Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dimas Rananda Kencana
Abstrak :
Saat ini simulasi evakuasi penghuni bangunan saat kebakaran terjadi sudah dapat dilakukan dengan pemodelan. Pemodelan komputer menjadi suatu pendekatan engineering praktis untuk studi kelayakan bangunan terhadap keamanan dari kebakaran dan faktor bahaya yang ditimbulkan pada saat kebakaran. Namun demikian, pemodelan ini juga harus disertai juga dengan pengetahuan mendasar tentang proses terjadinya kebakaran. Bangunan sekolah merupakan salah satu sarana umum yang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan belajar oleh para pelajar, dengan jumlah penghuni dapat mencapai 1000 orang. Pada penelitian ini dilakukan 5 skenario simulasi evakuasi menggunakan BuildingEXODUS, untuk memodelkan pergerakan siswa dalam keadaan darurat saat berada di dalam gedung sekolah. Sebagai input dipergunakan informasi mengenai karakterisitik human behavior, fire hazard dan geometri pemodelan. Untuk memodelkan simulasi, digunakan beberapa skenario evakuasi, sehingga didapat kinerja evakuasi berupa total waktu evakuasi, gambaran titik-titik lokasi terjadinya densitas tinggi, dan analisa kelayakan gedung sekolah. Skenario dilakukan dengan cara mengubah rute evakuasi, lebar tangga dan asumsi adanya akses area yang tidak berfungsi. Kisaran waktu evakuasi untuk gedung sekolah yang diteliti adalah 10 menit hingga 21 menit.
Fire escape scenario can now be simulated through computer modeling. This is a practical, yet accurate means to measure a building's fire safety, which is a part of building standards. The modeling, for its accuracy, has to incorporate the principal of fire and combustion science. School building, being one of the common public facilities with up to 1000 occupancy, is chosen to be the object of this work. This study analyzed five fire-escape scenarios using the Building EXODUS software in modeling human behavior, i.e. students' movements. The scenarios include a number of characteristics, namely human behavior, fire hazard and modeling geometry as input in computer modeling. By changing evacuation route, staircases' width or assuming collapsed routes, from computer modeling data was obtained the building's parameters of total evacuation time and description of spots within the building with high danger density, which in turn reflect the building's fire safety. The estimated of total evacuation times for the school building are 10 to 20 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50991
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riefa Noorphasa
Abstrak :
[ABSTRAK
PBMC merupakan salah satu jenis kontrak yang berorientasi terhadap kinerja, tidak berdasarkan volume pekerjaan yang sudah dikerjakan seperti biasanya. Menurut William A Hyman (2009) terdapat dua puluh enam tahap business process pada pelaksanaan PBMC dan dari studi literature terdapat delapan puluh tiga indikator business process. Setelah melalui tahap validasi pakar, jumlah indikator business process berkurang dua nomor dan bertambah empat nomor sehingga menjadi delapan puluh lima indikator business process, yang kemudian dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan statistic deskriptif dievaluasi penerapannya pada dua pilot project penyelenggaraan jalan nasional di Direkrorat Jenderal Bina Marga, yaitu Peningkatan Struktur Ruas Jalan Ciasem ? Pamanukan dan Peningkatan Struktur Ruas Jalan Demak ? Trengguli.
ABSTRACT
PBMC is one type of contract that is oriented towards performance, not based on the volume of work that has been done as usual. According to William A Hyman (2009) there are twenty six stages of a business process on the implementation of PBMC and based on literature study there eighty three indicators of business process. After going through the expert validation, the number of the business process indicator reduced by two numbers and four numbers added, thus increased eighty five indicators of business process, which is then using Analytical Hierarchy Process (AHP) and descriptive statistics were evaluated its implementation to two pilot projects road organizing of Directorate General of Highways, namely : Peningkatan Struktur Struktur Ruas Jalan Ciasem ? Pamanukan and Peningkatan Struktur Ruas Jalan Demak ? Trengguli., PBMC is one type of contract that is oriented towards performance, not based on the volume of work that has been done as usual. According to William A Hyman (2009) there are twenty six stages of a business process on the implementation of PBMC and based on literature study there eighty three indicators of business process. After going through the expert validation, the number of the business process indicator reduced by two numbers and four numbers added, thus increased eighty five indicators of business process, which is then using Analytical Hierarchy Process (AHP) and descriptive statistics were evaluated its implementation to two pilot projects road organizing of Directorate General of Highways, namely : Peningkatan Struktur Struktur Ruas Jalan Ciasem – Pamanukan and Peningkatan Struktur Ruas Jalan Demak – Trengguli.]
