Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Akbar
"Pada masa pandemi COVID-19, banyak perusahaan yang kesulitan dalam mempertahankan kinerja perusahaannya—tidak terkecuali pada perusahaan rintisan. Adanya Pemutusan Hubungan Kerja, perubahan cara bekerja, dan tekanan lebih besar untuk meningkatkan kinerja perusahaan, mempengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan. Sedangkan, kesejahteraan karyawan juga memiliki dampak terhadap kinerja karyawan yang akhirnya berdampak juga pada kinerja perusahaan. Salah satu solusi adalah melalui implementasi praktik manajemen sumber daya manusia (SDM) berdasarkan teori AMO (ability-motivation-opportunity) yang mampu menjadi prediktor kesejahteraan psikologis karyawan. Teori Determinasi Diri digunakan untuk menyediakan penjelasan lebih lanjut atas dinamika internal karyawan pada praktik manajemen SDM serta korelasinya dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Dalam mengukur persepsi praktik manajemen SDM, penelitian ini menggunakan adaptasi dari alat ukur Gardner (2011). Sedangkan, adaptasi alat ukur Ryff (1989) untuk mengukur kesejahteraan psikologis karyawan. Responden berupa 200 karyawan perusahaan rintisan di wilayah Jakarta. Desain penelitian ini yaitu kuantitatif dan korelasional yang dianalisis menggunakan Pearson Correlation. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara praktik manajemen SDM dan kesejahteraan psikologis karyawan perusahaan rintisan Jakarta. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan melibatkan variabel mediasi atau moderasi serta melakukan penelitian longitudinal untuk menjelaskan lebih lanjut dinamika dalam jangka panjang.

During the COVID-19 pandemic, many companies struggled to maintain good performance in their business—including startup companies. The sudden employment termination and change in working arrangement caused bigger pressure to boost the company’s performance that affected employees’ psychological well-being (PWB). Whereas, employees’ PWB affected employees’ performance (and in the long run, the company’s performance). One of the solutions is through the implementation of human resource management practices (HRMP) based on the ability-motivation-opportunity theory which can be a predictor of psychological well-being. The Self-Determination theory used to provide further explanation of employees’ internal correlation between HRMP with employees’ PWB. This study used instruments from Gardner (2011) to measure the perception of HRMP. Meanwhile, Ryff's (1989) instrument was used to measure the employees' PWB. Respondents were 200 Jakarta-based startup companies’ employees. The research design that is used was quantitative and correlational methods analyzed with Pearson Correlation. Results showed there was a correlation between HRMP and startup companies’ employees’ PWB. Further research needs to be done by mediation or moderation variables. Longitudinal research can be considered to describe the dynamics in the long term further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Novembrina Dewi Embun Pramana
"Remaja rentan mengalami internalizing problems. Penelitian bertujuan untuk melihat interaksi faktor lingkungan dalam memprediksi internalizing problems pada remaja di masa pandemi. Penelitian merupakan studi skala nasional yang melibatkan 9.567 siswa SMA/sederajat di berbagai provinsi di Indonesia (M­ = 16.37, SD = 1.02). Hasil analisis multiple linear regression menunjukkan jenis kelamin, faktor keluarga, faktor sosial, dan faktor ekonomi dapat memprediksi internalizing problems secara signifikan (F(8,9588) = 83,683, p < .05, R2= .065), dengan jenis kelamin dan interaksi dengan teman sebagai kontributor.

