background, occupational status, ethnic group, and treatment completeness status, which affect the relationship between cancer stage and patient survival. This is a retrospective cohort study using secondary data from medical record of cervical cancer patients diagnosed at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta in 1996-1998. This study included 218 patients, involving data collection via observing medical record and telephoning. The result shows that the overall 5-year survival rate is 58%. There is statistically significant difference with p = 0,0026 on 5-year survival rate of patients in early stage (IA - ILA) and advance stage (IIB - IVB). Five-year survival rate is 76,6% among early stage patients and 49,7% among the advance stage, respectively. Histologic type is shown to have no modification effect on the relationship between cancer stage and 5-year survival of cervical cancer patients. Histologic type, cell differentiated, age at the time of diagnosis, educational background, and occupational status, are statistically caused confounding effect on the relationship between cancer stage and 5-year survival of cervical cancer patients. Unadjusted HR of 2,705 (95% CI : 1,367-5,352) which is statistically significant was found for advance stage compare to early stage. However, after adjusting for variables histologic type, cell differentiated, age at the time at diagnosis, hemoglobin level at the time at diagnosis, and educational background, the risk became not statistically significant but still shows a moderate association with HR 1,707 (95% CI : 0,713-4,084). References : 57 (1982-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13063
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbiah M.
Abstrak :
Di seluruh dunia Insidens kanker serviks menempati urutan ke 5, di negara maju menempati urutan ke 10, dan di negara berkembang pada urutan pertama. Angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks di Indonesia diperkirakan 100 penderita/100.000 peduduk/tahun dan insiden kanker serviks menempati urutan pertama 10 jenis kanker. Dari data RSMH Palembang ditemukan tahun 2002 dan tahun 2003 sebesar 286 kanker serviks. Pemeriksaan pap smear merupakan salah satu cara untuk mendeteksi kanker serviks secara dini, sehingga bila ditemukan pada stadium awal akan dapat membebaskan masyarakat dari penderitaan dan dapat menekan biaya pengobatan yang mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada Pegawai Negeri Sipil wanita di Politeknik Kesehatan Palembang dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah Pegawai Negeri Sipil wanita di enam jurusan Poltekes Palembang dengan sampel responden yang telah menikah lebih dari 2 tahun, berjumlah 89 reponden, data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat dengan uji statistik chi-square dan regresi logistik dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan 25,8% reponden mempunyai perilaku baik terhadap pemeriksaan pap smear. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan terdapat 58 orang (65,2%) memiliki pengetahuan tinggi dan dari jumlah tersebut mempunyai prilaku baik terhadap pemeriksaaan Pap smear terdapat 20 responden (34,5%). Hasil uji Fisher exact nilai p = 0,012 < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pemeriksaan pap smear, dengan OR 4,912. Distribusi responden berdasarkan motivasi menunjukkan ada 34 responden (38,2%) yang memiliki motivasi tinggi dan dari jumlah tersebut yang mempunyai perilaku baik terhadap pemeriksaan pap smear sejumlah 18 responden (52,9%). Hasil uji Chi Square didapat nilai p = 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan bermakna antara motivasi dengan prilaku pemeriksaan pap smear. Distribusi responden berdasarkan dukungan suami adalah sebanyak 48 responden (53,9%) yang memiliki dukungan suami yang cukup, secara statistik ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan perilaku pemeriksaan pap smear dengan nilai p = 0,000 < 0,05, OR 15,167. Variabel umur, tingkat pendidikan, keterjangkauan pelayanan, kemampuan membayar secara statistik tidak ada hubungan dengan perilaku pemeriksaan pap smear. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai hubungan yang dominan terhadap perilaku pemeriksaan pap smear adalah faktor dukungan suami dengan nilai p = 0,003. Disarankan untuk melaksanakan konseling kepada responden dan suami dengan dukungan dari Direktur PoItekes Palembang bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia cabang Sumatra Selatan. Daftar Pustaka : 38 (1985-2003)
