Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muthiana Rizka
Abstrak :
Menurut Permen-PU No 10/PRT/M/2014 seluruh Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA) di Indonesia wajib untuk membentuk ikatan kerjasama dalam bentuk Joint Operation dengan Badan Usaha Konstruksi Nasional (BUJKN) dalam melaksanakan kegiatan konstruksi di Indonesia. Proyek dengan skema kerjamasa Joint Operation memiliki risiko yang lebih kompleks dibandingkan proyek pada umumnya karena melibatkan dua atau lebih perusahaan dengan karakteristik yang berbeda sehingga lebih rentan mengalami keterlambatan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi kasus pada PT.X yang merupakan salah satu perusahaan kontraktor swasta asing yang mendirikan perwakilannya di Indonesia dengan spesialisasi pembangunan gedung bertingkat tinggi. Pemengembangan strategi proyek dilakukan dengan pendekatan manajemen risiko berbasis PMBOK 2017 dengan melakukan penilaian dan anilisa terkait faktor risiko apa saja yang dominan pada setiap tahap siklus hidup proyek pembangunan gedung bertingkat tinggi dengan skema Joint Operation yang berpengaruh terhadap kinerja waktu dilanjutkan dengan merumuskan respon risiko dari masing-masing risiko dominan. Hasil dari penelitian ini berupa faktor risiko dominan pada setiap tahap siklus hidup proyek pembangunan gedung bertingkat tinggi dengan skema Joint Operation dan respon risiko sebagai pengembangan strategi proyek pembangunan gedung bertingkat tinggi dengan skema Joint Operation untuk meningkatkan kinerja waktu proyek ......According to The Minister of Public Works Regulations (Permen-PU) No. 10/PRT/M/2014 all Foreign Construction Services Business Entity (BUJKA) in Indonesia are obliged to cooperate in joint operations with the National Construction Services Business Entity (BUJKN) in carrying out construction activities in Indonesia. Projects with joint operation schemes have more complex risks than projects in general because they involve two or more companies with different characteristics so that they are more vulnerable to delays. In this study, a case study will be conducted at PT. X which is one of the foreign private contractor company that has established its representative in Indonesia specializing in the construction of high-rise buildings. The project strategy development is carried out using a risk management approach based on PMBOK 2017 by conducting an assessment and analysis related to what risk factors are dominant at each stage of the life cycle of a high-rise building project with a Joint Operation scheme that affects time performance followed by formulating a risk response from each dominant risk. The results of this study are the dominant risk factors at each stage of the life cycle of a high-rise building project with the Joint Operation scheme and risk response as strategy development for high-rise building projects with the Joint Operation scheme to improve project time performance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardamean, Yosua Manaek
Abstrak :
Sebuah bangunan memiliki karakteristik kompleksitasnya sendiri. Ada banyak bangunan fasilitas umum yang memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi, misalnya stadion. Bangunan fasilitas umum yang memiliki kompleksitas tinggi tentu membutuhkan metode kontrak yang efisien karena metode kontrak kerja konvensional dianggap tidak mumpuni untuk mengakomodasi mereka yang dipengaruhi oleh kompleksitas pekerjaan bangunan. Salah satu metode yang cocok dan lebih baik adalah kontrak Desain dan Konstruksi Terpadu, kontrak ini melibatkan kontraktor dari perencanaan hingga pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang diselesaikan dengan benar, tetapi jika terjadi kegagalan, kontraktor menanggung semua risiko yang ditimbulkan. Jenis kontrak ini dinilai perlu diterapkan karena beberapa contoh proyek pekerjaan fasilitas umum, khususnya fasilitas olahraga, bermasalah dalam proses pelaksanaannya. Salah satu contohnya adalah renovasi Stadion Olimpiade Helsinki yang mengalami kelebihan anggaran hingga € 38 juta. Contoh lain mengacu pada Indonesia, proyek Asian Games XVIII 2018, biaya awal proyek adalah Rp 7,4 triliun, kemudian biaya naik drastis menjadi Rp 12,7 triliun. Karena sering terjadi kasus serupa, kami bertujuan untuk mengembangkan standar perencanaan biaya khusus untuk bagian pekerjaan mekanis, dan Miscellaneous di bidang area bermain stadion dengan kontrak terintegrasi