Adolescents are prone to internalizing problems. This study aims to investigate how environmental factor predicts internalizing problems among adolescents during the pandemic. This is a national scale study involving 9.567 high school/vocational students from several provinces in Indonesia (M­ = 16.37, SD = 1.02). Multiple linear regression analysis indicated that gender, family factor, social factor, and economic factor significantly predicted internalizing problems (F(8,9588) = 83,683, p < .05, R2= .065), with gender and peer interaction as the biggest contributor."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evin Novianti
"Latar belakang: Tingginya kasus COVID-19 di dunia mengakibatkan 13,3-16,6 juta kematian di kawasan Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia lonjakan kematian mencapai 158.429, terbayak usia dewasa. Dampak kematian orang tua menimbulkan stress, cemas berisiko pada masalah kesehatan jiwa remaja yang lebih berat. Tujuan: menganalisis model mekanisme koping remaja yang menghadapi kehilangan orang tuaakibat COVID-19 terhadap tanda gejala stress, cemas. Metode: Penelitian tahap 1 survei pada 516 sample remaja di DKI Jakarta, dianalisa dengan SEM-PLS. Penelitian tahap 2, desain quasy eksperiment with control group menguji keefektifan model dengan sample kelompok intervensi, kontrol masing-masing 52. KuisionerZung Self Rating Anxiety Scale (SAS), Perceived Stress Scale (PSS). Analisa data mancova repeated. Hasil:Koefisien determinasi kuat (R2>0,67), stimulus fokal, stimulus kontekstual, penilaian stressor, sumber koping membentuk mekanisme koping (p-value<0,05). Terdapat perubahan tanda gejala stress, cemas pada remaja sebelum dan sesudah diterapkan model mekanisme koping pada kelompok intervensi. Simpulan: Model mekanisme koping remaja yang mengalami kehilangan orang tua efektif menurunkan tanda gejala stress, cemas. Saran: Model mekanisme koping remaja yang mengalami kehilangan orang tua dapat diimplementasikan kepada remaja dalam upaya pencegahan masalah psikososial yang lebih berat lagi, dan dapat diimplementasikan oleh guru dan perawat setingkat ahli Madya.

Background: The high number of COVID-19 cases worldwide has resulted in 13.3-16.6 million deaths across Southeast Asia, Europe, and the Americas. In Indonesia, the death toll surged to 158,429, with the majority being adults. The loss of parents has led to stress and anxiety, increasing the risk of more severe mental health issues among adolescents. Objective: To analyze the coping mechanism model for adolescents dealing with the loss of parents due to COVID-19 in relation to symptoms of stress and anxiety. Methods: The study consisted of two phases. Phase 1 was a survey involving 516 adolescent samples in Jakarta, analyzed using SEM-PLS. Phase 2 used a quasi-experimental design with a control group to test the effectiveness of the model, involving intervention and control groups of 52 participants each. The Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) and Perceived Stress Scale (PSS) were used. Data were analyzed using repeated measures MANOVA. Results: The model showed a strong coefficient of determination (R² > 0.67). Focal stimuli, contextual stimuli, stressor appraisal, and coping resources significantly shaped the coping mechanism (p-value < 0.05). Changes in stress and anxiety symptoms were observed in adolescents before and after applying the coping mechanism model in the intervention group. Conclusion: The coping mechanism model for adolescents experiencing parental loss effectively reduced stress and anxiety symptoms. Recommendations: The coping mechanism model for adolescents dealing with parental loss can be implemented to prevent more severe psychosocial issues and can be applied by teachers and nurses at the associate expert level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sania Fitria
"Gangguan mental emosional merupakan peristiwa yang terus meningkat di Indonesia, utamanya  pada usia 15-24 tahun yang merupakan usia remaja akhir hingga dewasa awal. Kejadian kesepian diyakini sebagai salah satu faktor potensial yang menyebabkan gangguan kesehatan mental dari waktu ke waktu di masa remaja. Utamanya di masa pandemi COVID-19, yang dapat memicu maupun memperburuk situasi dalam penanganan kesehatan mental akibat dari pemberlakukan kebijakan untuk 'meratakan kurva', atau mencegah penularan virus COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan gangguan mental emosional pada mahasiswa domisili kota Depok di masa pandemi COVID-19. Desain studi dari penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis univariat, bivariat dan stratifikasi. Penelitian ini menggunakan data primer dalam bentuk google form yang disebar secara daring kepada mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan  bahwa terdapat sebanyak 234 (78,8%) mahasiswa domisili kota Depok yang mengalami gangguan mental emosional di masa pandemi COVID-19. Hasil penelitian berhasil membuktikan hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian kesepian berat (PR= 4,42; 95% CI: 2,30-8,49; p: 0,006), kesepian sedang (PR=4,20; 95% CI : 2,18-8,07; p: 0,0001) dan kesepian ringan (PR=3,51; 95% CI : 1,81-6,76; p: 0,000) dengan gangguan mental emosional pada mahasiswa domisili Kota Depok di masa pandemi COVID-19. Pembentukan program atau layanan terkait konseling dan promosi pencegahan kesehatan mental melalui platform yang mudah digunakan oleh mahasiswa oleh pemerintah dan memperbanyak kegiatan positif serta interaksi dengan orang terdekat dapat membantu mencegah dan mengurangi resiko terjadinya gangguan mental emosional dan kejadian kesepian.