Factors Related to Pap Smear Examination Behavior Among Women Civil Servants in Palembang Health Polytechnic Year 2004Among other cancers, the incidence of cervical cancer is ranked fifth in the world, tenth in developed countries, and first in developing countries. Morbidity rate of cervical cancer in Indonesia were predicted as of 100 patients per 100,000 per year. Palembang General Hospital data found 286 cases of cervical cancer in 2002 and 2003. Pap smear examination is a method to early detect cervical cancer therefore could help people from suffer and could reduce high cost of treatment. This study objective is to investigate factors related to Pap smear examination behavior among women civil servants in Palembang Health Polytechnic using cross sectional design. Population was all women civil servants in six departments of Palembang Health Polytechnic with sample of 89 women civil servants who had been married for more than 2 years. Data was collected through interview using questionnaire and was analyzed in univariate, bivariate (chi square test), and multivariate (logistic regression) methods with significance level of 0.05. The results show that 25.8% respondents had good behavior towards Pap smear examination. There were 58 subjects (65.2%) with high knowledge and among those, 20 subjects (34.5%) had good behavior. The Fisher exact test showed p=0.012 meaning significant relationship between knowledge and behavior with OR of 4.912. There were 34 subjects (38.2%) with high motivation and among those there were 18 subjects (52.9%) with good behavior. Chi square test showed p=0.000 meaning significant relationship. There were 48 subjects (53.9%) with adequate support from husband and statistically, there was significant relationship between husband support and behavior with p=0.000 and OR of 15.167. Multivariate analysis showed that the most dominant factor was husband support with p=0.003. Based on the result, it is recommended to conduct counseling targeted to all respondents and their husband with support from Director of Palembang Health Polytechnic in cooperation with Indonesia Cancer Foundation South Sumatera Branch. References: 38 (1985-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Anna Maria
Abstrak :
Sampai saat ini di Indonesia masiih jarang dilakukanpenelitian tentang ketahanan hidup penderita kanker serviks, bahkan di RSCM belum pernah dilakukan penelitian untuk itu Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui probabllitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks di RSCM. Desain penelitian ini adalah kohortretrospektif, sanapel sebanyak 213 penderita kanker serviks yang dirawat selama tahun 1990. Analisis life table dan Kaptan Meier dilaksanakan untuk menentukan probabilitas ketahanan hidup. Analisis multivariat regresi Cox dilaksanakan untuk menentukan besannya risiko meninggal seorang penderita kanker serviks, berdasarkan kecurigaan adanya pengaruh faktor lain secara bersama-sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks sebesar 30 % dan median ketahanan hidup 934 hari. Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun pada penderita dengan stadium I sebesar 48 %, stadium II 42 %, stadium III 19 % dan stadium IV 0 %. Dibanding dengan penderita stadium I, risiko meninggal untuk stadium II sebesar 1,20 kali (95 % CI = 0,57; 2,51), stadium III 2,08 kali (95 % CI = 1,03; 4,2), stadium IV sebesar 5,42 kali (95 % CI = 2,08; 14,12). Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita dengan pengobatan lengkap 35 % dan penderita dengan pengobatan tidak lengkap 6 %. Risiko meninggal penderita dengan pengobatan tidak lengkap sebesar 2,92 kali (95 % CI = 1,82; 4,71) dibanding penderita dengan pengobatan lengkap. Probabilitas ketahanan hidup penderita dengan kadar Hb ≥ 12 gr/dl sebesar 60 %, penderita dengan kadar Hb 11,0-11,9 gr/dl 21 % dan penderita dengan kadar Hb < 11,0 gr/dl 7 % Dibanding dengan penderita kadar Hb ≥12 gr/dl, risiko meninggal pada penderita dengan kadar Hb < 11,0 gr/dl sebesar 3,84 kali (95 % CI = 1,56; 5,17) dan pada penderita dengan kadar Hb 11,0-11,9 gr/dl 1,89 kali (95 % CI = 1,04; 3,41). Probabilitas ketahanan hidup penderita dengan ukuran lesi s 2 cm sebesar 63 %, lesi 3 cm 28 %, lesi 4 cm 30 % daa lesi > 4 cm 6 %. Dibanding dengan penderita dengan ukuran lesi≤ 2 cm, nilai risiko meninggal pada penderita dengan ukuran lesi 3 cm sebesar 0,69 kali, penderita dengan ukuran lesi 4 cm 0,99 kali dan penderita dengan ukuran lesi > 4 cm 3,83 kali. Probabilitas ketahanan hidup penderita yang tidak berpendidikan 42 %, penderita dengan pendidikan 1-6 tahun 23 % dan penderita dengan pendidlan > 6 tahun 34 % Risiko meninggal penderita yang tidak berpendidikan 0,39 kali (95 % CI = 0,21; 0,70) dibanding dengan penderita brpendidikan > 6 tahun, dan risiko meninggal penderita yang berpendidikan 1-6 tahun 0,83 kali (95 % C1= 0,51; 1,34). Tidak ditemukan adanya hubungan antara umur dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita kankerserviks.
The aim of this study is to find the probability of 5 year survival rate on cervix cancer patients in RSCM. Design of this study is retrospective cohort with samples consist of 213 cervix cancer patients who have been treated in 1990. life table and Kaptan Meier analysis were used to determine of probability of survival. Multivariate Cox regression analysis was done to determine the risk of health of cervix cancer patio. The result shows that 5 year survival rate on cervix cancer patient is 30 % and the median survival is 934 days. The 5 year survival rate on stage I am 48 %, stage II 42 %, stage III 19 % and stage IV 0 %. Using stage I as a baseline comparison, the risk ratio of death for stage If is 1,20 (95 % Cl = 0,57; 2,51), stage III is 2,08 (95 % CI = 1,03; 4,2), stage IV is 5,42 (95 % Cl =1,08; 14,12). The 5 year survival rate on patients with complete therapy is 35 % and incomplete therapy is 6 %. The risk of death on patients with incomplete therapy is 2,92 times (95 % CI = 1,82; 4,71) compared with complete therapy. The probability of 5 year survival rate with Rib value12 gr/dl is 60 %, 11,0-11,9 gr/dl is 21 % and < 11,0 gr/dl is 796. Compare with Hb value ≥ 12 gr/dl the risk of death on patient with Hb value < 11,0 gr/dl 3,84 times (95 % Cl 1,56; 5,17) and on patient with Hb value 11,0-11,9 gr/dl is 1,89 tits (95 % Cl = 1,04; 3,41). The probability of 5 year survival rata with tumor sizes 2 cm is 63 %, 3 cm is 28 % 4 cm is 30 % and tumor > 4 cm is 6 %. Risk of death on patients with tumor size 3 cm is 0,69 times compared with tumor size s 2 cm, tumor size 4 cm is 0,99 times and > 4 cm is 3,83 titres. The probability of 5 year survival rate with no education is 42 96, 1-6 year's education 23 96 and > 6 year's education 34 %. The risk of death with no education 0,39 times (95 % CI = 0,21; 0,70) compared with > 6 year's education, and risk of death with 1-6 year's education 0,83 times (95 % CI = 0,51; 1,34). There is no correlation between ages and 5 year survival rate on cervix cancer patients.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Syafriyetti Soeis
Abstrak :
ABSTRAK
Karsinoma serviks uteri merupakan keganasan ginekologik yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (5,12,16) Dari tahun 1978-1982 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan kanker ginekologik sebanyak 3874 dan 73 96 diantaranya ialah kanker serviks uteri.

