Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ingkondo Damaiyanto
Abstrak :
Dunia konstruksi mengkonsumsi sumber daya alam dalam jumlah yang sangat besar. Sebuah bangunan disusun atas berbagai materi yang diperoleh dari alam. Dalam daur hidupnya materi dari alam diolah dengan berbagai proses sampai kepada bentuk akhir yang dapat diaplikasikan dalam konstruksi. Proses tersebut membutuhkan energi dan tentunya kebanyakan sumber energi yang digunakan manusia pada saat ini adalah berasal dari materi alam juga. Pada akhirnya dapat diketahui bahwa dunia konstruksi mengkonsumsi sumber daya alam lebih dari apa yang terlihat dan yang biasa terbayangkan.

Jumlah konsumsi sumber daya alam yang sangat besar akan membawa dampak yang besar terhadap lingkungan, dan perubahan pada lingkungan akan membawa dampak pula pada kualitas kehidupan manusia. Pemahaman tentang hubungan keterkaitan ini sangat penting untuk disadari dalam upaya mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang baik.

Dalam upaya mempertahankan keberlanjutan kualitas lingkungan hidup tersebut, daur ulang menjadi salah satu strategi yang relevan. Dengan daur ulang diharapkan sumber daya materi yang diambil dari alam dapat dikonsumsi dan dimanfaatkan secara optimal, sehingga dengan jumlah sumber daya alam yang kecil dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
The world of construction consume a very large amount of natural resources. A building consist of various matter which taken from the living environment. Matter, in its life cycle, processed through various way in order to create construction applicable materials. The process need energy and most of energy sources we have nowadays come from processed matter. In the end the world of construction consume the natural resources even more, more than it seems to be and far away beyond the imaginable.

The large amount of natural resources consumption will cause a great effect on the environment, changing the environment which will also affect the quality of human life. The understanding of this interdependent relationship needs critical awareness in order to sustain the quality of living environment.

In the effort to sustain the quality of living environment, recycle become one of strategy which highly relevant. By recycling, exploited natural resources could be consume and applied in its optimal potential, therefore minimum amount of natural resources would produce maximum use
.
2008
S48442
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Puji Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Green building adalah konsep bangunan ramah lingkungan yang merupakan salah satu bentuk respon dunia mengenai kondisi lingkungan saat ini. Meskipun demikian, masih banyak anggapan bahwa konsep bangunan ramah lingkungan ini mahal sehingga masih sedikit owner yang menerapkan konsep ini pada bangunan mereka. Pada penelitian ini dilakukan studi value engineering (VE) untuk mendapatkan biaya yang optimal pada bangun green building. VE pada penelitian ini dilakukan pada system pengkondisian udara dengan fokus penelitian adalah pada pemilihan refrigerant ramah lingkungan untuk menggantikan refrigerant r134a yang tidak ramah lingkungan karena dapat menyebabkan pemanasan global. Hasil dari penelitian adalah sistem pengkondisian udara yang lebih ramah lingkungan dan efisien terhadap biaya.