berdasarkan Keputusan Menteri PUPR No.22 Tahun 2018 untuk meningkatkan akurasi biaya. Hasil yang diharapkan dari seluruh penelitian adalah untuk mengembangkan Standar Perencanaan Biaya baru untuk proyek stadion untuk meningkatkan akurasi biaya proyek ......A building has its own complexity characteristics. There are many public facilities buildings that have a fairly high level of complexity, for example, the stadium. Public facilities buildings that have high complexity certainly require efficient contract methods because conventional work contract methods are considered not qualified to accommodate those who are influenced by the complexity of the building work. One suitable and better method is the Integrated Design and Build contract, this contract involves the contractor from planning to implementing the construction work completed properly, but in the event of failure, the contractor bears all the risks caused. This type of contract is considered necessary to be applied because some examples of public facilities work projects, especially sports facilities, are problematic in the implementation process. One example is the renovation of Helsinki Olympic Stadium experiencing an over-budget of up to €38 million. Another example refers to Indonesia, the 2018 XVIII Asian Games project, the initial cost of the project is Rp 7.4 trillion, then the cost rises drastically to Rp 12.7 trillion. Due to the frequent similar cases, we aim to develop specific cost planning standards for the mechanical work section, and Miscellaneous in the field of play area of the stadium with an integrated contract based on PUPR Ministerial Decree No.22 of 2018 to improve cost accuracy. The expected outcome of the entire study is to develop new Cost Planning Standards for stadium projects to improve the accuracy of project costs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apeng Orinanto
Abstrak :
Model Fisik adalah suatu cara untuk memecahkan permasalahan perencanaan dan perancangan teknik yang berhubungan dengan aliran fluida yang sulit dipecahkan secara analitis. Metode ini merupakan pengamatan secara langsung dengan membuat model miniatur dari kondisi nyata yang ada di Iaboratorium. Pengujian stabilitas pemecah gelombang tipe Rubble Mound yang ada di Iapangran dilakukan karena adanya perilaku yang kompleks dari aliran, ikatan antar batuan dan gaya yang bekerja pada batuan pemecah gelombang baik secara individu maupun berkelompok. Model fisik ini menggunakan asmi data dan berbagai kriteria Iain yang ada pada kondisi dan situasi di pelabuhan Cirebon baik gelombang, struktur bangunan maupun jenis dan ukuran dari material, dapat digunakan langsung untuk mcmbatasi lingkup penelitian. Hasil pengamatan serta pengujian terhadap struktur bangunan pemecah gelombang menjadi bahan pertimbangan terhadap komposisi dan ukuranan serta jenis batuan bangunan pemecah gelombang yang ada apakah memenuhi syarat stabilitas sebagai material pelindung pada bangunan pemecah gelombang Dermaga Batubara di Pelabuhan Cirebon. Dalam tugas akhir ini, penelitian yang dilakukan memanfaatkan peralatan yang ada di laboratorium hidrolika.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Nurrahman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
Abstrak :
Perencanaan bangunan bertingkat memerlukan suatu analisa yang tepat lewat penggunaan program komputer yang tepat pula. Salah satu program komputer yang digunakan dalam perhitungan gedung tersebut adalah ETABS. Namun tidak menutup kemungkinan adanya penggunaan program komputer lain dalam membantu mendapatkan beban yang terjadi pada struktur utama yang berasal dari struktur pendukung. Bangunan perkantoran tingkat menengah dengan denah sederhana dalam skripsi ini akan dianalisa dan dibandingkan perilaku yang terjadi padanya. Beban yang diberikan adalah beban statik dan beban dinamik. Beban statik yang terjadi adalah beban akibat gaya gravitasi sedangkan untuk beban gempa adalah dengan analisa statik ekivalen dan analisa respon spektrum. Dengan mengambil portal yang mewakili dari bangunan tersebut, baik arah-x maupun arah-y, maka dilakukan pula analisa yang sama seperti pada kasus 3 dimensi tersebut. Hasil perhitungan yang dianalisa didapatkan dari output program ETABS baik displacement maupun gaya dalam kolom. Perilaku struktur dalam hal ini ditunjukkan oleh displacement dan gaya-gaya dalam tadi. Dengan demikian akan diketahui masing-masing perilaku portal sebagai wujud struktur 2 dimensi dan gedung yang diwujudkan sebagai struktur 3 dimensi. Dalam hal ini pula, akan disusun tabel-tabel perbandingan analisa statik-dinamik yang terjadi pada struktur 2 dimensi dan 3 dimensi serta prosentase selisih perbandingan analisa statik-dinamik pada perwujudan struktur yang sama. Dengan hasil yang diperoleh lewat perbandingan yang ada, maka akan lebih optimal jika perancang struktur dalam hal ini hams lebih mempertimbangkan bahwa bangunan dengan struktur beraturan sekalipun, harus tetap dikenakan analisa dinamik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S34856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asdian Akbar