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk penemuan secara dini karsinoma serviks uteri ini yang pada umumnya meliputi pemeriksaan kolposkopik dan sitologi. (2,17) Lebih dari 50% dari seluruh penderita datang pada stadium lanjut. Untuk pengobatan dari karsinoma ini tergantung pada stadium tumor saat penderita datang berobat antara lain meliputi bedah, radiasi dan khemoterapi. (11)

Untuk menilai perluasan proses maupun untuk persiapan pengobatan diperlukan pemeriksaan laboratorium, foto thoraks, pielografi intra vena ( PIV ), sistoskopi dan sigmoidoskopi.

Cara pengobatan ditentukan oleh stadium penyakit dimana pada stadium I dan stadium 1I awal bisa diobati dengan salah satu terapi radiasi atau histerektomi radikal. Untuk tumor dengan stadium yang lebih lanjut, terapi radiasi merupakan pilihan utama.

Dengan pemeriksaan PIV dapat mengetahui tumor yang timbul di kelenjar getah bening paraaorta, dinding panggul, parametrium atau vesika urinaria. Tumor tersebut dapat mendesak atau menyumbat ureter, sehingga akan timbul hidroureter, hidronefrosis atau afungsi ginjal. Pemeriksaan penunjang PIV ini juga dibutuhkan untuk ikut menentukan stadium dari karsinoma serviks uteri.(2,10) Di RSCM sebelum dimulainya pengobatan karsinoma serviks uteri ini secara rutin dilakukan pemeriksaan PIV ini.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Helmy Rasjid
Abstrak :
PENDAHULUAN Karsinoma lidah termasuk keganasan yang tersering didapat dibandingkan dengan keganasan pada organ lain yang terdapat dalam rongga mulut, walaupun dibandingkan dengan keganasan pada organ lain seperti payudara, mulut rahim dan nasofarink, keganasan pada lidah ini termasuk yang jarang adanya.

Di negeri Belanda terdapat 3 - 4 kasus keganasan pada rongga mulut dari tiap 100.000 penduduk, yang duapertiga daripadanya adalah penderita keganasan pada lidah.

Keganasan ini, biasanya menyerang usia pertengahan sampai usia lanjut. Beberapa pendapat mengatakan bahwa 80% kasusnya berusia antara 60 - 80 tahun dengan perbandingan kekerapan antara pria dan wanita 4 : 1.

Pada penelitian yang dilakukan di Asia, didapatkan bahwa di India kekerapan kasus ini tidak banyak berbeda antara pria - dan wanita, hal ini kemungkinan disebabkan karena kaum wanitanya mempunyai kebiasaan mengunyah sirih atau tembakau.

Beberapa faktor disebutkan sebagai pencetus terjadinya keganasan pada lidah yaitu

- faktor lokal : higiene mulut yang buruk, karies dentis serta protesa gigi dengan kedudukan kurang baik.

- faktor luar : tembakau dengan berbagai cara penggunaannya

alkohol serta rempah dan bumbu-bumbuan.

- faktor dalam : deFisiensi makanan,vitamin dan anemia.

