Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Julia Karnagi
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Kapas sebagai bahan dasar pembuatan tekstil masih tetap unggul karena ongkos tanam dan pengolahannya yang rendah. Debu kapas diketahui memberi dampak negatip pada paru manusia. Salah satu dampak negatip debu kapas pada paru manusia dikenal sebagai penyakit bisinosis.Dampak ini dapat diperkecil dengan penurunan konsentrasi debu kapas di lingkungan kerja pengolahan kapas dan pemantuan kesehatan pekerjanya secara teratur. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan prevalensi bisinosis dengan konsentrasi debu kapas di lingkungan kerja. Penelitian dilakukan pada sebuah pabrik tekstil di Jakarta dengan menggunakan metode kros seksional dengan jumlah sampel sebanyak 88 subyek yang terdiri dari 73 orang dari bagian spinning dan 15 orang dari bagian carding. Diperiksa konsentrasi debu kapas di lingkungan kerja bagian spinning dan carding kemudian dibandingkan prevalensi bisinosis batuk kronik, bronkitis kronik dan obstruksi akut serta obstruksi kronik serta kebiasaan merokok pekerja melalui kuesioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan faal paru.
Hasil dan kesimpulan : Konsentrasi debu di bagian spinning dan carding masing-masing 0,407 mg/M3 dan 0,396 mg/M3. Secara statistik hal ini tidak berbeda walaupun dengan NAB (0,2 mg/M3) berbeda sangat bermakna. Didapatkan prevalensi bisinosis sebesar 27,3 % ,batuk kronik 6,9%,bronkitis kronik 4.5 7. dan obstruksi akut 4,5 %. Tidak ditemukan perbedaan prevalensi bisinosis antara bagian spinning dan carding. Demikian juga prevalensi batuk kronik, bronkitis kronik, obstruksi akut. Tidak didapat hubungan yang bermakna antara bisinosis dengan bronkitis kronis dan obstruksi akut. Didapatkan hubungan bermakna antara bisinosis dan battik kronik dan kecenderungan pekerja yang mengalami bisinosis mempunyai risiko 6 X untuk mendapatkan battik kronik dibandingkan yang tidak mengalami bisinosis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Agung Sundaru Dwi Hendarta
"Ruang lingkup dan metodologi : Salah satu penyakit akibat kerja yang harus dipikirkan akibat debu kapas di lingkungan industri tekstil adalah bisinosis, yang menimbulkan gangguan kesehatan serta menurunkan produktivitas kerja. Penelitian ini ingin mengidentifikasi bisinosis dan membuktikan hubungan antara pajanan debu kapas dengan prevalensi bisinosis. Desain penelitian yang digunakan adalah kros seksional dengan mengikutsertakan total populasi pekerja laki-laki bagian spinning yang terpajan debu kapas. Jumlah responden adalah 81 pekerja dengan rentang usia 21 - 52 tahun. Data di dapatkan dari wawancara, pengukuran fungsi paru dan pengukuran debu respirabel yang dilaksanakan pada bulan Febnuari sampai Maret 2005.
Hasil dan kesimpulan : Prevalensi bisinosis pada responden sebesar 11,1 % (9 dari 81 pekerja ). Setelah dilakukan analisis multivariat, diketahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya bisinosis yaitu pemakaian masker ( OR = 13,666 95 % CI = 2,217 - 84,222 dengan p = 0,005 ) disusul dengan status gizi ( OR = 6,029, 95% CI = 0,951 - 38,222 dengan p = 0,057 ). Dapat disimpulkan bahwa pemakaian masker dan status gizi berperan penting dalam terjadinya bisinosis.
Scope and methodology: One of the important work related disease caused by cotton dust in textile industry is byssinosis that would create medical problem and decrease work productivity. This research aims to identify byssinosis and prove the relation between cotton dust exposures with prevalence of byssinosis. For the research design we will use cross-sectional and take into consideration the overall population of male worker in spinning department who are exposed to cotton dust. The number of respondent is 81 workers aged from 21 to 52 years. We have collected the data from interview, measurement of lung function and measurement of respirable dust conducted on February until March 2005.Result and conclusion: Prevalence of byssinosis of respondents at 11.1% (9 out of 81 workers). After multivariate analysis, the dominant risk factor impacting byssinosis is the use of mask (OR = 13,666 95 % CI = 2,217 - 84,222 with p = 0,005) followed by nutrient status (OR = 6,029, 95% CT = 0,951 - 38,222 with p - 0,057). Our conclusion is that the use of mask and nutrient status have significant role for byssinosis cases."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16214
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library