2014
T43131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Loviardi
Abstrak :
ABSTRAK
Bangunan sebagai wadah kegiatan manusia, tidak hanya solusi untuk menjawab kebutuhan masalah ruang, tetapi juga harus menjawab ekonomi, lingkungan, dan sosial. Guna mencapai hal tersebut, dalam konstruksi dan operasi bangunan, tidak hanya mempertimbangkan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh persepsi positif dari para penggunanya, yang akan menghasilkan perilaku positif seperti perilaku peduli lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bahwa selama ini keberhasilan kinerja sebuah bangunan konvensional atau bangunan hijau hanya didasarkan pada kondisi fisik bangunan, namun untuk mencapai kinerja bangunan yang optimal ditentukan oleh persepsi dan tingkah laku pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan persepsi dan potensi perilaku peduli lingkungan untuk mengoptimalkan kinerja bangunan hijau. Hubungan antara kinerja bangunan, baik bangunan hijau dan bangunan konvensional dengan persepsi dan perilaku akan dianalisis menggunakan kuesioner dan wawancara dengan pengguna bangunan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perilaku peduli lingkungan pengguna bangunan akan dapat mengoptimalkan tujuan pembangunan gedung, meskipun kadang-kadang kenyamanan pengguna akan sedikit terganggu, karena pilihan teknologi mereka tidak sepenuhnya dikendalikan dan disetujui oleh pengguna bangunan.
ABSTRACT
Building as a place for human activity, not only a solution to answer space issue requirement, but also it must be an answer the economic, environmental, and social issue. To achieve that, in construction and building operation, not only consider the technology, but also must be supported by a positive perception of its users, which will produce positive behaviors such as pro environmental behavior. Accordingly, the formulation of the problem in this research is that during these the success of conventional building performance or green building based only on the physical condition of the building, but to achieve optimum building performance is determined by the perceptions and user behavior. The aim of this study is to identify trends perception and potential pro environmental behavior to optimize green buildings performance. The relationship between the building performance, both green buildings and conventional buildings with perception and behavior analyzed using questionnaires and interviews with the users. The results of this research is found that pro environmental behavior of users will be able to optimize the development goals of the building, although sometimes the users convenience will be slightly annoyed, because the technology choices are not fully controlled and approved by the building users.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaawoan, Patrick R.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S41817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Rengganis
Abstrak :
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki titik gempa paling banyak karena berada di pertemuan empat lempeng tektonik dunia. Belakangan ini semakin sering terjadi gempa. Akibatnya pemerintah berencana mengganti peraturan gempa SNI 03-1726-2002 dengan RSNI 03-1726-201x. Selain itu, perencanaan bangunan yang selama ini berdasarkan kekuatan struktur bangunan, mulai beralih menjadi berdasarkan level kinerja, dengan metode analisis pushover statik nonlinear. Objek penelitian ini adalah sistem struktur penahan gaya lateral berupa rangka bresing eksentris. Sistem struktur dimodelkan dalam bangunan tiga dimensi dengan menggunakan program ETABS ver. 9.7. Terdapat variasi tinggi bangunan dan model pemasangan bresing untuk dapat membandingkan perilaku struktur dan kinerja bangunan. Hasil yang didapat adalah pemasangan bresing model B memiliki perilaku struktur yang lebih baik daripada model A. Bangunan rendah (6 lantai) dan bangunan tinggi (12 dan 18 lantai) sama-sam mengalami kelelehan pertama saat kondisi plastis. Namun, model keruntuhan pada bangunan rendah lebih baik daripada bangunan tinggi. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk bangunan struktur baja yang berada di Jakarta pada tanah lunak.
Being at the meeting point of four tectonic plates, Indonesia has the most earthquake-point in the world. Lately, more and more earthquakes frequently happen. As a result, the government plans to replace the earthquake regulations of SNI 03-1726-2002 with RSNI 03-1726-201x. In addition, design of the building which has been based on structural strength, began to switch to based on level of performance, with nonlinear static pushover analysis method. Object of this study is structural system of retaining the lateral force with eccentrically braced frames. The structure is modeled in three-dimensional buildings using ETABS ver.9.7. There are variations in height of the building and in the model of the bracing to compare the structural behavior and performance of the buildings. The results obtained are bracing with model B has a better structural behavior than the model A. Low building (6 floors) and tall building (12 and 18 floors) have first yielding in the same conditions, plastic conditions. Eventhough the collapse process of the low building models are better than tall buildings. The results of this study apply only to building steel structure that was in Jakarta on soft ground.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Brand, Stewart
New York: NY : Viking,, 1994
720.1 BRA h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library