Pada makalah ini akan dibicarakan mengenai tinjauan kepustakaan karsinoma lidah, terutama mengenai terapi radiasi karsi noma lidah, pengamatan terhadap kasus yang datang ke Pav. Johannes Sub Sag Radioterapi. FKUI - RSCM periode Januari 1964-Jesember 1986, yaitu meliputi distribusi kelamin, umur, jenis patologi anatomi, lokasi tumor, penderajatan, hasil pengobatan serta timbulnya komplikasi akut radiasi berupa mukositis, dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ke ganasan lidah serta penangan dan
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Ernawati
Abstrak :
Salah satu masalah dalam pengobatan dan pencegahan kanker adalah kenyataan bahwa kanker hampir tidak pernah ditemukan pada keadaan dini. Kebanyakan diagnosis ditegakkan pada saat kanker sudah mencapai stadium yang cukup lanjut, sehingga pengobatan pun menjadi sukar. Dengan demikian peluang kesembuhan menjadi kecil. Hal ini antara lain disebabkan oleh belum ditemukannya senyawa yang secara dini dapat memberi isyarat bahwa seseorang mungkin mulai dijangkiti kanker. Adanya suatu pertanda kanker yang dapat dideteksi kehadirannya sejak dini akan meningkatkan kewaspadaan, baik pada dokter yang memeriksa maupun pada penderita sendiri. Dengan demikian usaha pengobatan yang lebih terarah dapat dilakukan. Beberapa tahun terakhir ini para ahli telah melakukan banyak penelitian dalam usaha menemukan pertanda kanker. Pertanda kanker adalah senyawa-senyawa yang keberadaannya secara kualitatif atau kuantitatif, dapat menjadi pertanda adanya kanker dalam tubuh seseorang. Beberapa senyawa diperkirakan mempunyai potensi tersebut, salah satu di antaranya adalah asam sialat. Asam sialat merupakan senyawa karbohidrat yang banyak terdapat pada permukaan sel. Asam sialat tidak terdapat dalam bentuk bebas. Senyawa ini selalu terikat dalam posisi terminal sebagai glikosfingolipid atau glikoprotein. Sampai saat ini fungsi asam sialat yang pasti belum jelas. Namun, senyawa-senyawa glikosfingolipid dan glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel diketahui mempunyai peran penting dalam interaksi antar sel dan interaksi antara sel dengan lingkungan abiotiknya. Pada transformasi neoplastik terjadi berbagai perubahan pada sel, antara lain yang menyangkut sifat sosial sel. Sehubungan dengan hal itu telah diungkapkan berbagai perubahan yang terjadi pada permukaan sel. Perubahan tersebut ditemukan antara lain pada senyawa-senyawa glikosfingolipid dan glikoprotein yang berada di permukaan sel yang mengalami transformasi neoplastik. Banyak hasil penelitian mengungkapkan bahwa kadar asam sialat dalam serum penderita kanker umumnya lebih tinggi dari pada normal. Kenaikan tersebut dijumpai pada berbagai jenis kanker, antara lain melanoma ganas, kanker payudara, kanker ovarium, kanker mulut rahim, kanker saluran urogenital, kanker saluran pencernaan, kanker paru, kanker hati, kanker urea dan leukemia. Dari beberapa penelitian terungkap pula bahwa kenaikan kadar asam sialat serum sejalan dengan tingkat keparahan kanker dan besarnya tumor. Namun belum lagi diketahui apakah kenaikan kadar asam sialat dalam serum tersebut sudah terjadi sejak dini, yaitu pada stadium ketika neoplasma tersebut masih berukuran kecil dan belum melakukan invasi terhadap jaringan di sekitarnya, kalau dapat bahkan pada keadaan pra kanker. Kadar asam sialat yang tinggi pada serum penderita kanker dapat dimanfaatkan sebagai salah satu petunjuk akan adanya kanker pada seseorang. Akan tetapi kegunaannya akan lebih besar apabila kenaikan kadar tersebut sudah dapat diketahui pada tingkat yang dini. Dengan perkataan lain asam sialat akan menjadi lebih bermanfaat jika dapat berfungsi sebagai pertanda dini kanker. Yang dimaksud dengan pertanda dini kanker adalah pertanda kanker yang sudah muncul dan dapat dideteksi kehadirannya sejak dini. Dengan demikian pertanda dini kanker adalah senyawa-senyawa yang dapat menjadi isyarat bahwa dalam tubuh seseorang sudah mulai terjadi proses perubahan sel ke arah keganasan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T6724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tato Heryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan keganasan yang paling banyak pada wanita, yaitu lebih kurang 201 dari pada seluruh keganasan. Di Indonesia kanker payudara menempati urutan kedua setelah keganasan pada serviks uteri. Data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo keganasan payudara kekerapan tertinggi didapat pada usia 40 - 50 tahun.