ABSTRACT
Green building is the concept of environmentally friendly building, which is one form of response the world about the current enviromental conditions. Nevertheless, there are many assuming that enviromentally friendly building concept is still expensive so only many owners who apply this concept in their building. In this study, Value Engineering (VE) was used to obtain the optimal cost for green building. VE in this study was conducted on air conditioning system. Focus in this reasearch is the selection of environmentally friendly rerigerants to replace refrigerant R134a which less sustainable for environment because it can cause global warming. The result are air conditioning system that enviromentally friendly and efficient of cost.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S875
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aristyo Ridwan Rais
Abstrak :
Beberapa tahun belakangan, kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhannya pada bangunan yang ramah lingkungan mulai meningkat. Salah satu indikatornya adalah dari sisi kepemerintahan. Dimana pada dua kota besar, diwakili oleh pemerintah daerahnya, Indonesia yaitu Kepemerintahan Provinsi DKI Jakarta dan Kepemerintahan Kota Bandung, telah menerbitkan peraturan daerah yang mewajibkan bagi setiap pihak yang ingin mendirikan bangunan baru, diwajibkan memiliki sertifikat bangunan hijau/ramah lingkungan atau tidak akan mendapatkan sertifikat IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Tentunya hal ini berdampak langsung sektor-sektor yang terkait langsung, salah satunya adalah industri yang memproduksi material dan bahan bangunan. Dengan adanya peraturan tersebut, para pelaku industri material dan bahan bangunan mulai mencari cara agar produk-produk yang dihasilkan dapat diklasifikasikan sebagai material dan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Sehingga dengan menggunakan material dan bahan bangunan yang meraka produksi, dapat dijamin bangunannya juga akan dengan mudah mendapatkan sertifikat bangunan ramah lingkungan. Melalui penelitian ini, akan dilihat faktor-faktor apa saja yang mendorong suatu perusahaan mendaftarkan produknya pada sertifikasi ecolabel. Dimana akan diteliti melalui tinajaun pustaka dengan tema terkait dan dirumuskan modelnya untuk selanjutnya dianalisis dengan metode Structured Equation Model (SEM). Hasil dari pengambilan data tersebut akan dijadikan bahan pemilihan strategi yang dihitung menggunakan metode TOPSIS dan IPA ......In recent years, Indonesian people's awareness of their needs in environmentally friendly buildings has begun to increase. Where in the two big cities, Jakarta and Bandung, represented by the local government have issued local regulations that oblige each party to build a new building, are required to have a green/environment-friendly building certificate or will not get a certificate IMB (Building Permit). Of course this has a direct impact on the sectors directly related, one of which is the industry that produces building materials. With this regulation, the building material companies began to look for ways that the products produced could be classified as environmentally friendly building materials. So by using environmentally friendly building materials, the building can also be guaranteed to get an environmentally friendly building certificate. Through this research, it will be seen what factors drive a company to register its products on Eco label certification scheme. Where will be examined through a literature review with related themes and formulated models for further analysis with the Structured Equation Model (SEM)? The results of the data collection will be used as material for the selection of strategies that are calculated using the TOPSIS and IPA methods.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maidina
Abstrak :
Konsumsi energi di negara tropis menghabiskan sebesar 45%-70% untuk sistem tata udara, sistem tata cahaya 10%-20%, lift dan escalator 2%-7%, dan alat-alat kantor serta elektronik sebesar 2%-10% (kompas.com, 24 Maret 2011). Besarnya beban energi tata udara berasal dari beban internal yaitu beban yang ditimbulkan oleh lampu, penghuni serta peralatan lain dan juga beban eksternal yaitu panas yang masuk dalam bangunan yang diakibatkan oleh radiasi matahari, konduksi dan ventilasi melalui selubung bangunan(Sandra Loekita,2007). Dengan melakukan pendekatan Value Engineering dan The Lagrangian didapatkan hasil optimasi biaya adalah dengan menggunakan material insulasi polyurethane foam dengan WWR 0.64, double glass dan plafon softboard (Acoustic) dengan efisiensi konsumsi energi sebesar 52%. ......Energy consumption in tropical countries are 45% -70% driven by the HVAC system, 10% -20% for ighting system, 2% -7% for lift and escalator, and 2% -10% for office equipment and electronics (kompas.com, 24 Maret 2011). The amount of energy load of HVAC coming from the internal load such as lights, occupants and other equipment, as well as the external heat load in the building such as solar radiation, conduction and ventilation through the building envelope(Sandra Loekita,2007). With Value Engineering and the Lagrangian approaches, the cost optimization are obtained. The approaches use polyurethane foam insulation material with 0.64 WWR, double glassing system and ceiling softboard (Acoustic) with energy consumption efficiency by 52%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gunawan
