Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Strelitsia Tiurma Ida
Abstrak :
ABSTRAK
Pembentukan kalus dari Jasminum sambac dapat diperoleh dengan menanam potongan batang muda tanaman tersebut dalam medium padat Murashige & Skoog 1962 yang dimodifikasi dengan variasi kadar 2,4-D dan kinetin masing-masing sebesar 0,5 ppm - 1,5 ppm, dengan interval 0,5 ppm.

Pengamatan kualitatif terhadap jenis dan warna kalus memperlihatkan bahwa jenis kalus yang terbentuk pada semua perlakuan adalah sama, yaitu friabel kompak dengan warna kalus yang sama pada semua perlakuan tetapi berubah sesuai dengan umur kalus. Pada minggu ke-2 kalus berwarna hijau muda, pada minggu ke-4 berwarna hijau keputihan dan pada minggu ke-6 dan ke-8 berwarna putih kekuningan.

Pengamatan kuantitatif dilakukan terhadap berat basah dan berat kering kalus. Hasil uji Kruskal Wallis dan uji Pembandingan Berganda menunjukkan bahwa pemberian 2,4-D dan kinetin masing-masing sebesar 0,5 ppm - 1,5 ppm tidak memberikan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan berat basah kalus pada semua perlakuan, tetapi memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan berat kering kalus pada minggu ke-8 yaitu pada pemberian 1,5 ppm 2,4-D dan 0,5 ppm kinetin, dimana berat kering kalus meningkat dari 0,0623 gram menjadi 0,1554 gram. ABSTRACT
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Indriastuti
Abstrak :
ABSTRAK


Daun pacar air {Impatiens balsamina Linn.) dikultur pada medium Murashige-Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian interaksi 2,4-D dan kinetin. Kultur dipelihara dalam ruang bersuhu +-25C dan diberi cahaya. Pengamatan dilakukan terhadap waktu inisiasi, jenis, warna, berat basah dan berat kering kalus. Kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2 setelah penanaman, berwarna krem dan bertekstur remah kompak. Berat basah kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-4 diperoleh dari kalus dalam medium PIO (2 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin) yaitu 0,2288 gram, dan berat kering kalus rata-rata tertinggi diperoleh dari kalus dalam medium P9 (1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin) yaitu 0,0195 gram. Berat basah dan berat kering kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-8 diperoleh dari kalus dalam medium PIO (0,2991 gram dan 0,0285 gram). Berat basah kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-12 diperoleh dari kalus dalam medium P3 (3 ppm 2,4-D) yaitu 0,8481 gram, sedangkan berat kering kailus rata-rata tertinggi diperoleh dari kalus dalam medium PIO (0,0603 gram). Hasil ANAVA menunjukkan bahwa interaksi 2,4-D dan kinetin berpengaruh terhadap pertambahan berat basah dan berat kering kalus pada minggu ke-8 dan minggu ke-12.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
An experiment to study the effect of elicitor derived from Saccharomyces cerevisiae (Hansen) on ajmalicine content of Catharanthus roseus (L) G. Don. callus cultures has been conducted. Callus was induced from leaf segment and grew on medium Zenk (1977) supplemented with 2,5 x 10 M NAA dan 10 M BAP. Callus on the third subculture level was elicited with elicitor derived from S. cerevisiae. The following concentrations of elicitor tested were 0;0,5; ang 2,5 %(g/v) and the harvesting times were 0,18, 36 and 72 hour. The ajmalicine was analized qualitatively and quantitavely by using high performance liquid chromatography (HPLC). Ajmalicine content was influenced concentration of elicitor and harvrst was analized. Guanlititatively by using high performance liquid chromatography (HPLC). Ajmalicine content was influenced by concentration of elicitor and harvesting time. A significant increase of ajmalicine content (303. 475 kurang lebih 5.602 ug/gDW) was achieved bu addition of elicitor of 0.5% (g/v) after 36 hour. This study show a significant increase of ajmalicine content in C, roseus callus cultures after being challenged with S. cerevisiae elicitor i.e. 69,334 %.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Andayani
Abstrak :
ABSTRAK
Potongan tangkai daun brotowali Tinospora crispa (L. ) Miers dikultur pada media Murashige & Skoog (1962) modifikasl. Pada setiap mediun tersebut digunakan 9 konsentrasi sukrosa yang berbeda yaitu 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; dan 4,0%. Kultur dipelihara dalau ruang bersuhu ±25°C dan diberi cahaya dengan fotoperiodisitas 16 jam/hari dan intensitas 800 luks.