Abstrak :
ABSTRAK
Merencanakan bangunan bertingkat tinggi memerlukan ketelitian serta pengawasan yang tinggi. Berbagai aspek disain harus dipenuhi agar mencapai tingkat keamanan (safety) dan kenyamananllayanan (serviceability) yang memadai. Tingkat keamanan dan kenyamanan ini sangat berpengaruh kepada biaya konstruksi atau biaya pembangunannya. Selain itu tingkat keamanan dan kenyamanan ini untuk setiap negara mempunyai nilai yang berbeda, dan karena itu masing-masing negara mempunyai peraturan-peraturan untuk standarisasi dalam mendisain bangunan bertingkat tinggi. Di Indonesia digunakan Standar Konsep - Standar Nasional Indonesia (SK-SNI), untuk struktur beton bertulang menggunakan SK-SNI T-15-1991-03. Juga peraturan lain yang mendukung yaitu Pedoman perencanaan bangunan tahan gempa, Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, Pedoman perencanaan struktur bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada rumah dan gedung dan Pedoman perencanaan bangunan baja.

Untuk merencanakan bangunan tingkat tinggi (20 tingkat) yang aman (sesuai tingkat keamanan yang diinginkan) dari bahaya gempa, digunakan Pedoman perencanaan bangunan tahan gempa dengan metode analisa dinamis dan analisa statik serta SK-SNI T-15-1991-a3 untuk perencanaan beton bertulang Disain Bangunan Bertingkat Tahan Gempa yang saga lakukan adalah untuk mendapatkan struktur tahan gempa yang ekonomis berdasarkan peraturanperaturan yang ditetapkan, serta efek dinamis akibat gempa. Untuk menghitung gays dalam struktur akibat beban hidup dan beban mati baik tanpa efek gempa maupun dengan efek gempa saga menggunakan program - program (software) yang mendukung antara lain STABS V5.9 clan SAP2000.
2001
S35635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinto Wiryoto
Abstrak :
Penggunaan kayu sebagai salah satu material pada konstruksi bangunan Sipil, cukup banyak dijumpai di Indonesia, akan tetapi penelitian tentang penggunaannya sebagai komponen struktur komposit tidak terlalu banyak ditemukan. Maka pada penelitian kali ini, dikembangkan sebuah model balok komposit kayu-baja dengan harapan dapat memperbaiki kemampuannya dalam menerima beban. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dominan dari balok kayu yang dibebani secara vertikal empat titik hingga hancur dan membandingkan hasil yang didapat terhadap penggunaan komposit dengan baja tipe terbuka pada balok tersebut. Metodologi penelitian adalah dengan melakukan pengujian laboratorium terhadap kekuatan, kekakuan dan perilaku balok kayu dan struktur balok komposit kayu-profil baja siku. Percobaan dilakukan dengan menggunakan profil kayu berukuran 6x15 cm2 dengan menambahkan masing-masing dua buah profil baja siku ukuran 30.30.3 mm dibagian atas dan bawah profil kayu, dengan posisi salah satu sisi siku bersinggungan dengan sisi atas / bawah profit kayu sementara sisi siku lainnya berdiri vertikal. Interaksi yang diharapkan terjadi pada bidang kontak antara baja-kayu adalah Rigid Connection, untuk itu dipasang penyambung geser berupa paku-paku beton di sepanjang bentang balok. Balok tersebut selanjutnya dibebani dengan beban vertikal terpusat pada dua titik dengan tiga variasi jarak pembebanan relatif terhadap kedua perletakan pada kondisi balok sederhana yaitu L/4, L/3 dan 2L/5 untuk mendapatkan pola kehancuran geser dan lentur. Pembebanan dilakukan secara semi siklik monoton dengan nilai lendutan sebagai variabel terikatnya. Secara umum hasil yang didapatkan dari eksperimen laboratorium memperlihatkan bahwa pola keruntuhan balok dengan kondisi pembebanan L/4 dan L/3 sangat getas akibat kekuatan geser dari kayu rendah, dengan disertai ledskan yang cukup kuat, balok terpocah pada arah memanjang yang dimulai pada salah satu ujung perietakan menuju ke daerah lentur mumi. Namun pada pembebanan 2L/5 pola keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan lentur dengan keretakan pada serat tank kayu. Pemberian komposit pada balok kayu terbukti memperbesar kekuatan, kekakuan, serta daktilitas sampel. Penampang balok komposit yang digunakan pada eksperimen ini, akan lebih efektif jika digunakan pada bentang besar, sehingga kehancuran geser tidak dijumpai.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annasya Koesty Fadhillah