Abstrak :
Salah satu permasalahan penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi, tetapi kurang mendapat perhatian adalah masalah limbah konstruksi. Yang dimaksud dengan limbah konstruksi adalah hasil buangan yang dihasilkan dari rangkaian kegiatan konstruksi rumah, gedung, dam, jalan, jembatan, dan struktur lainnya. Limbah konstruksi dapat berupa material seperti kayu, logam, kabel, kaleng, beton, gypsum, dan lainnya. Pengelolaan limbah konstruksi memerlukan suatu manajemen yang dinamakan menejemen limbah konstruksi. Manajemen limbah konstruksi dapat diartikan sebagai suatu proses penggunaan sumber daya yang ada secara efektif untuk mengelola limbah yang dihasilkan dari rangkaian kegiatan konstruksi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan skripsi ini adalah untuk mengetahui penerapan manajemen limbah konstruksi baik dalam kegiatan penyimpanan, kegiatan penanganan dan distribusi, reuse dan recycling, serta disposal dalam sebuah multiple project. Terutama dalam hal manajemen materialnya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus : yaitu pada kontraktor swasta yang bekerja di bidang pembangunan rumah pribadi dan bangunan setipe rumah lainnya, yang bemama PT Civil Work Craft. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah kontraktor telah melakukan manajemen yang cukup baik (dan bisa dijadikan contoh bagi kontrktor skala kecil lain) dalam kegiatan penyimpanan, kegiatan penanganan dan distribusi, manajemen lokasi, penerapan reuse dan manajemen dalam pembuangan (disposal). ......Construction waste is one of many important issues in implementation of construction project; unfortunately, it does not catch a lot of attention. By definition, construction waste is excess materials that produce by series of construction activities such as houses, high-rise buildings, dam, streets, bridges, and other structures buildings. Construction wastes include material stuffs like woods, metals, cables, cans, concretes, gypsum, and many others. Construction wastes treatment needs a management that called construction wastes management. Construction wastes management definition is a process of using all kind of sources in an effective way to treat the waste that produced by series of construction activities. The goal of this paper is to investigate the implementation of construction wastes management in storage activity, handling and distribution activity, reuse and recycling, and disposal in a multiple projects. Especially in their material management. Investigate method that chosen is study case at private cotractor that works in private houses projects and other typical house projects. Data collection done by interviews and observations. The result is the contractor has done a quite good management (can be as an example for other small contractors) in storage activity, handling and distribution activity, reuse, and disposal activity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Brigitta Vimala Dewi
Abstrak :
Seiring dengan perkembangan zaman dimana kebutuhan manusia semakin meningkat dan semakin kompleks, teknologi merambat ke semua bidang ilmu pengetahuan, termasuk arsitektur. Ironisnya, kemajuan teknologi justru seperti menarik manusia menjadi semakin jauh dari alam, seperti apa yang terjadi pada masa Revolusi Industri, dimana semua terlihat sama dan diproduksi secara massal, semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia tidak lagi memikirkan cara agar dapat hidup harmonis dengan alam seperti yang dilakukan oleh para leluhur mereka dahulu. Arsitektur dapat menjadi salah satu wadah yang memfasilitasi manusia agar dapat kembali dekat dengan alam, yang seringkali dilakukan oleh para arsitek dengan cara mengambil bentuk atau material yang ada di alam. Inilah asal mula munculnya gagasan tentang arsitektur organik. Terdapat berbagai unsur yang dapat membuat arsitektur disebut sebagai arsitektur organik, dimana unsur yang dominan adalah bentuk dan material yang organik. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran dominansi unsur dalam arsitektur organik. ......Throughout the progress of time where human needs are increasing and becoming more complex, technology propagates all field of knowledge, including architecture. Ironically, technological development seems to pull humans further from nature, just like what happened during the Industrial Revolution, which all objects looked the same and were mass produced, for the sole purpose of fulfilling human needs. People have no longer thought about ways to live in harmony with nature as their ancestors did. Architecture can become the vessel that facilitates people to return to nature, by taking the form of objects that are found in nature or using materials that are also found in nature. This is how the idea of organic architecture originated. There are various elements that can make an architecture to be referred as organic architecture, where the dominant elements are organic form and organic material. However, throughtout the progress of time, there is a shift in elemental dominance in organic architecture.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Dini Hanifah