Kalus pada semua media perlakuan mulai terbentuc pada hari ke-15 setelah penananan, kecuali pada mediun tanpa sukrosa. Semua kalus yang terbentuk berwarna krem dan berjenis kompak pada minggu ke-4 dan ke-8; namun terjadi perubahan jenis kalus pada minggu ke-12 yaitu jenis kompak untuk kalus pada media dengan sukrosa 0,5 dan l,0%, dan kalus remah-konpak untuk sebagian kalus pada media dengan. sukrosa 1,5--4,0%.

Produktivitas kalus tertinggi pada minggu ke-4 diperoleh dari mediun dengan sukrosa 4,0%; pada minggu ke-8 diperoleh dari mediun dengan sukrosa 3,5%; sedangkan pada minggu ke-12, produktivitas kalus tertinggi diperoleh dari mediun dengan sukrosa 3,0%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Putri
Abstrak :
Melastoma malabathricum merupakan anggota suku Melastomataceae yang berpotensi dikembangkan sebagai tanaman obat dan fitoremediator. Oleh karena itu, kultur in vitro dapat dilakukan untuk perbanyakan dan penelitian lanjutan. Penelitian kultur in vitro daun M. malabathricum dilakukan untuk mengetahui respons eksplan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh TDZ (0,1,2, dan 3 mgl-1) dan 2,4-D (0; 0,1; 0,2 mgl-1) secara tunggal maupun kombinasi. Kalus yang terbentuk pada seluruh perlakuan memiliki warna dan tekstur yang beragam. Pada perlakuan TDZ tunggal, 2,4-D tunggal, dan kombinasi keduanya, dihasilkan kisaran 75-95 %, 95-100 %, dan 45-90 % eksplan yang membentuk kalus. Akar adventif terbentuk pada perlakuan 0,1 mgl-1 (70 %) dan 0,2 mgl-1 2,4-D (60 %). Lebih lanjut, tunas adventif terbentuk pada perlakuan 1 mgl-1 (15 %), 2 mgl-1 (5 %) dan 3 mgl-1 TDZ (5 %). Persentase kuantifikasi kalus pada perlakuan 0,1 mgl-1 2,4-D (63 %); 0,2 mgl-1 2,4-D (50 %); 2 mgl-1 TDZ (42 %) dan 3 mgl-1 TDZ (50 %) cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain, yaitu dengan skor 3 kategori jumlah kalus sedang. Dengan demikian, eksplan daun dapat merespons medium dengan membentuk kalus pada seluruh medium perlakuan, merespons akar adventif hanya pada medium 2,4-D tunggal, dan merespons tunas adventif hanya pada medium TDZ tunggal Melastoma malabathricum is a member of the Melastomataceae family that is potential to be developed as a medicinal purpose and phytoremediation plant. Therefore, cultivation such as by in vitro culture, should be useful. The aim of this research was to know effect of 2,4-dichlorophenoxyacetic acid and thidiazuron (TDZ) toward growth and development of the leaves culture of Melastoma malabathricum. Explant were cultured in solid MS containing single or combination TDZ (0, 1, 2, 3 mgl-1) and 2,4-D (0; 0,1; 0,2 mgl-1). Various color and texture of callus was induced in all treatments. In the presence of single TDZ, single 2,4-D, and both TDZ & 2,4-D, about 75-95 %, 95-100 %, and 45-90 % explants produced callus, respectively. Root adventitious was produced in 0,1 mgl-1 (70 %) and 0,2 mgl-1 2,4-D (60 %). Furthermore, shoot adventitious was initiated in 1 mgl-1 (15 %), 2 mgl-1 (5 %) and 3 mgl-1 TDZ (5 %). Percentage of callus quantification in treatment 0,1 mgl-1 2,4-D (63%); 0.2 mgl-1 2,4-D (50%); 2 mgl-1 TDZ (42%) and 3 mgl-1 TDZ (50%) were higher than other treatments. Research about in vitro culture from leaves of M. malabathricum on MS media containing single or combination TDZ (0; 0,1; 0,2 mgl-1) and 2,4-D (0, 1, 2, 3 mgl-1) has been conducted. Callus were induced on 12 different media, adventitious root were induced only on single 2,4-D media, and adventitious shoot were induced only on single TDZ media
2017
S70108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalia Zakayah
Abstrak :