Pengamatan ini akan menilai efek samping pada darah tepi dari kelompok 'Non Split` dan 'Split`, Serta pengaruh perbedaan luas lapangan pada kelompok 'Non Split` pada radiasi kanker payudara dengan penerapan analisa statistik, di Bagian Radioterapi RSCH/FKUI.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Rahmawati
Abstrak :
Latar Belakang: Mahkota dewa, [Phaleria macrocarpa (Schaff.) Boerl.] merupakan tumbuhan asli Indonesia yang berasal dari Papua. Tumbuhan ini dikenal di Indonesia, secara empiris banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Uji in vitro menunjukkan bahwa mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan set HeLa dan leukemia. Tujuan : Meneliti aktivitas antikanker ekstrak etanol daging buah mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Schaff) Hoed.] terhadap tumor kelenjar susu mencit C3H, yang diinduksi dengan cara transplant. Rancangan penelitian : 32 mencit C3H dibagi secara acak dalam 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan ketiga kelompok uji yang diberikan ekstrak etanol 70 % daging buah mahkota dewa dengan dosis Di (20 kali dosis manusia), D2 (40 kali dosis manusia), dan D3 (80 kali dosis manusia) per oral selama 30 hari berturut-turut, setelah transplantasi tumor. Pertumbuhan tumor diamati dengan mengukur volume dan berat tumor. Proliferasi set tumor diketahui dengan menghitung butir-butir AgNOR setelah dipulas dengan perak nitrat koloidal. Set yang mengalami apoptosis diketahui dengan menghitung indeks apoptosis setelah dipulas dengan Tunel. Luas area nekrosis dianalisis dari pulasan FEE. Hasil dan Kesimpulan : Hasil analisis varian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna pada volume tumor, berat tumor, nilai AgNOR, dan area nekrosis antara kelompok kontrol dengan ketiga kelompok uji (p>O,OS) kecuali pada indeks apoptosis, menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok 80 kali dosis manusia dibandingkan kontrol (p<0,05). Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol daging buah mahkota dewa dengan dosis 20 kali, 40 kali dan 80 kali dosis manusia selama 30 hari berturut-turut setelah transplantasi tumor, tidak menghambat pertumbuhan tumor kelenjar susu mencit C3H yang diinduksi dengan cara transplant (p>0,05) namun terjadi peningkatan apoptosis secara bermakna (p<0,05) pada dosis 80 kali dosis manusia.
Background: Mahkota dewa, [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] is an Indonesian indigenous plant from Papua. This plant is famous in Indonesia, empirically used to treat many diseases. In vitro study indicated that mahkota dewa could inhibit the growth of HeLa and leukaemic cells. Aims : The present study was designed to investigate the anticancer activity of ethanol extract of mahkota dewa mesocarp fruit [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] , using in vivo experiment model of C3H mouse mammary tumor induced by transplantation. Design :Thirty two C3H mice were randomly devided into 4 groups i.e. control and 3 groups of mice orally treated with 70 % ethanol extract of mahkota dewa mesocarp fruit, Dl (equivalent to 20 times human dose), D2 (equivalent to 40 times human dose) and D3 (equivalent to 80 times human dose) for 30 consecutive days, after tumor transplantation. Body weight and tumor volume periodically measured every week. Tumor weight was measured after the animal was sacrificed, fixed in formaldehyde and embedded in paraffin for histological preparation. The proliferation activity of tumor cell was examined by counting the AgNOR deposits detected after colloidal AgNOR staining. Index apoptosis was assessed by mean of Tunel method, and the width of necrotic area was identified by hematoxyllen eosin of the histological specimen. Result and Conclusion : The result of analysis of variants showed that there were no statistical differences in tumor volume, tumor weights, AgNOR values and in the necrotic area among control and the three treated groups (p>0,05), except in the index apoptosis between control and D3 groups (p<0,05). It can be concluded that oral administration of 3 doses of ethanol extract of mahkota dewa mesocarp fruit [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] 20, 40 and 80 times human dose for 30 consecutive days did not prevent the C3H mouse mammary tumor growth induced by transplantation (p>0,05) but there was the increased apoptosis in the group of receiving the fruit extract of 80 times human dose (p<0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia
Abstrak :