Abstrak :
ABSTRACT
Plastik merupakan sebuah benda sekaligus material yang dapat dengan mudah ditemukan dalam kehidupan seharihari. Pada umumnya plastik hanya digunakan untuk fungsi yang tidak lama, namun sejatinya plastik memiliki jangka waktu hidup yang cukup panjang. Plastik dapat menjadi permasalahan lingkungan jika setelah selesai masa pemakaian tidak ditangani dengan bijak karena karakteristik plastik yang cenderung sulit dicerna kembali oleh bumi. Maka recycle dihadirkan sebagai salah satu cara yang dapat memberi plastik bekas pakai kesempatan hidup kedua. Recycle dapat mengalami downcycle; yaitu terjadinya penurunan nilai suatu benda atau material setelah dilakukan recycle, atau upcycle; yaitu adanya kenaikan nilai suatu benda atau material setelah dilakukan recycle. Salah satu upaya untuk membuat recycle plastik menjadi upcycle plastik adalah dengan menjadikan plastik bekas pakai sebuah benda yang mempunyai fungsi lebih besar, krusial, dan dipakai dalam jangka waktu yang panjang seperti pengaplikasian dalam bangunan sebagai elemen struktur. Plastik bekas pakai dapat dipakai menjadi material elemen struktur selama dapat memenuhi sifat yang dibutuhkan oleh material struktur pada umumnya yaitu sifat brittle dan ductile. Material plastik bekas pakai yang mengalami upcycle menjadi material elemen struktur diterapkan pada rumah plastik Conceptos Pl sticos di Kolombia dan jembatan plastik Sungai Tweed, Skotlandia. Agar dapat memenuhi sifat brittle dan ductile yang dibutuhkan oleh struktur, jenis plastik yang dipakai harus merupakan campuran dari beberapa jenis plastik. Kedua struktur tersebut menggunakan sistem struktur non-form active karena saat ini eksplorasi terhadap plastik bekas pakai yang didaur ulang menjadi elemen struktur masih terbatas pada struktur yang sederhana.
ABSTRACT
Plastic is a material that we could easily find on daily basis. Plastic usually only being used for a short period time but plastic actually can last for a long time. Plastic could be a problem for environment if it is not being handled properly after its use, because plastic couldn rsquo t degrade easily in biosphere. To solve the problem, recycle is done as a way to give used plastic a second life chance. Used plastic that have been through recycle process could be considered as downcycle object rsquo s or material rsquo s decreasing value occurred after recycling, or upcycle object rsquo s or material rsquo s rising value occurred after recycling, depending of what it becomes. An effort to make recycled plastic becomes an upcycled plastic is to make the used plastic have a bigger, more crucial, and longer living function than it was before, such as application in buildings as a structural element. Used plastic could be applied as material for structural element in building as long as it fulfill structural material behavior that is brittle and ductile. Used plastic that has been upcycled as structural element could be seen in Conceptos Pl sticos rsquo s House in Colombia and Plastic Bridge above Tweed River, Scotland. To fulfill material behavior that a structure should have that is brittle and ductile, used plastic that is going to be used must be a mixture from several kinds of used plastics. Both structure in the precedent only used non form active structural system because for now the exploration that had been done are still limited to simple structural systems.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jain, Ravi, editor
Abstrak :
This book examines current issues of fiber reinforced polymer (FRP) composites in civil infrastructure. The contents of this book are divided into two parts. The first part engages topics related to durability and service life of FRP composites and how they contribute to sustainability. The second part highlights implementation and applications of the FRP composites with an emphasis on bridge structures. An introductory chapter provides an overview of FRP composites and its role in a sustainable built environment highlighting the issues of durability and service life followed by a current review of sustainability in infrastructure design.​
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20405389
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Eco-efficient construction and building materials reviews ways of assessing the environmental impact of construction and building materials. Part one discusses the application of life cycle assessment (LCA) methodology to building materials as well as eco-labeling. Part two includes case studies showing the application of LCA methodology to different types of building material, from cement and concrete to wood and adhesives used in building. Part three includes case studies applying LCA methodology to particular structures and components.
Cambridge, UK: Woodhead, 2014
e20426966
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>