Melastoma malabathricum (L.) merupakan tanaman yang memiliki potensi sebagai tanaman obat dan fitoremediasi. Oleh karena itu, diperlukan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan dan perbanyakan tanaman M. malabathricum (L.), khususnya secara in vitro. Penelitian kultur in vitro M. malabathricum (L.) dilakukan untuk melihat respons internodus terhadap medium MS modifikasi dengan penambahan TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) dan 2,4-D (0,5 dan 1 mgl-1), baik tunggal maupun modifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplan dapat merespons medium dalam bentuk kalus. Seluruh variasi ZPT pada medium perlakuan dapat menginduksi eksplan dalam membentuk kalus, kecuali pada penambahan 0,5 mgl-1 2,4-D dengan 3 mgl-1 TDZ. Respons kalus pada eksplan paling banyak ditemukan pada medium dengan penambahan 2,4-D tunggal. Sementara itu, eksplan internodus pada kombinasi TDZ dengan 2,4-D menghasilkan respons kalus sedikit. Kalus yang terbentuk bertekstur kompak (medium TDZ tunggal dan kombinasi) dan semikompak (medium 2,4-D tunggal dan kombinasi). Kalus mulai terbentuk pada kisaran hari ke-5 hingga ke-19. Respons eksplan paling baik terbentuk pada medium ZPT tunggal pada pemberian 2,4-D. Sementara itu, medium perlakuan yang menunjukkan hasil respons eksplan yang sedikit teramati pada pemberian kombinasi ZPT (TDZ dan 2,4-D).
ABSTRACT
Melastoma malabatahirum (L.) is shrubs that have potential benefits as medical and phytoremedition plant. Thus, it requires further research and propagation of M. malabathricum benefical, especially in vitro culture. Research about in vitro culture from internode M. malabathricum has conducted to see its response on MS modified medium containing TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) and 2,4-D (0,5 and 1 mgl-1), single and combination dose. The result showed internodes could response by forming callus on all treatment mediums, except medium containing 0,5 mgl-1 2,4-D and 3 mgl-1 TDZ. Compact callus formed at single dose of TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) and combination of growth regulators. Meanwhile, semi-compact callus formed at single dose of 2,4-D (0,5 and 1 mgl-1) and combination of growth regulators. Generally, callus formed at 5th to 19th day after culture. Best explant response found in medium that contained single dose of 2,4-D. Meanwhile, internode explant in combination of TDZ with 2,4-D media showed less response at explants.
2017
S70118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah Karimah
Abstrak :
ABSTRAK
Perbanyakan Melastoma malabathricum L. untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensinya dapat dilakukan melalui teknik in vitro. Melalui teknik tersebut, dapat dilakukan perbanyakan dan diperoleh eksplan yang bebas dari kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya optimasi medium kultur untuk perbanyakan M. malabathricum L. dari eksplan internodus yang ditumbuhkan secara in vitro dengan penambahan kombinasi Thidiazuron (TDZ) 0; 0,1; 1, dan 2 mgl-1 dan 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA) 0; 0,1, dan 1 mgl-1 ke dalam medium Murashige & Skoog (MS). Hasil penelitian dari 12 medium perlakuan menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus pada seluruh medium tersebut. Kalus yang diperoleh memiliki kecenderungan berwarna hijau dan tekstur remah-kompak. Persentase eksplan membentuk kalus tertinggi mencapai 100% pada pemberian tunggal TDZ 0,1 mgl-1, TDZ 1 mgl-1, NAA 0,1 mgl-1, NAA 1 mgl-1, dan 95% untuk kombinasi TDZ 0,1 mgl-1 serta NAA 0,1 mgl-1. Sementara itu, hasil rata-rata hari tumbuh kalus tercepat terdapat pada perlakuan MS tanpa ZPT adalah 16,79 hari setelah penanaman dan NAA 1 mgl-1 adalah 19,65 hari setelah penanaman. Oleh karena itu, dalam penelitian ini medium perlakuan yang paling optimal untuk menumbuhkan kalus berdasarkan persentase tumbuh dan rata-rata hari tumbuh kalus adalah NAA 1 mgl-1. Eksplan internodus M. malabathricum L. juga dapat membentuk kalus-akar pada perlakuan NAA 0,1 mgl-1 dan NAA 1 mgl-1. Kalus-akar yang terbentuk cenderung tumbuh optimal pada perlakuan NAA 0,1 mgl-1.