Abstrak :
Tulisan ini membahas bagaimana dinamika order dan chaos yang terjadi pada proses perubahan fasad bangunan. Dalam fasad bangunan, dinamika antara order dan chaos terjadi karena adanya aspek manusia di mana kehadirannya dapat mengintervensi desain yang awalnya ideal dan mematuhi serangkaian rules dari order, menjadi sesuatu yang irregular dan menghasilkan chaos. Penulisan ini akan menelusuri perubahan fasad Kampung Akuarium, yang diawali dengan menganalisis order awal dalam elemen fasad bangunan, melalui aspek bentuk geometri dan rules-nya. Dilanjutkan dengan menganalisis kebutuhan manusia yang muncul sebagai fenomena contingency, sehingga memicu chaos yang menyebabkan hadirnya ‘irregular forms’. Chaos yang hadir kemudian ditelusuri lebih lanjut terkait axioms apa saja yang kamudian berlaku untuk mengatur chaos di Kampung Akuarium, sehingga dari axioms tersebut dapat terlahir sebuah “new order”. Dengan mempelajari dinamika antara order dan chaos, perancang dapat mengintegrasikan aspek fungsi sebagai estetika baru dalam fasad bangunan, mengubah pandangan arsitektur menjadi tentang hubungan dinamis antara keduanya, bukan sekadar tentang order atau chaos. ......This paper discusses the dynamics of order and chaos that occur in the process of changing building facades. In building facades, the interplay between order and chaos arises due to the human aspect, whereby their presence can intervene in the initially ideal design and adhere to a set of orderly rules, resulting in something irregular and chaotic. This paper will explore the transformation of the facade of Kampung Akuarium, commencing with an analysis of the initial order in the elements of the building facade, focusing on geometric forms and their associated rules. Subsequently, it will delve into the examination of the emerging human needs as a contingency phenomenon, which triggers chaos leading to the emergence of ‘irregular forms’. The ensuing chaos will be further scrutinized to ascertain the axioms that govern the chaos in Kampung Akuarium, thus giving rise to a "new order" from these axioms. By studying the dynamics between order and chaos, designers can integrate functional aspects as a new aesthetic in the facade of a building, transforming the perception of architecture into one centered around the dynamic relationship between the two, rather than merely being about order or chaos.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Chandra Bestari
Abstrak :
Gereja Santo Yoseph Matraman merupakan salah satu gereja yang dibangun pada awal abad ke-20 oleh F.J.L. Ghijsel yang memiliki beberapa keunikan, terutama di bagian fasad dan menaranya. Sebagai salah satu fitur arkeologi, Gereja Santo Yoseph dapat memberikan informasi penting terutama terkait gaya bangunan yang berkembang di Jakarta pada awal abad ke-20. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gaya bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman dengan mengkaji bentuk dan gaya bangunan gereja tersebut melalui tahap observasi, pengolahan data, dan interpretasi. Dalam menganalisis gaya bangunan digunakan metode analisis bentuk (formal analysis), analisis gaya (stylistic analysis), dan analisis komparatif (comparative analysis). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman menerapkan empat gaya yang berkembang di awal abad ke-20, yaitu Art Nouveau, Art Deco, Indis, dan Arts and Crafts. Perpaduan gaya ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangunan kolonial yang sejaman dengan gereja tersebut, karena pada umumnya bangunan-bangunan lain hanya menerapkan satu gaya bangunan yang sedang populer pada masanya, sementara Gereja Santo Yoseph memadukan empat gaya yang berbeda pada satu bangunan. Hal ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki nilai penting secara arkeologis, historis, dan arsitektural dalam perkembangan gaya bangunan awal abad ke-20 di Indonesia. ......The Church of Saint Joseph is one of the churches that built in the early 20th century by F.J.L. Ghijsels which