Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Sri Purwaningsih S
Abstrak :
Butylated Hidroksianisole (BHA) dan metabolitnya tert- Butyl Hydroquinone (TBHQ) merupakan antioksidan sintetis yang banyak digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk makanan juga minuman. Meskipun dinyatakan aman oleh WHO, akan tetapi penggunaan kedua pengawet ini masih kontroversial karena beberapa penelitian menunjukkan BHA dapat memicu terjadinya proliferasi sel pada beberapa hewan uji, sedangkan TBHQ dianggap karsinogenik karena dapat menyebabkan kerusakan DNA. Pada penelitian ini dianalisis interaksi antara Calf thymus DNA dengan senyawa BHA dan TBHQ yang dimediasi oleh cupri klorida.
Hasil studi secara spektrofotometri memperlihatkan terjadinya pergeseran batokromik sebesar 2-3 nm pada perlakuan DNA dengan TBHQ. Analisis kemudian dilanjutkan dengan metode HPLC menggunakan fase diam C18, fase gerak Buffer Natrium Hidrogen Fosfat 10 mM dan Metanol (85 : 15) untuk pembentukan DNA Adduct, 8-Hidroksi-2?- Deoksiguanosin (8-OHdG) sebagai biomarker resiko kanker.
Hasil studi ini menunjukkan terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG terhadap DNA dengan TBHQ pada konsentrasi 20 ? 500 ppm. Pembentukan 8?OHDG meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi TBHQ. Jumlah relative 8-OHdG yang terbentuk mencapai 946/105 Deoksiguanosin (DG) dari basa DNA. Uji konfirmasi secara LC-MS/MS memperlihatkan munculnya puncak 8-OHdG pada waktu retensi 3,52 dengan puncak induk (M++1) 284; ion anakan 167,9 dan 139,9. Sedangkan interaksi antara DNA dengan BHA 50 ? 250 ppm tidak memicu terjadinya pembentukan 8-OHdG.
......
Butylated Hydroxyanisole (BHA) and its metabolite tert-Butyl Hydroquinone (TBHQ) are synthetic antioxidant commonly used as food and beverage preservatives. Although WHO declared its safety, the use of the preservatives are still controversial because some studies showed that BHA induced proliferative effects animal testing and TBHQ is considered carcinogenic caused DNA cleavage. This study is to analyze the interaction between Calf thymus DNA with BHA and TBHQ compound which are mediated by copper (II) chloride.
The result of the study in spectrophotometric showed there was bathochromic shift as much as 2-3 nm in DNA and TBHQ treatment. The next analysis used HPLC method in stationary phase of ODS, mobile phase of 10mM Natrium Hydrogen Phosphate Buffer and Metanol ( 85 : 15) for DNA adduct, 8- Hydroxy-2-Deoxyguanosine (8-OHdG) as cancer risk biomarker.
The result of the study showed DNA adduct 8-OHdG forming at 20-500 ppm concentration of DNA and TBHQ. 8-0HdG formation was greatly increased by TBHQ in a concentration dependent manner. The relative amount of 8-OHdG which is formed reach 946/105 deoxyguanosin in DNA bases. Confirmation test by LCMS/ MS was characterized by a base peak (M++1) 284 at 3.52 min. with the detection of the fragment ion at m/z 167.9 and 139.9. Meanwhile the interaction between DNA and 50-250 ppm BHA did not induced 8-OHdG.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42237
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Latifah Putri Anggraini
Abstrak :
Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mengandung senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Kedua senyawa tersebut dapat diekstraksi dengan pelarut Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dengan metode UAE. Oksidasi yang terjadi secara alami ekstrak dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak cair sehingga senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang dapat mengalami degradasi. Penelitian ini menganalisis pengaruh penambahan BHA dan suhu penyimpanan terhadap stabilitas ekstrak cair NADES temulawak. Ekstrak NADES rimpang temulawak ditambahkan BHA hingga mengandung BHA sebanyak 30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm kemudian disimpan di tiga suhu penyimpanan berbeda, yaitu 30°C ± 2°C, 5°C ± 3°C, dan -20°C ± 5°C selama 54 hari. uji stabilitas yang dilakukan adalah uji stabilitas fisik (organoleptik dan homogenitas) dan uji stabilitas kimia (pH, penetapan kadar kurkuminoid dan xantorizol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang ditambahkan BHA memiliki stabilitas yang lebih baik daripada ekstrak tanpa penambahan BHA. Ekstrak cair NADES rimpang temulawak yang mengandung 50 ppm dengan suhu penyimpanan -20°C ± 5°C menunjukkan kestabilan fisik dan kimia yang lebih baik daripada ekstrak cair NADES rimpang temulawak tanpa BHA. Berdasarkan hasil uji One-way ANOVA terdapat pengaruh yang signifikan dari BHA dan suhu terhadap kadar kurkuminoid dan xantorizol dengan nilai p < 0,05.
......Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) contain curcuminoid and xanthorrhizol which have many benefit for health. Both compounds can be exctracted with Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) by UAE method. Oxidation which occur naturally in liquid extract can effect the stability of compounds so that curcuminoid and xanthorrhizol can undergo degradation. This study analyzed the effect of adding BHA and storage temperature on stability of liquid extract of javanese turmeric. Liquid extracts are added with BHA with different concentration (30 ppm, 40 ppm, and 50 ppm) and stored at three different temperature (30°C ± 2°C, 5°C ± 3°C, dan -20°C ± 5°C) for 54 days. Stability test carried on this study include physical stability test (organoleptic and homogeneity) and chemical stability test (pH, determination of curcuminoid and xanthorrhizol). The result showed that the addition of BHA can improve the stability of liquid extract. Liquid extract with 50 ppm BHA with a storage temperature at -20°C ± 5°C showed better physical and chemical stability. Based on One-way ANOVA test, there is a significant influence of BHA and storage temperature on curcuminoids and xanthorrhizol with p value is p<0,05.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library