ABSTRACT
Propagation of Melastoma malabathricum L. to develop and maximize its potentials can be done through in vitro technique. Through that technique, a propagation and acquisition of contamination-free explants can be done. Therefore, an optimization of medium culture is required to propagate an in vitro grown internode of M. malabathricum L. with addition of Thidiazuron (TDZ) 0; 0,1; 1 & 2 mgl-1 and 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA) 0; 0,1 & 1 mgl-1 into the Murashige & Skoog (MS) medium. The results from the 12 medium treatment showed that explants were able to respond all medium by forming callus. The calluses obtained tend to have green colour and semi-compact texture. The highest percentage of explant forming callus reached 100% on medium with addition of single TDZ 0,1 mgl-1, TDZ 1 mgl-1, NAA 0,1 mgl-1, NAA 1 mgl-1, and 95% on combination of TDZ 0,1 mgl-1 with NAA 0,1 mgl-1. Meanwhile, the fastest average of callus growth were obtained on MS without growth hormone (16,79 days after planting) and MS with NAA 1 mgl-1 (19,65 days after planting) treatment. Therefore, in this research an addition of NAA 1 mgl-1 is the most optimal medium treatment to grow callus based on percentage of callus growth and average of callus growth. The internode explants of M. malabathricum L. were also able to form callus-roots on MS medium with NAA 0.1 mgl-1 and MS with NAA 1 mgl-1. The callus-roots formed tend grow optimally at NAA 0,1 mgl-1 treatment
2017
S70125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Nauli
Abstrak :
ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tanaman fitoremediasi. Perbanyakan tumbuhan M. malabathricum sebagai objek penelitian lanjutan diperlukan untuk mengembangkan potensi yang ada. Perbanyakan M. malabathricum dapat dilakukan melalui kultur daun secara in vitro pada medium MS dengan kombinasi Thidiazuron (TDZ) dan 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA). Penelitian dilakukan untuk mengetahui respons eksplan daun M. malabathricum yang dikultur pada medium MS dengan penambahan kombinasi TDZ (0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1; 2 mgl-1) dan NAA (0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa eksplan daun M. malabathricum dapat merespons medium perlakuan dengan membentuk kalus, kecuali pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan pada pekan ke-8 setelah penanaman menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk cenderung memiliki tekstur remah kompak hingga kompak, dengan pencokelatan cenderung terjadi pada kalus yang terbentuk di medium dengan penambahan NAA tunggal (0,1 mgl-1; 1 mgl-1). Penggunaan 1 mgl-1 NAA serta 0,1 mgl-1 TDZ memberikan hasil tertinggi dalam persentase eksplan yang membentuk kalus (100%). Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA membentuk kalus tercepat (6,25 hari). Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus dan akar pada medium dengan penambahan NAA tunggal. Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA memberikan hasil terbaik dalam menginduksi pembentukan akar pada eksplan daun M. malabathricum. Lebih lanjut, terdapat satu eksplan pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 0,1 mgl-1 yang mampu membentuk kalus dan tunas
ABSTRACT
Melastoma malabathricum L. is a plant that has the potential to be developed into phytoremediation plants. Propagation of M. malabathricum as a further research object is needed to develop the existing potential. Thus, it can be done through in vitro culture of leaves in MS medium with the combination of Thidiazuron (TDZ) and 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA). This study was conducted to investigate the response of M. malabathricum leaf, when cultured on MS medium with the combination of TDZ (0 mgl-1, 0,1 mgl-1, 1 mgl-1 and 2 mgl-1) and NAA (0 mgl-1; 0.1 mgl-1 and 1 mgl-1). The results show that M. malabathricum leaf explants could respond to treatment medium by forming callus, except on medium with combination of 2 mgl-1 TDZ and 1 mgl-1 NAA. The results showed that the callus tended to have a friable-compact and compact texture at 8th week, with browning tends to occur in callus formed on medium with the addition of single NAA (0.1 mgl-1; 1 mgl-1). The use of 1 mgl-1 NAA and 0.1 mgl-1 TDZ gave the highest results in the percentage of explants forming callus (100%). The average of the fastest callus forming time (6.25 days) was found in the medium with the addition of 1 mgl-1 NAA. The result also show that explants could be forming callus and roots on a medium with the addition of a single NAA. Medium with addition of 1 mgl-1 NAA gave the best result in inducing root formation on M. malabathricum leaf explants. Moreover, there was one explant on the medium with a combination of 2 mgl-1 TDZ and 0.1 mgl-1 that capable to forming callus and shoots
2017
S70119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library