Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arief Johanes Halim
Abstrak :
Latar Belakang: Dalam perawatan ortodonti, rasa nyeri merupakan salah satu hal yang mengurangi kenyamanan pasien. Rasa nyeri disebabkan karena gaya ortodonti yang diaplikasikan pada gigi oleh alat ortodonti cekat. Persepsi nyeri pasien dapat diketahui menggunakan pain assessment analysis yaitu visual analog scale (VAS), numerical rating scale (NRS) dan verbal rating scale (VRS). Diketahui bahwa VAS merupakan metode analisis rasa nyeri yang paling terpercaya. Perawatan ortodonti pada pasien menggunakan beberapa jenis bracket yaitu pre-adjusted bracket yang metode ligasinya menggunakan modul elastomer dan self-ligating bracket yang metode ligasinya menggunakan pintu pada braces. Self-ligating ini dibagi menjadi dua jenis yaitu active self-ligating dan passive self-ligating. Perkembangan Passive Self-Ligating bracket memberikan gaya dan friksi yang lebih ringan sehingga diperkirakan bahwa perawatan dengan dengan menggunakan bracket jenis ini dapat mengurangi rasa nyeri. Salah satu biomarker rasa nyeri pada perawatan gigi ortodonti adalah neuropeptida calcitonin gene-related peptide. Konsentrasi neuropeptida CGRP akan meningkat pada daerah inflamasi yang disebabkan oeh gaya ortodonti. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi nyeri pasien dengan konsentrasi neuropeptida CGRP pada fase aligning awal perawatan ortodonti menggunakan pre-adjusted edgewise (PE) bracket dan sistem passive self-ligating (PSL) bracket. Metode: Total sampel 15 orang dibagi menjadi 3 kelompok (kelompok kontrol, kelompok percobaan braket passive self-ligating dan kelompok braket pre-adjusted. Untuk sampel CGRP diambil dari GCF pada interdental 6 gigi anterior bawah dengan waktu pengambilan sampel: sebelum pemasangan braket kemudian 2 jam, 24 jam dan 1 minggu setelah pemasangan archwire. Konsentrasi CGRP diukur menggunakan ELISa. Nilai persepsi nyeri dinilai dari hasil pengisian VAS. Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukan pada kelompok braket PE terdapat perbedaan signifikan nilai rerata skor VAS antara T0-T1, T0-T2, T1-T2 dan T2-T3. Sedangkan pada kelompok braket PSL terdapat perbedaan signifikan nilai rerata skor VAS antara T0-T2 dan T2-T3. Terdapat perbedaan bermakna rerata skor VAS di T2 antara kelompok braket PE dan PSL. Tidak terdapat perbedaan konsentrasi CGRP antara kelompok pasien yang menggunakan braket PE dan PSL pada tiap waktu pengamatan. Tidak terdapat perbedaan konsentrasi CGRP antara kelompok pasien yang menggunakan braket PE, PSL dan kontrol sebelum pemasangan archwire pada tiap kelompok waktu pengamatan. Terdapat korelasi positif antara persepsi nyeri dan konsentrasi CGRP namun tidak berbeda bermakna. ...... Background: Orthodontic tooth movement takes place after applied force on the tooth stimulates inflammation and remodeling of the alveolar bone. Friction in Passive Self-Ligating (PSL) bracket is lower than Preadjusted Edgewise (PE) bracket, therefore it is assumed that pain resulted from PSL is lower than PE bracket. One of the neuropeptides that can be used as pain biomarkers in orthodontic tooth movement is calcitonin gene-related peptide (CGRP). Pain perception can be subjectively evaluated using Visual Analog Scale (VAS). Objective: This study aims to analyze pain perception by using VAS, CGRP level in patients isolated from GCF, and the correlation between VAS score, and CGRP level. Method: 15 patients were included in the study (passive self-ligating group, pre-adjusted group and control group). The GCF was collected from six lower anterior teeth interproximal sites before bracket insertion, 2 hours after lower archwire engagement, 24 hours after lower archwire engagement, and 1 week after lower archwire engagement. Pain perception is recorded using VAS. CGRP concentration was analyzed using enzyme-linked immunosorbent assay. Result: VAS score on PE and PSL group increased from 2 hours, peaked on 24 hours and returned to baseline on 168 hours with PE group were higher compared with PSL and the highest score was on 24 hour time point. CGRP concentration was highest on 24 hours compared with other time point. Conclusion: These result show that VAS score and CGRP concentration increased during initial orthodontic tooth aligment using a self-ligating and preadjusted bracket system. Pain perception and CGRP concentration have positive weak correlation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Audrey
Abstrak :
Periodontitis merupakan penyakit keradangan yang disebabkan oleh bakteri yang membentuk biofilm pada permukaan gigi. Calcitonin gene related peptide (CGRP) merupakan agen anti-inflamasi yang dapat menghambat aktivitas osteoklas. Tujuan: Membandingkan kadar CGRP dalam cairan krevicular gingiva (CKG) antara penderita periodontitis usia dewasa dengan lanjut usia. Metode: Sampel klinis diperoleh dari CKG yang berasal dari 70 subjek yang terdiri dari subjek pria dan wanita dengan penyakit periodontal, berusia 60-75 tahun (n = 42) dan pasien dewasa usia 25-55 tahun (n = 28). Pengukuran parameter klinis, termasuk kedalaman poket, indeks plak, indeks kalkulus, indeks kebersihan mulut, dan indeks pendarahan papila, dinilai sebagai kriteria diagnostik. Pasien yang diambil sebagai sampel jika memiliki kedalaman poket 3-4 mm. Uji ELISA dilakukan untuk mengukur kadar CGRP. Hasil: Kadar CGRP dalam CKG sedikit lebih tinggi pada pasien dewasa (43,26 ± 69,5 pg/μg) dibandingkan pada pasien usia lanjut (25,59 ± 36,7 pg/μg), namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Kesimpulan: Kadar CGRP dalam CKG pasien periodontitis tidak tergantung pada usia meskipun kadarnya cenderung lebih rendah pada pasien usia lanjut. ......Periodontitis is an inflammatory disease caused by bacteria that forms a dental biofilm. Calcitonin gene-related peptide (CGRP) is an anti-inflammatory agent that inhibits osteoclast activity. Aim: To compared the CGRP levels in the gingival crevicular fluid (GCF) from adult and elderly periodontitis patients. Methods: Clinical samples were obtained from the GCF of 70 subjects with periodontal diseases, including male and female subjects 60–75 years old (n=42) and adult patients 25–55 years old (n=28). Measurements of clinical parameters, including the probing pocket depth (PPD) and bleeding on probing, were assessed as diagnostic criteria. A pocket depth was defined as being present if the PPD was 3-4 mm. An enzyme-linked immunosorbent assay was performed to measure the CGRP levels. Result: The level of CGRP in the GCF was slightly higher in adult patients (43.26 ± 69.5 pg/μg) than in elderly patients (25.59 ± 36.7 pg/μg); however, this result was not statistically significant (p >.05). Conclusion: The level of CGRP in the GCF of periodontitis patients was not dependent on age and was lower in elderly patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotunisa
Abstrak :
Kemajuan pada bidang bioteknologi saat ini telah banyak memanfaatkan protein dan peptida sebagai agen terapeutik untuk berbagai macam penyakit. Salah satu protein peptida terapeutik yaitu kalsitonin salmon yang digunakan untuk mengobati hiperkalsemia pada penderita hiperparatiroid. Namun, dalam penghantarannya kalsitonin salmon masih memiliki kekurangan, seperti mudah terdegradasi oleh enzim pencernaan saat diberikan secara peroral dan ketidaknyamanan saat menggunakan kalsitonin injeksi maupun intranasal. Penghantaran transdermal menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menghantarkan kalsitonin salmon secara efektif. Pada penghantaran transdermal, kalsitonin salmon memiliki hambatan penetrasi seperti bobot molekul yang besar dan sifatnya yang hidrofilik, sehingga diperlukan formula yang tepat untuk menghantarkan kalsitonin salmon melalui rute transdermal seperti memformulasikannya dalam pembawa Nanostructured Lipid Carrier (NLC). Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan sediaan transdermal kalsitonin dalam pembawa NLC yang dapat meningkatkan penetrasi kalsitonin dan memenuhi persyaratan stabilitas. Enam formula NLC (F1-F6) dibuat dengan metode emulsi ganda dengan penguapan. Formula dikarakterisasi pada ukuran partikel, indeks polidispersitas, zeta potensial, efisiensi penjerapan, dan morfologi partikel. Kemudian, NLC kalsitonin salmon diformulasikan dalam pembawa emulgel. Emulgel NLC kalsitonin salmon dilakukan uji penetrasi in vitro dan studi stabilitas. Hasil penelitian ini menunjukan formula NLC rasio 75:25 lipid padat dan lipid cair dengan konsentrasi kalsitonin salmon 0,04% (F3) merupakan formula optimal, dengan karakteristik ukuran partikel 135,6 nm, indeks polidispersitas 0,1, potensial zeta 34,7 mV, efisiensi penjerapan 99,6%, dan morfologi menunjukkan vesikel berbentuk speris. Berdasarkan hasil uji penetrasi, emulgel NLC kalsitonin menghasilkan peningkatan lima kali lipat dibandingkan dengan emulgel kalsitonin non-NLC. Selain itu, studi stabilitas menggambarkan kadar kalsitonin setelah enam bulan masing-masing 46,09-68,59% dan 43,45-60,59% pada kondisi penyimpanan 5º±3ºC dan 25º±2ºC dengan kelembaban relatif 60%±5%. ......Currently advances in biotechnology has been using proteins and peptides as therapeutic agents. One of therapeutics protein peptide is salmon calcitonin that is used to treat hypercalcemia in hyperparathyroid. However, calcitonin still has limitations in its delivery, such as being easily degraded by digestive enzymes when using perorally, and causing discomfort when using injectable or intranasal. Transdermal delivery is one of the alternative methods that can effectively deliver salmon calcitonin. In transdermal delivery, salmon calcitonin has obstacles to penetration such as hydrophilic and large molecular weight, thus an appropriate formula is needed to deliver through the transdermal route such as formulating in a Nanostructured Lipid Carrier (NLC) carrier system. The aim of this study was to produce calcitonin transdermal in NLC system that can increase the penetration and met the stability requirements. Six formulas of calcitonin NLC were prepared by the double emulsion-evaporation method, then all formulas were characterized in terms of particle size, polydispersity index, zeta potential, entrapment efficiency, and morphology. Salmon Calcitonin NLC were then formulated into NLC-based emulgel. Further, in vitro penetration and stability of NLC calcitonin emulgel studies were conducted. The result showed that formula NLC using 75:25 ratio of solid lipid to liquid lipid with 0.04% drug concentration (F3) was optimal, with a particle size of 135.6 nm, an polydispersity index 0.1, the zeta potential of -34.7 mV, entrapment efficiency of 99.6%, and spherical vesicle morphology. According to the percutaneous penetration study, the NLC salmon calcitonin emulgel resulted in a fivefold enhancement compared to the non-NLC salmon calcitonin emulgel. Moreover, the stability study illustrated salmon calcitonin levels after six months were 46.09-60.95% and 43.45-68.59% at storage conditions of 5º±3ºC and 25º±2ºC with relative humidity 60%±5%, respectively.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library