Latar Belakang: Proktitis radiasi merupakan komplikasi yang sering dijumpai akibat terapi radiasi pada pasien keganasan pelvis. Berbeda dengan proktitis radiasi akut yang umumnya self-limiting, proktitis radiasi kronik (PRK) dapat berdampak pada menurunnya kualitas hidup dan meningkatnya biaya kesehatan, morbiditas, dan bahkan mortalitas pasien. Tujuan: Mengevaluasi insidens dan faktor-faktor risiko terjadinya PRK pada pasien kanker leher rahim (KLR) yang mendapatkan terapi radiasi. Metode: Dilakukan analisis retrospektif pada pasien-pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi di Departemen Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta selama kurun waktu 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010. Data mengenai pasien, faktor yang berhubungan dengan terapi radiasi, dan PRK akibat komplikasi lanjut dari terapi radiasi dikumpulkan dari catatan medik pasien. Hasil: Selama periode tersebut, terdapat 234 pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Dengan median follow-up selama 30 bulan, didapatkan 12 pasien [5,1% (IK 95% 2,28-7,92%)] mengalami PRK (6 proktitis, 6 proktosigmoiditis). PRK terjadi pada 7-29 bulan setelah terapi radiasi selesai (median 14,5 bulan) dan 87% dari seluruh PRK terjadi dalam 24 bulan pertama setelah terapi radiasi. Dengan analisis multivariat Cox regresi, didapatkan hubungan bermakna antara dosis total radiasi yang diterima rektum >65 Gy (HR 7,96; IK 95% 2,30-27,50; p=0,001) dan usia ≥60 tahun (HR 5,42; IK 95% 1,65-17,86; p=0,005) dengan terjadinya PRK. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara teknik radiasi 2 dimensional external radiation therapy (2D-XRT) (HR 1,36; IK 95% 0,41-4,51; p=0,616), riwayat histerektomi (HR 1,14; IK 95% 0,34-3,79; p=0,83), dan indeks massa tubuh (IMT) <18,5 kg/m2 (HR 2,34; IK 95% 0,51-10,70; p=0,265) dengan terjadinya PRK. Simpulan: Insidens kumulatif PRK selama 3 tahun pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi adalah 5,1% (IK 95% 2,28-7,92%). Dosis total radiasi yang diterima rektum >65 Gy dan usia ≥60 tahun merupakan faktor risiko potensial terjadinya PRK pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi. Teknik radiasi 2D-XRT, riwayat histerektomi, dan IMT <18,5 kg/m2 belum dapat dibuktikan sebagai faktor risiko terjadinya PRK pada pasien KLR yang mendapatkan terapi radiasi. ...... Background: Radiation proctitis is frequently occured as a complication of radiotherapy for pelvic malignancies. Unlike acute radiation proctitis that is usually self-limiting, chronic radiation proctitis (CRP) can impact on quality of life and increase health cost, morbidity, and even mortality of the patients. Aims: To evaluate the incidence and risk factors of CRP after radiotherapy in patients with cervical cancer (CC). Methods: A detailed retrospective analysis was performed on CC patients who had radiotherapy at the Department of Radiotherapy Faculty of Medicine, The University of Indonesia/Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from 1st January to 31st December 2010. Data on patient, treatment-related factors, as well as CRP as late complication of radiotherapy were collected from patients’ medical records. Results: During that period of time, 234 patients met the criteria for this study. With a median follow-up of 30 months, 12 patients [5,1% (CI 95% 2,28-7,92%)] developed CRP (6 proctitis, 6 proctosigmoiditis). CRP occured 7-29 months after completion of radiotherapy (median 14,5 months) and 87% of all CRP occured within 24 months after radiotherapy. Multivariate Cox regression analysis demonstrated significant association between the total rectal-received dose >65 Gy (HR 7,96; CI 95% 2,30-27,50; p=0,001) and age ≥60 years (HR 5,42; CI 95% 1,65-17,86; p=0,005) and the occurrence of CRP. There was no significant association between 2 dimensional external radiation therapy (2D-XRT) technique (HR 1,36; CI 95% 0,41-4,51; p=0,616), history of hysterectomy (HR 1,14; CI 95% 0,34-3,79; p=0,83), and body mass index (BMI) <18,5 kg/m2 (HR 2,34; CI 95% 0,51-10,70; p=0,265) and the occurrence of CRP. Conclusions: The 3 years cumulative incidence of CRP after radiotherapy in patients with CC is 5,1% (CI 95% 2,28-7,92%). The total rectal-received dose >65 Gy and age ≥60 years are the potential risk factors of CRP after radiotherapy in CC patients. The 2D-XRT technique, history of hysterectomy, and BMI <18,5 kg/m2 have not been proven as the risk factors of CRP after radiotherapy in CC patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>