has some uniqueness, especially in its fa�§ade and tower. As one of the archaeological features, the Church of Saint Joseph could provide important informations, especially related to the building style that developed in Jakarta during the early 20th century. This study seeks to find out more about the building style of the Saint Joseph Church by examining the shape and style of the building through stages of observation, data processing, and interpretation. In analyzing the building style, the methods of form analysis (formal analysis), stylistic analysis, and comparative analysis are used. The result of the study shows that the Saint Joseph Church building applies four styles that were popular and developed in the early 20th century, namely Art Nouveau, Art Deco, Indische, and Art and Craft. This makes the Church of Saint Joseph Matraman unique and different from other churches in Jakarta and Indonesia that were built in the same era. This marks the building styles that were popular in the early 20th century and the combination of styles at that time. Therefore, the Church of Saint Joseph Matraman has a significant archaeological, historical, and architectural values in the development of early 20th century building styles in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Ariaji Wicaksono
Abstrak :
Penelitian ini membahas pengembangan komponen batang teleskopik penyusun struktur gunting pada bangunan hunian sementara. Struktur gunting memiliki keunggulan mudah dibangun dengan teknik lipat, mudah disimpan dan dipindah karena rangkaian struktur dapat dirubah dari konfigurasi kecil tertutup menjadi besar terbuka sehingga cocok menaungi kegiatan sementara dan kondisi darurat bencana. Permasalahan dimensi panjang batang membuat struktur sulit diterapkan karena batang panjang menyulitkan pengemasan dan batang pendek berdampak pada kekuatan rangkaian. Penerapan mekanisme teleskopik merupakan jawaban permasalahan karena memungkinkan batang untuk dipanjangkan dan dipendekkan. Tahap awal penelitian adalah simulasi kekuatan struktur dengan metode elemen hingga (FEM) menggunakan perangkat lunak komputer. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan purwarupa skala 1:1 untuk membuktikan cara kerja rangkaian struktur. Hasil simulasi menunjukkan rangkaian struktur dengan material besi hollow sebagai komponen batang dan PVC sebagai penutup atap memiliki nilai faktor keamanan > 3. Purwarupa dapat dibangun minimal oleh 6 orang tanpa peralatan khusus selama 46 menit. Volume purwarupa saat terlipat batang pendek sebesar 0,22 m3 dan saat terlipat batang panjang sebesar 0,34 m3 sehingga tercipta rangkaian struktur dengan volume 49 m3 dan luas 19,2 m2. Aspek yang terpenuhi dalam konteks hunian sementara antara lain kesesuaian dimensi, desain berorientasi lokal, mudah dipindahkan dalam hal dimensi, konstruksi sederhana dan fleksibilitas. ......The study discusses about developing of telescopic bars as component of scissor structures for temporary shelter. Scissor structure has the advantages of being easy to build using a folding mechanism, easy to stowed and move because the structures can be transformed from a small compact configuration to a large open one so it is suitable for sheltering temporary activities and disaster emergency conditions. Problems with the length dimensions of bars component make the structure difficult to implement because long bars make packing difficult and short bars impact the strength of the structures. Application of telescopic mechanism can solve the problem because it allows the bar to be lengthened and shortened. The first phase of the research is simulation strength of structure with finite element method (FEM) using computer software. Then proceeded with making a 1:1 scale prototype to prove the structure performance. The simulation proved that scissor structures with hollow steel material as bar components and PVC as roof cover has a safety factor value of > 3. The prototype can be built for 46 minutes by minimum 6 people without special equipment. The volume of prototype when folded short bars is 0.22 m3 and when folded long bars is 0.34 m3 so it resulted in structures with volume of 49 m3 and an area of ​​19.2 m2. Aspects that are met in the context of temporary shelter include adequate dimensions, local oriented design, easy to move in terms of dimensions, simple construction and flexibility.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>