Emotional mental disorders are the issue that continue to increase in Indonesia, especially among aged 15-24 which is the period of late adolescent and early adulthood. Loneliness believed to be one of the potential factor that causes emotional mental disorder from time to time in adolescent period. Especially, during COVID-19 pandemic, that trigerred and worsen mental health situation as the consequences of implementing public policy for ‘flatten the curve’ or prevent the transmission of COVID-19 virus. This study aims to determine the association between loneliness with Emotional Mental Disorders on College Students in Depok during the COVID-19 Pandemic. The study design of this study was cross-sectional with univariate, bivariate and stratified analysis. This study uses primary data that taken from google forms which are distributed online to college student. The results of this study showed that there are 234 (78.8%) students in Depok who experienced emotional mental disorders during the COVID-19 pandemic. The results of this study have been able to prove a statistically significant relationship between the incidence of severe loneliness (PR = 4.42; 95% CI: 2.30-8.49; p: 0.006), moderate loneliness (PR = 4.20; 95% CI: 2.18-8.07; p: 0.0001) and mild loneliness (PR=3.51; 95% CI: 1.81-6.76; p: 0.000) with emotional mental disorders among college students in Depok during COVID-19 pandemic. The establishment of programs or services related to counseling and promotion of mental health prevention through the platforms that are easy to use for college student by the government and increasing positive activities and interactions with those closest to them can help to prevent and reduce the risk of emotional mental disorder and loneliness.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amalia Novianty
"Kondisi pandemi COVID-19 memunculkan berbagai masalah yang mampu menimbulkan stres terkait pandemi pada ibu hamil trimester ketiga. Penelitian kuantitatif ini melakukan penelitian pada 10 Puskesmas Kecamatan di DKI Jakarta dengan metode sampling.

Penelitian ini diikuti oleh 203 ibu hamil trimester ketiga. Pengambilan data dilakukan secara luring dan daring dengan menggunakan kuesioner SSKTP versi prenatal. Penelitian ini menemukan bahwa ibu hamil trimester tiga mayoritas mengalami stres sedang (68%, n=138). Berdasarkan temuan, kelompok ibu hamil dengan status primigravida, berpendidikan di bawah SMA, tidak bekerja, dan berpenghasilan di atas upah minimal regional lebih banyak mengalami stres berat dibandingkan kelompok lainnya. Stres berat juga lebih banyak muncul pada kelompok ibu hamil trimester tiga yang pernah berkontak erat dan/atau pernah terinfeksi COVID-19, kesulitan melakukan pemeriksaan kehamilan, dan kehilangan pendapatan akibat pandemi. Temuan ini mampu menggambarkan risiko psikososial pada ibu hamil trimester ketiga. Skrining dan intervensi dini menjadi penting dalam upaya menurunkan stres terkait pandemi.


The COVID-19 pandemic raises various problems that can cause pandemic-related stress in third-trimester pregnant women. This quantitative study was conducted in 10 sub-district health centers around Jakarta using the convenience sampling method. The study was participated by 203 pregnant women. Data were collected offline and online using the SSKTP questionnaire – prenatal version. This study found that third-trimester pregnant women in Jakarta experienced moderate stress (68%, n=138). Based on the findings, the pregnant women with primigravida status, education below high school, not working, and earning above the regional minimum wage experienced more severe stress than other groups. Severe stress was also more prevalent in the pregnant women who had close contact and/or had been infected with COVID-19, had difficulty conceiving, and lost income due to the pandemic. These findings can illustrate the risk of psychosocial problem in third-trimester pregnant women. Screening and early intervention are prominent to reduce pandemic-related stress.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library